KH Salahuddin Wahid : Struktur NU Tak Boleh Instruksikan Pilih Jokowi-Maruf

Masyarakat sipil itu terdiri dari ormas Islam, akademisi dan kaum profesional. Masyarakat sipil itu yang mendirikan negara bersama-sama tokoh-tokoh bangsa bersama NU, Muhammadiyah, Taman Siswa yang mendirikan negara. Partai yang dulu ada sekarang sudah tidak ada. Partai sekarang tidak mendirkan negara bahkan merusak negara. NU jangan bergeser dari relnya.

Soal seruan dari struktur NU bahwa peserta Pilpres adalah salah satu kiainya, masak tidak dipilih. Bagaimana dengan argumentasi tersebut?

Silakan saja, tapi jangan mengatakan kalau pilih 02 menang maka Indonesia akan berubah menjadi khilafah, itu tidak benar. Memang betul mantan anggota HTI mendukung 02, tapi tidak betul 02 mendukung HTI. Sama saja di 01, banyak anak-anak eks PKI, tapi apa dibilang Paslon 01 kalau menang PKI muncul lagi kan tidak bisa. Tidak sesederhana itu. Jangan menceritakan sesuatu yang tidak benar.

Bagaimana dengan narasi bahwa Pilpres 2019 ini adalah perang ideologi?

Tidak betul. Itu membohongi masyarakat. Tidak ada-lah, ideologi yang mana? Semua mendukung pancasila kok. Tahun 1955, ketika ideologi Islam masih boleh, komunis boleh, Pemilu ga sepanas ini. Ini bukan perang idoelogi tapi kepentingan. Kalau memang begitu framingnya, kenapa PBNU tidak undang kiai-kiai yang lain untuk bicara soal ini? Kan mereka tahu, sejumlah kiai tidak setuju, kenapa tidak diajak ngomong, mengklaim mereka yang paling mengerti tentang khitah. Menurut saya, tidak betul, tidak ada perang ideologi. Semua sudah pancasila. Hanya soal menafsirkan Pancasila yang berbeda.

Bagaimana menormalkan situasi di internal NU?

Itu bisa diselesaikan setelah Pilpres. Ada kiai senior di Jatim, mendukung Saifullah Yusuf saat Pilkada Jatim, saya sendiri mendukung Khofifah. Salah satu kiai ini bilang, belajar dari Pilgub kemarin, kita dukung Saifullah tidak menang, jadi tidak usah dukung-dukung lagi.