Muslim Arbi: Sikap Dedy Mulyadi Itu Bukan Sikap Pejuang Tapi…

Eramuslim.com -‘Pujian’ Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi kepada penjajah Belanda menunjukkan sikap Dedi sebagai penguasa daerah yang penjilat.

Penegasan itu disampaikan pengamat politik Muslim Arbi kepada intelijen (18/08). “Belanda itu membuat irigasi maupun infrastruktur lainnya itu bukan untuk bangsa Indonesia. Penjajah Belanda tetap penjajah. Sikap Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi itu penjilat, bukan pejuang,” tegas Muslim Arbi.

Menurut Muslim, di era penjajahan Belanda, banyak tokoh bersikap seperti Dedi Mulyadi, sehingga para tokoh tidak mau ikut berjuang melawan penjajah. “Di era penjajah Belanda ada yang menganggap Belanda itu baik karena membantu bidang pendidikan, membuat infrastruktur, bahkan memusuhi yang melawan Belanda,” papar Muslim.

Muslim menegaskan, sikap dan pemikiran Bupati Purwakarta itu sangat berbahaya jika menjadi pemimpin bangsa Indonesia. “Penjajahan di bidang ekonomi akan dibiarkan, sementara warganya hanya jadi buruh asing,” jelas Muslim.

Apalagi, kata Muslim, Dedi Mulyadi sudah jelas arahnya ingin menjadi Gubernur Jawa Barat. “Saat ini Dedi Mulyadi bakal calon Gubernur Jawa Barat. Di sisi lain ada proyek Meikarta Lippo Group yang belum mendapatkan izin. Jika jadi Gubernur Jabar, mungkin saja Dedi mengeluarkan izin itu,” jelas Muslim.
Sebelumnya, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi memuji penjajah Belanda yang telah menjajah Indonesia 350 tahun. “Kita seharusnya berterima kasih kepada Belanda. Karena kita memiliki tatanan irigasi yang baik dan aset pemerintah yang luas,” ujar Dedi seperti dikutip republika (17/08).

Jika tak dijajah Belanda, lanjut Dedi, Indonesia belum tentu mengerti akan tatanan pengelolaan air. Termasuk, membuat pintu-pintu untuk mengatur keluar-masuknya air ke areal persawahan.

“Pintu air buatan Belanda itu, awet. Karena, mampu berusia lebih dari 50 tahun. Bahkan, sampai sekarang pun sisa peninggalan Belanda itu masih ada di setiap saluran irigasi,” ucap Dedi. Akan tetapi, sekarang ini, pintu dengan kondisi yang masih baik, bisa dihitung jari. Selebihnya, dalam kondisi rusak. Akibat tidak dipelihara,” ungkap Dedi.(gj/it)

https://m.eramuslim.com/resensi-buku/konspirasi-penggelapan-sejarah-indonesia-eramuslim-digest-edisi-10.htm