Sekulerisme, Menghalangi Manusia Menjadi Muslim Sejati

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata. (QS. Al-Ahzab [33]: 36)

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memberi keputusan hukum di antara mereka ialah ucapan “Kami mendengar, dan Kami patuh”. Dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung. (QS. An-Nuur [24]: 51)

Sekulerisme Menghalangi Manusia Menjadi Muslim Sejati

Pada saat kemunculannya, Sekulerisme menjangkiti Eropa dilatarbelakangi oleh trauma masyarakat Barat terhadap agama. Sehingga mereka sepakat untuk memposisikan agama pada ruang-ruang privat kehidupan. Setelah sebelumnya agama menjadi landasan dalam mengatur kehidupan.

Derasnya arus Sekulerisme menerjang kehidupan manusia, membuat agama-agama yang dianut masyarakat Barat ketika itu mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan Sekulerisme. Pilihannya hanya dua, mereka ditinggalkan atau mereka mengikuti aturan main Sekulerisme. Sehingga mereka sepakat bahwa agama hanya mengatur urusan pribadi manusia dengan Tuhan. Ritual peribadatan seorang manusia kepada Tuhan adalah ruang privat.