Sindir Gibran Nyalon Pilkada Solo, Rocky Gerung: Kotak Kosong versus Otak Kosong!

Karena seperti yang diketahui, nepotisme adalah masih dalam batas keponakan.

Sedangkan Gibran sendiri sudah merupakan anak kandung dari Jokowi. “Karena kalau kita sebut nepotisme itu dari kata nepos artinya ponakan, ini bukan lagi ponakannya, ini anaknya,” terangnya.

“Jadi bukan nepos lagi, ini sudah sonsisme, putraisme, dan itu bagian paling buruk dari demokrasi.”

Bahkan Rocky Gerung menyebut Jokowi lebih buruk dari rezim Soeharto.

“Dulu Pak Harto angkat Mbak Tutut, kita semua protes waktu itu. Tapi akhirnya kita mengerti karena saat itu sistemnya otoriter. Pak harto kita nilai lebih fair untuk kuasai infrastruktur politik tak ada oposisi, maka Mbak Tutut. ,Kalau dibandingkan, ya lebih otoriter Jokowi sebenarnya. Dalam sistem demokrasi terang benderang, Jokowi bermain di air keruh, mencari keuntungan dari jabatan politik. Sebut saja lebih totaliter dari sistem Orde Baru,” ungkap Rocky.

Lebih lanjut, Rocky Gerung membenarkan bahwa majunya Gibran ke Pilkada Solo 2020 merupakan hak otonom setiap individu.

Namun menurutnya, hak tersebut berlaku jika seseorang benar-benar tidak memiliki hubungan atau pengaruh dengan pihak lain di perpolitikan, terlebih orang nomor satu di Indonesia.

“Tentu orang bisa bilang ya itu otonom untuk mencalonkan atau tidak mencalonkan,” kata Rocky Gerung.

“Dia menjadi otonom kalau tidak di dalam spire of influence dari ayahnya yang adalah presiden,” jelasnya.

“Kan problem kita spire of influence presiden akan bekerja mendahului netralitas Pilkada,” tutupnya.

Ia bahkan menyarankan Jokowi langsung saja melantik Gibran lewat Peppres ketimbang bertarung lewat Pilkada.

Rocky gerung menyebut kini beredar nyinyiran yang menyebut terkait Gibran yang melawan kotak kosong.

“Jadi meme sekarang kalau kotak kosong yang kalah di solo yang menang siapa?  Jadi kotak kosong versus otak kosong,” katanya.

Simak videonya mulai menit ke- 12.05: