Tjahja Gunawan: Pidato Prabowo Subianto dan Hariman Siregar Mencerahkan

Tokoh yang hadir dalam acara ini diantaranya, Presiden RI ke 6, Jenderal TNI Prof Dr H Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Indonesia ke-6, Tokoh Reformasi Dr Amien Rais, dan Ibu Rachmawati Soekarnoputri, putri tokoh proklamator Republik Indonesia, Soekarno.

Politik Kebangsaan 

Berbeda dengan suasana di Plenary Hall JCC, peringatan 45 Tahun Peristiwa Malari di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Selasa malam (15/1), banyak dihadiri para mantan aktivis dari berbagai generasi. Misalnya seperti aktivis 66 yang juga tokoh Golkar di era Orde Baru, Akbar Tanjung, tokoh mahasiswa UI Tahun 1978 Dr Dipo Alam, tokoh senior yang juga pakar intelejen Suripto, dan aktivis mahasiswa tahun 1980-an Dr Syahganda Nainggolan.

Di acara ini, juga datang para eks aktivis mahasiswa yang saat ini mendukung Jokowi. Pada malam peringatan Malari ke 45 ini, suasana berlangsung cair karena yang dibicarakan Bang Hariman Siregar dalam pidatonya adalah tentang Politik Kebangsaan.

Hariman Siregar nampak sangat galau dengan kondisi masyarakat saat ini yang terbelah (decided) akibat pilihan politik yang berbeda. Sebelumnya dia memaparkan secara singkat terjadinya Malapetakan Lima Belas Januari (Malari) 1974.

Ketika itu para mahasiswa turun ke jalan menolak investasi asing (Jepang) yang dilakukan secara besar-besaran. Aksi demo ini dilakukan bertepatan dengan kedatangan PM Jepang Tanaka ke Jakarta.

Strategi pembangunan yang hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dengan mengandalkan investasi asing mengandung banyak kelemahan. Sebab akan menimbulkan kesenjangan ekonomi dan sosial dalam kehidupan masyarakat.