Wis Wayahe 2

Erwin Aksa dan Dahlan Iskan mewakili kelompok pengusaha. Beralih dukungan dari Jokowi ke Prabowo. Ada juga Sri Sultan Hamengku Buwono X. Dari tentara ada Gatot Nurmantyo. Bahkan untuk meyakinkan kubu Prabowo-Sandi, Gatot mengkritik tajam dan pedas rezim Jokowi. Kritiknya terkait dengan anggaran militer yang sangat kecil, yaitu 6 triliyun-an. Gatot juga kritik langkah istana intervensi dalam mutasi jabatan para prajurit terbaiknya Gatot. Gatot dilengserkan, orang-orangnya pun dibabat habis. Gatot kecewa! Bahkan teramat kecewa!

Gelombang dukungan juga datang dari para ulama. Mulai Ustaz Bachtiar Nasir, Ketua Majlis Pelayan Indonesia (MPI), sekaligus mantan ketua GNPF. Ada Ustaz Abdussomad (UAS), Ustaz Adi Hidayat, dan Aa Gym. Para da”i kondang dan berpengaruh ini mengambil timing di ujung. Hanya beberapa hari jelang pencoblosan.

Ada berbagai dugaan mengapa mereka deklarasi di ujung. Pertama, tak ingin membuat gaduh umat yang selama ini terbelah. Kalau toh harus gaduh, tak perlu lama, karena sebentar lagi penoblosan. Habis itu, diharapkan tenang lagi. Kecuali jika adanya kecurangan berpengaruh terhadap kemenangan.

Kedua, tak ingin berhadap-hadapan dengan penguasa. Ada pihak yang dorong para ulama itu dukung penguasa. Kalau gak mau, ya netral. Kabarnya, mereka dihambat untuk memberi dukungan ke seberang.

Cerita UAS dukung Prabowo yang penuh liku dan sangat dramatis menggambarkan situasi itu. Kucing-kucingan dengan pihak yang tak ingin UAS dukung Prabowo-Sandi. Nampaknya mereka kecolongan. UAS berhasil ketemu Prabowo dan membuat dukungan. Esoknya, UAS dihajar fitnah.

Ketiga, dukungan di ujung lebih efektif karena masih segar di ingatan umat. Juga belum terkontaminasi. Ini akan berpengaruh saat pencoblosan.

Kalau lihat jarak waktunya, dukungan para ulama ini seperti ada kesepakatan satu dengan yang lain. Adakah sutradaranya? Gak tahu!