Wisatanya Mendunia, Tapi Warga Sekitar Raja Ampat Masih Miskin

Warga di Waisai mengungkapkan kepada kantor berita AFP, mereka tidak melihat ada perbaikan dalam kehidupan meski jumlah wisatawan terus meningkat. Menurut pemerintah, diperkirakan ada sekitar 15 ribu turis yang datang ke Raja Ampat saban tahun belakangan ini. Pada 2010 wisatawan ke Raja Ampat hanya kurang dari 5000 orang saja.

“Mereka melukai hati warga pribumi. Mereka mengambil tanah, air, dan hutan kami. Kami merasa dikhianati,” kata Paul Mayor, kepala suku Byak Betew di Raja Ampat.

“Itu tanah kami, laut kami, yang sekarang jadi tujuan wisata kelas dunia, tapi kami tidak mendapat apa-apa dari banyaknya turis yang datang,” kata dia.

Paul juga kemudian menyoroti gagalnya pemerintah melindungi ekosistem di Raja Ampat ketika terjadi peristiwa kapal pesiar asing menabrak terumbu karang di sana pada Maret lalu.

Pemerintahan Jokowi mengklaim telah berusaha menggenjot pembangunan di Papua, namun banyak warga lokal merasa mereka belum merasakan dampaknya alias itu cuma klaim kosong.

“Selama ini belum ada perubahan apa-apa,” kata Ariel Fakdawer, kepala desa Saukabu di Raja Ampat kepada AFP.

“Festival tahunan di Raja Ampat misalnya, berhasil menarik ribuan turis dari dalam dan luar negeri, tapi kami tidak dapat apa-apa. Kami masih miskin saja, sedangkan panitia festival dan orang luar dapat untung banyak,” ungkapnya.(kl/mdk)

https://m.eramuslim.com/resensi-buku/167492.htm