Apa yang Indonesia Keliru Soal Omicron?

Tetapi, secara teori, setidaknya, mereka yang tidak terlindungi (belum divaksin) juga yang paling diuntungkan dari paparan strain “ringan”, karena mereka mendapatkan kekebalan dari paparan virus yang relatif lebih ringan.

Namun, saat ini, tampaknya Omicron tidak beroperasi seperti itu. Omicron di negara barat tumbuh luar biasa cepat pada mereka yang sudah dilindungi oleh vaksin.

Inggris, Denmark, Norwegia, dan negara Skandinavia adalah Contoh Vaksinasi Diterobos Omicron

Masih banyak yang belum kita ketahui tentang Omicron, tetapi sejak varian pertama kali diidentifikasi bulan November lalu, ahli epidemiologi memperingatkan untuk berhati-hati dalam mengaitkan pertumbuhan kasus yang cepat dengan rendahnya angka vaksinasi.

Faktanya pada konsensus awal terbentuk bahwa varian Omicron tak terbantahkan lebih menular daripada Delta.

Di Denmark, tampaknya varian baru Omicron sebenarnya menyebar lebih cepat di antara mereka yang dianggap “aman” daripada mereka yang secara refleks dianggap “rentan” karena belum vaksin.

Menurut sebuah laporan pada Selasa (21/12) oleh Kantor Statistik Nasional Inggris menyebutkan bahwa Individu yang telah menerima tiga dosis vaksin dan dites positif Covid-19 lebih mungkin terinfeksi dengan varian Omicron dibandingkan dengan mereka yang tidak divaksinasi.

Namun Ini tidak berarti bahwa Omicron lebih memilih pada individu yang telah divaksinasi tetapi bahwa kemampuan menerobos kekebalan vaksin dari varian Omicron memberinya keunggulan kompetitif relatif besar daripada Delta sehingga mereka yang memiliki perlindungan kekebalan terhadap varian Delta menjadi lebih tidak terlindungi untuk menghadapi Omicron.

Peneliti mengamati Omicron dan berkesimpulan bahwa pertumbuhan awal virus Omicron mencerminkan kemampuan produktif yang mengesankan sehingga menerobos vaksin dan menginfeksi ulang kepada mereka yang sudah pernah terpapar varian Delta, namun saat ini mereka yang sudah divaksin masih tampak cukup terlindungi dari penyakit parah.

Kesimpulan Ini hanyalah penelitian awal dari beberapa poin data — yang belum tentu representatif — , Namun arahnya kesimpulannya mungkin berubah saat Omicron menyebar lebih jauh, sehingga mengubah gambar dan komposisi gelombang secara keseluruhan.

Tetapi data awal menunjukkan bahwa Delta dan Omicron mungkin cukup berbeda sehingga pertumbuhan Omicron tidak berarti akhir dari Delta, tetapi bahwa dua gelombang yang sedang berlangsung pada dasarnya berjalan di paralel sebagaimana mengutip pendapat ahli virologi Trevor Bedford beberapa minggu lalu.

Konsekuensi Kebijakan Publik

Dan jika dua varian bersaing untuk mendapatkan inang dalam dua populasi terpisah, mungkin hanya di antara yang divaksinasi atau yang sebelumnya terinfeksi yang terkena karena varian baru Omicron memiliki keuntungan yang signifikan — di antara yang tidak divaksinasi.

Mereka yang belum divaksin tetap akan terkena varian delta lama dan akhirnya dapat menyebabkan penyakit parah dan kematian setelah gelombang Omicron melandai. Di Amerika, strain Delta masih membunuh rata-rata 1.300 orang Amerika sehari.

Hipotesis ini dapat membantu menjelaskan mengapa Omicron menghasilkan pengurangan yang signifikan dalam hasil yang parah, setidaknya untuk saat ini, dan mengapa gelombang Delta yang sedang berlangsung tampaknya belum juga surut.

Konsekuensi kedepan adalah varian baru Omicron mungkin akan menyebar ke seluruh negara, menginfeksi sejumlah besar orang, dan bila terinfeksi Omicron, setelah pulih, tubuh tidak memberikan perlindungan kekebalan tambahan di masa depan — terhadap varian lainnya dan juga terhadap strain Delta.

Pemerintahan melalui Jurubicara Kementerian Kesehatan dan Kementerian Dalam Negeri memberikan peringatan keras kepada yang tidak divaksinasi bahkan akan memberikan sanksi pidana untuk mereka yang menggunakan applikasi PeduliLindungi.

Namun data ilmuwan menunjukan bahwa gelombang omicorn menyerang mereka yang sudah divaksin setidaknya di negara barat.

Menurut kami, ini menunjukkan betapa tidak lengkapnya pemahaman kita tentang gelombang Omicron yang saat ini menerjang dunia. Ilmuan bersepakat vaksinasi tetap dapat melindungi dari serangan strain Delta, Beta dan Alfa.

Namun bila orang yang divaksinasi tersebut terinfeksi saat ini maka kemungkinan besar itu adalah Omicron.

Patut diingat bahwa individu yang divaksinasi dan sebelumnya pernah terinfeksi Covid maka Omicron lebih mudah menyerang mereka karena Omicron memiliki kemampuan infeksi yang lebih tinggi dibandingkan Delta.

Negara Eropa barat mayoritas sudah tervaksin namun nyatanya mayoritas orang yang terinfeksi Omicron adalah mereka yang sudah divaksinasi. Hal ini disebabkan perlindungan vaksin yang ditawarkan terhadap infeksi Omicron sebenarnya cukup kecil.

Oleh karena itu pilihan kebijakan pemerintah hanya menggiatkan program vaksinasi namun melakukan relaksasi terhadap mobilitas penduduk di Nataru adalah salah besar dan berdampak fatal bagi penyebaran Omicron.