Mabuk Agama: Memangnya Agama Itu Narkoba?

Mungkin uraian di atas masih kurang detail. Terlalu singkat atau tidak memuaskan. Silahkan ditambahkan sendiri ataupun didiskusikan agar tidak ada syak wasangka.

Sesuai judul, sekarang ke diksi ‘agama’. Ya. Di KBBI, agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

Sisi lainnya, agama itu berasal dari bahasa sanksekerta. A = tidak; gama = rancu atau kacau. Barang siapa menjalankan agama secara benar maka bakal tidak rancu/kacau baik dalam olah logika, olah rasa, pandangan hidup dan seterusnya. Singkat kata, orang beragama itu hidupnya tidak akan kacau. Kalau beragama tetapi masih rancu atau kacau, itu bukan salah agama tapi manusianya kemungkinan ‘keliru membaca’ ajaran-ajaran agama.

Di Islam, bila orang beragama tetapi masih plin-plan diistilahkan munafik; atau beragama namun suka melanggar aturan itu namanya murtad; atau orang beragama tetapi tak percaya diri, tidak dipercayai oleh lingkungan disebut kafir. Selanjutnya orang yang percaya diri, dipercaya oleh anak buah, atasan, anak istri dan dipercaya oleh lingkungan itulah orang beriman. Uraian di atas, itu penjelasan dalam makna horizonal, bukan makna vertikal (mutlak) yang menjadi kawasan Tuhan.

Dalam Islam, ada empat golongan manusia, yaitu: 1) munafik, 2) kafir, 3) murtad dan 4) beriman. Tidak ada istilah dan/atau tak ada yang lain selain empat istilah di atas.

Ketika muncul istilah ‘mabuk agama’ dan viral maka pertanyaan selidiknya: “Termasuk golongan manakah mabuk agama itu; kelompok munafik, murtad, kafir atau golongan beriman?”

Ya. Asymmetric war (perang nirmiliter) yang berpola isu-tema atau agenda-skema, mengajarkan: bahwa isu ditebar untuk memancing reaksi publik alias test the water; kemudian agenda diluncurkan guna membentuk opini publik. Apabila berhasil, publik menerima dan isu tersebut dianggap benar adanya; dan terakhir ditancapkan skema. Dalam geopolitik, narasi skema biasanya terkait (geo) ekonomi, namun dalam permainan politik praktis, paling minimal ialah meraih pintu masuk menuju kekuasaan.

Dengan demikian, secara asymmetric, maraknya tagar ‘mabuk agama’ merupakan isu awal. Pintu pembuka bagi agenda yang hendak dibentuk di benak publik. Pembahasan singkatnya, bahwa mabuk itu identik dengan candu, narkoba atau miras. Maka analisa prematurnya, bahwa kuat diduga, agenda yang akan dibentuk di publik antara lain:

1) agama itu narkoba, 2) agama itu miras, 3) agama adalah candu. Itulah sinyalir agenda jika isu mabuk agama semakin viral di publik.

Dari paparan ini, tercium bau sangat menyengat darimana sumber isu ‘mabuk agama” berasal dan bermula.
Di Bumi Pertiwi ini, masih banyak kembang sore dan bunga-bunga sedap malam … [GlobalReviewIndonesia]

Penulis: M Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)