Pendaki Gerung

Pohon-pohon cemara di pekarangan rumah Rocky pun tinggi-tinggi. Saya harus menongak keras untuk menatap pucuknya.

Itulah pohon-pohon yang ditanam Rocky sendiri. Tahun 2008 lalu. Yakni saat ia memilih tebing ini untuk tempat tinggal.

Rumah Rocky yang kecil lah yang membuat pekarangan 800 m2 ini terasa seluas lapangan golf –kalau yang main golf teletubbies.

Di tebing itu Rocky memang seperti menjadi pemilik tunggal seluruh lembah Gunung Salak arah Sentul.

Di manakah Rocky meletakkan buku-bukunya?

Di mana-mana. Di dinding rumah, dinding gasebo, dinding tangga, dan bahkan di dinding toilet.

Sebenarnya ia tidak perlu lagi menyimpan ribuan buku itu –semua itu rasanya sudah seperti terekam di kepalanya.

Rocky lahir di Manado. SMA-nya di Don Bosco di kota itu. Demikian juga adik Rocky, Grevo Gerung. Yang kini Dekan Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi. Sudah guru besar. Doktornya tentang rumput laut di Jepang. Ia calon kuat untuk rektor di sana.

Ayah Rocky masih segar. Di Manado. Pernah menjadi kepala perikanan. Sang ayah, ujar Grevo, tidak merisaukan besarnya sorotan ke Rocky belakangan ini.

“Kalau ibu saya sudah meninggal,” ujar Rocky.

Lulus SMA Rocky ke Jakarta. Masuk fakultas teknik elektro Universitas Trisakti. Sampai semester lima. Lalu masuk Sospol UI.