Reuni Akbar 212 dan Kodrat Geopolitik Indonesia

Yang mana rasa senasib itu mempunyai dorongan untuk mengubahnya ke arah yang lebih baik. Berkumpul bersama, berdoa bersama, Dzikir bersama, dan sholat bersama, merupakan perilaku kolektif yang timbul dari perasaan dan kesadaran koilektif. Bung Karno menyebutnya bertemunya pikiran sadar dan alam bawah sadar.

Sisi lain dari fenomena reuni 212 adalah, betapa pentingnya kesadaran geopolitik. Yaitu persatuan atau persenyawaan antara orang dan tempat dimana dia bermukim. Persatuan antara manusia dan tempatnya memang tidak boleh diremehkan. Tidak dapat dipisahkan,

Dalam bahasa peristilahan Bung Karno, antara rakyat dan bumi yang ada di bawah kakinya. Jadi harus ada keselarasan antara manusia, perasaannya, dan tempatnya, bumi yang didiami manusia itu. Itulah yang disebut tanah air. Tanah dan Air merupakan satu kesatuan.

Bahwa selain rasa seiman sebagai umat beragama Islam, Islam itu sendiri sudah bersatu dan bersenyawa dengan bumi nusantara secara geopolitik. Bahwa kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan. Bahwa Indonesia yang bulat bukan Jawa saja, bukan Sumtra saja, bukan Maluku saja, dan bukan Kalimantan saja. Melainkan segenap kepulauan yang ditunjukkan oleh Allah SWT menjadi satu kesatuan di antara dua benua dan dua samudra. Itulah Tanah Air kita.

Dan itulah pesan sentral dari perhelatan Sabtu kemarin. Betapa manusia, karakter, perasaan, dan tempatnya, bertali-temali. Dan Islam itulah yang menujadi tali-temali penting dari kodrat geopolitik Indonesia. Melawan itu, berarti melawan kodrat geopolitik Indonesia.(kl/aktual)

Hendrajit, redaktur senior.