Tere Liye: Ibu Kota Baru, “Happy”

Juga buat buzzer, pendukung2nya, ayooo buruan sana pindah.

Besok2, jika sdh ada toko buku di sana, sy akan sisihkan jadwal acara bedah buku di ibu kota baru.

Tidak ada yg spesial dari kota ini besok2. Sama seperti saat sy mampir di Kupang, Ambon, Sorong, dll. Itu hanyalah kota2 seperti yang lain.

Bedanya: kalian bangun dengan uang ratusan trilyun, uang dari utang, yg besok2 dibayar anak cucu. Siapa yang tertawa bahak atas gelontoran proyek ini? Oligarki. Mereka bahkan sudah sejak kemarin2 siap cup tanah yg mana, proyek yg mana.

Di negeri ini, kalau kamu memang serius membangun, cukup fokus pada: penegakan hukum, pendidikan dan kesehatan. Prioritas saja ke-3 itu, pertumbuhan ekonomi akan meroket sendiri. Kamu malah kebalik, KPK hancur lebur, menteri korupsi bansos, eh mainannya proyeeeek melulu.

Well, kamu mau dukung atau menolak ibu kota baru, jangan lupa, lapor SPT 2021. Batas waktunya 31 Maret 2022. Cuma disuruh lapor SPT saja jangan2 kamu malas. Ambyar banget seolah peduli dgn negeri ini, seolah2 patriot, tapi lapor SPT tdk pernah. Sorry, bicara soal pajak, jangan2 tukang bakso yg tertib bayar pajak lebih patriot dibanding komisaris BUMN. Minimal itu tukang bakso ngasih duit ke negara. Tidak digaji negara.

Dan titip pesan buat idola2 kamu. Kapan jutaan buku bajakan Tere Liye akan dibereskan? Pajaknya mau, tapi saat urusan buku bajakan, bahkan saat minta tolong ke level menteri tetap zong!

[Faktakini]