Komandan Tentara Zionis Akui Gerakan Intifadhah Kian Menakutkan

Eramuslim.com – Seorang komandan militer penjajah Zionis mengakui terjadi perkembangan intifadhah al-Quds, dari konfrontasi rakyat menjadi aksi-aksi berani mati yang kompleks.

Surat kabar Zionis Ma’arev mengutip dari Komandan Batalyon Pasukan Zionis Letkol Eliyad Edry yang bertugas memimpin batalyon di Ramallah, dia mengatakan, “Fokus beban pada bulan-bulan pertama seputar aksi-aksi rakyat, demo-demo besar dan gengguan-gangguan aturan umum, namun belakangan ini fokus pada aksi-aksi penembakan, aksi-aksi yang kompleks seperti penyusupan ke permukiman-permukiman Yahudi.”

Sudah 13 orang Zionis tewas dalam serangkaian aksi berani mati yang terjadi sejak meletus intifadhah al-Quds awal Oktober 2015 lalu, sebagai reaksi atas penyerbuan berulang-ulang yang dilakukan para pemukim Yahudi ke masjid al-Aqsha dan upaya penjajah Zionis untuk menerapkan pembagian masjid al-Aqsha secara waktu dan tempat di dalamnya.

intifadhah pisauLetkol Eliyad Edry menambahkan, “Ada penurunan signifikan pada jumlah aksi-aksi sederhana dan terjadi peningkatan jumlah aksi-aksi yang kompleks. Di saat yang sama terjadi penurunan aksi-aksi demo dan pelanggaran umum.” Dia mengisyaratkan kepada penurunan aksi-aksi demo rakyat di titik-titik konflik, sebaliknya terjadi perkembangan pada aksi-aksi berani mati melalui penggunaan senjata dan penyusupan ke permukiman-permukiman Yahudi.

Dia melanjutkan, “Kita menyaksikan secara mendasar pada pemuda kehilangan kontrol keluarga dan jaringan perndidikan pada mereka. Mereka tidak peduli dengan kata-kata keluarganya.” Ungkapan ini merujuk kepada anak-anak muda yang masih belia melakukan aksi-aksi berani mati.

Perwira Zionis ini mengklaim bahwa kecenderungan ini akibat provokasi Palestina. Dia mengatakan, “Dulu kita tidak mendengar provokasi ini dari masjid-masjid dan sekolah-sekolah. Kadang kita berdiri tercengang dekat kelas-kelas pagi di sekolah-sekolah dan kita mendengar kepala sekolah atau guru menyampaikan kata-kata yang bahkan orang yang tidak paham bahasa Arab pun tahu bahwa itu adalah kata-kata yang berbahaya.” (ts/infopalestina.com)