Paus Benediktus Minta Israel Lindungi Umat Kristen Palestina

Paus Benediktus meminta Israel untuk melindungi umat Katolik di tanah Palestina dan meminta rejim Zionis untuk membuka pintu seluas-luasnya bagi mobilitas rakyat Palestina termasuk bagi mereka yang ingin berkunjung ke tempat-tempat peribadahan.

Paus Benediktus mengungkapkan hal tersebut saat menerima duta besar Israel yang baru untuk Tahta Suci, Mordechay Lewy. Lewy merupakan utusan Israel kelima sejak Vatikan membuka hubungan diplomatik dengan rejim Zionis pada tahun 1994.

Pada Lewy Paus mengatakan, "Saya tahu Anda ikut prihatin dengan makin menurunnya jumlah populasi umat Kristen di Timur Tengah, termasuk di Israel karena adanya emigrasi."

"Saya berdoa, ada jalan untuk memastikan bahwa komunitas Kristen punya harapan akan masa depan mereka di tanah-tanah nenek moyang mereka, " tambah Paus.

Vatikan menyatakan mendukung terbentuknya negara Palestina merdeka, dan mendukung hak Israel untuk eksis berdasarkan perbatasan-perbatasan yang diakui dunia internasional. Saat menerima Lewy, Paus mengatakan bahwa rakyat Palestina memiliki hak yang sama dengan warga Israel atas kesejahteraan hidup mereka. Paus meminta Israel agar melakukan berbagai upaya untuk meringangkan penderitaan rakyat Palestina. Apalagi banyak di antara warga Palestina yang memeluk agama Kristen.

"Saya sangat menyadari kesulitan-kesulitan yang dialami umat Kristen di Tanah Suci, karena terus berlanjutnya ketegangan antara orang-orang Yahudi dan warga Palestina. Tapi ironisnya, mayoritas pemeluk Kristen di Tanah Suci adalah warga Palestina, " tukas Paus.

Ia juga meminta Israel untuk membuat undang-undang baru untuk menyelesaikan masalah keuangan dan perpajakan gereja, serta meminta Israel untuk mempermudah pemberian visa bagi pendeta-pendeta Kristen dari luar Israel.

Selama ini, banyak umat Kristen Palestina yang juga menjadi korban penjajahan Israel yang brutal di tanah Palestina. Banyak di antara mereka yang akhirnya memilih meninggalkan rumah-rumah mereka untuk menghindar dari kekejaman dan kebijakan-kebijakan Israel yang diskriminatif. (ln/mol)