Serangan Israel ke Penjara Palestina Dikecam, AS dan Inggris Terlibat

Organisasi pemantau hak asasi manusia Amnesty International, Sekjen PBB Kofi Annan dan Sekjen Liga Arab Amr Moussa, mengecam serangan dan pengepungan yang dilakukan oleh Israel ke penjara Areha yang terletak di kota Jericho, Tepi Barat, Selasa (14/3).

Amnesty International dalam pernyataan yang dimuat di situs resminya menyatakan, otoritas Israel bertanggung jawab atas keselamatan para tahanan warga Palestina dan staf penjara, setelah melakukan serangan dan pengepungan itu. Amnesty International juga menyerukan kembali desakannya agar Israel menghentikan politik pembunuhannya dan penggunaan kekuataan senjata.

Desakan agar Israel menghentikan tindak kekerasannya di Jalur Gaza juga disampaikan oleh Sekjen Kofi Annan. Melalui juru bicaranya Stephane Dujarric, Annan menyatakan "keprihatinannya yang mendalam" atas tewasnya sejumlah aparat kepolisian Palestina dan penculikan sejumlah aparat internasional.

Seperti diberitakan, pendudukan Israel pada Selasa kemarin menyerang dan mengepung penjara Areha di Jericho, Tepi Barat, untuk menangkap salah satu pemimpin Front for the Liberation of Palestine (PFLP) Ahmad Saadat, yang ditahan di penjara itu karena dituduh menjadi otak pembunuhan menteri pariwisata Israel, Rehavam Zeevi pada tahun 2001. Saadat ditahan di bawah pengawasan AS dan Inggris sejak 2002.

Dalam serangannya kemarin, pasukan Israel mengepung penjara Areha dengan tank-tank dan menembakkan sejumlah misil agar Saadat menyerah. Saadat dan enam orang rekan seperjuangannya akhirnya memang menyerah. Sumber di kemiliteran Israel mengungkapkan, selain Saadat yang menjadi target utama mereka, sekitar 150 tahanan Palestina juga menyerah. Pada kesempatan itu, pasukan Israel ikut menciduk Fuad Shobaki, tahanan Palestina yang dituduh menyelundukan senjata ‘ilegal’ ke Palestian beberapa tahun yang lalu.

Menteri keamanan publik Israel, Gideon Ezra membenarkan bahwa aksi serangan dan pengepungan ke penjara Areha adalah sebuah misi khusus untuk menangkap Ahmad Saadat dan empat pejuang Front for the Liberation of Palestine (PFLP) lainnya, setelah seminggu sebelumnya, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyatakan akan membebaskan Saadat.

Dalam aksi kekerasan Israel kemarin, dua aparat keamanan Palestina tewas dan 23 orang lainnya mengalami luka-luka.

AS dan Inggris Terlibat

Amnesty International, Liga Arab dan Organisasi Konferensi Islam menuding AS dan Inggris ikut berperan dalam aksi serangan Israel ke penjara Areha kemarin. "Jelas, ada semacam kordinasi. Penarikan anggota pemantau dari AS dan Inggris menimbulkan tanda tanya," kata Sekjen Liga Arab Amr Musa pada stasiun televisi Aljazeera.

Sebelum penyerangan, para pemantau dari AS dan Inggris yang berada di penjara Areha tempat Saadat ditahan, memang diminta keluar.

OKI mengingatkan AS dan Inggris, bahwa serangan semacam ini hanya akan memperluas eskalasi ‘kekerasan dan ekstrimisme’ di seluruh dunia.
"Pemerintah Inggris dan AS bertanggung jawab secara langsung dan serius atas apa yang terjadi di penjara itu dan akan disusul dengan kekerasan lainnya," kata OKI dalam pernyataan resminya.

Sementara itu, Menlu Inggris Jack Straw berdalih, para pemantau ditarik keluar dari penjara karena mereka menghadapi ‘ancaman yang makin meningkat atas keselamatan mereka’ dan pemerintah Palestina tidak bisa memenuhi kewajibannya untuk melindungi mereka.

Alasan yang sama juga diungkapkan juru bicara departemen luar negeri AS Sean McCormack dalam kunjungannya di Jakarta mendampingi Menlu AS Condoleezza Rice. "Para pemantau ditarik keluar karena alasan keselamatan mereka. Pemerintah Palestina berulangkali mendapatkan informasi tentang hal ini," kata McCormack. Meski demikian, ia menolak memberikan penjelasan mengapa penarikan para pemantau dilakukan hanya beberapa menit sebelum serangan Israel dilakukan ke penjara itu.

"Tanya pihak Israel," kata McCormack pendek. (ln/iol/aljz)