Situasi Palestina Tegang, Raja Arab Saudi Turun Tangan

Hamas dan Fatah menyatakan menerima inisiatif Raja Arab Saudi, Raja Abdullah mempertemukan kedua faksi itu untuk membahas perdamaian antara keduanya di Makkah. Namun aksi kekerasan antara pendukung Hamas dan Fatah masih berlangsung sampai hari Minggu kemarin.

"Kepemimpinan Hamas menyambut baik undangan Raja Saudi untuk melakukan pertemuan dengan saudara-saudara kami dari Fatah guna membicarakan permasalahan kita dan mencapai kesepakatan untuk membentuk pemerintahan nasional bersatu, " ujar Kepala Biro Politik Hamas yang sedang dalam pengasingan di Damaskus, Khaled Meshal.

Pernyataan Meshaal itu juga didukung oleh jajaran pemerintahan Hamas di Palestina. "Kami menyambut undangan Yang Mulia Raja Abdullah dan pemerintah menghargai niat baik ini dalam upata memecahkan perbedaan pandangan yang terjadi di dalam negeri Palestina" kata juru bicara kementerian luar negeri Palestina, Taher An-Nono.

Dalam siaran stasiun televisi Al-Jazeera disebutkan bahwa Fatah juga menerima insiatif Saudi. Namun belum ada keterangan detil dari pihak Fatah. Pejabat senior Fatah dan penasehat Presiden Palestina, Azzam al-Ahmad mengatakan, Fatah belum secara resmi menerima undangan itu dan akan menunggu sampai undangan itu resmi disampaikan oleh Saudi sebelum memberikan respon.

Upaya mendamaikan Hamas dan Fatah seolah menemui jalan buntu. Sampai Minggu (28/1) malam, aksi-aksi kekerasan masih terjadi di Palestina. Di rumah sakit Gaza, seorang anggota kepolisian dari Hamas dilaporkan tewas terbunuh.

Di selatan Gaza, Associated Press melaporkan aksi penembakan yang dilakukan sekelompok orang, yang menewaskan seorang pendukung Hamas.

Akibat kekerasan yang terus menerus terjadi, sejumlah warga di Gaza memilih mengungsi untuk menghindari pertikaian. Warga lainnya bersama anak-anak mereka, memilih diam di rumah dan menghindari jendela-jendela karena takut adanya tembakan dari para penembak jitu. Situasi di Gaza sepanjang akhir pekan kemarin, begitu menegangkan. Warga sipil di kota itu hampit tidak ada yang berani ke luar rumah.

Tidak hanya di Gaza, sejumlah aksi yang memicu ketegangan antara Hamas dan Fatah juga terjadi di kota Nablus, Tepi Barat. Di kota ini, sejumlah kelompok bersenjata dilaporkan menculik 11 anggota Hamas.

Sumber-sumber di kalangan aparat keamanan di Tapi Barat mengungkapkan, para pendukung Fatah membakar sejumlah kantor kementerian pendidikan dan menculik lima pegawainya. Seorang pemimpin lokal Hamas di Nablus, juga dilaporkan diculik oleh sekelompok orang bersenjata.

Melihat situasi yang makin kacau, PM Palestina Ismail Haniyah menyerukan pada semua pihak agar mengakhiri pertikaian.

"Kami menyerukan pada rakyat Palestina untuk mengedepankan persatuan nasional dan dialog serta menarik semua senjata dari jalan-jalan dan mengakhiri konflik, " seru Haniyah.

Liga Arab mengecam pertikaian yang terjadi Palestina dan menyebutnya "tidak rasional dan tidak bisa diterima.
Kordinator khusus PBB untuk proses perdamaian di Timur Tengah, Alvaro de Soto menyerukan keduabelah pihak, Hamas dan Fatah untuk menghentikan bentrokan fisik. (ln/iol/aljz)