Peristiwa Bersejarah di Bulan Muharram

Dalam mantra-mantra tradisional Jawa yang berbau Islam, banyak tersirat ritual yang memuliakan Fatimah (yang di Jawa disebut Dewi Pertimah yang disejajarkan dengan Dewi Pertiwi atau Dewi Bumi). Ali bin Thalib yang disebut Baginda Ngali, Hasan, Husein, maupun Muhammad Hanafiah. Mirip dengan kepercayaan kaum Syi’ah. Mereka juga sangat membenci Yazid yang disebut Raja Yazid Kang Duraka. Walau begitu mereka menghormati Abu Bakar, Umar, dan Usman juga Muawiyah.

 

Terkait atau tidaknya peristiwa Asyura dengan penamaan bulan Muharram dengan istilah bulan Sura oleh masyarakat Islam di wilayah Nusantara. Menurut yang percaya pada mitos ini, bulan Muharram dianggap sebagai bulan yang dikhususkan untuk para makhluk halus menyelenggarakan perayaan pernikahan.

Terkait dengan hal ini, Rasulullah saw bersabda: “Dari Abu Hurairah dari Nabi saw bersabda: “Janganlah kalian menamakan ‘inab (anggur) sebagai karam (kemuliaan), dan janganlah kalian mengatakan alangkah sialnya masa (waktu) karena sesungguhnya Allah adalah (pencipta) masa.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam Hadits lain juga dijelaskan: “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda: “Allah Azza wa Jalla berfirman: Anak Adam telah menyakiti-Ku dia suka mencela masa. Padahal Aku adalah (pencipta) masa. Akulah yang menggilir siang dan malam.” (HR Muslim)

Maka sungguh tidak tepat menganggap Muharram sebagai bulan sial. Semua bulan dan hari adalah sama saja. Tidak ada yang boleh disebut hari baik baik atau hari sial. Bulan baik atau bulan sial. Termasuk bulan Zulhijjah, bulan terbunuhnya dua khalifah, Umar dan Usman. Apalagi bulan Muharram. Bulan pertama dalam kalender Islam. (rol)

__________

—–

[1] Hadits Shahih Riwayat Bukhari 3/454, 4/102-244, 7/147, 8/177,178, Ahmad 6/29, 30, 50, 162, Muslim 2/792, Tirmidzi 753, Abu Daud 2442, Ibnu Majah 1733, Nasa’i dalam Al-Kubra 2/319,320, Al-Humaidi 200, Al-Baihaqi 4/288, Abdurrazaq 4/289, Ad-Darimy 1770, Ath-Thohawi 2/74 dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya 5/253.

[2] Hadits Shahih Riwayat Bukhari 4/244, 6/429, 7/274, Muslim 2/795, Abu Daud 2444, Nasa’i dalam Al-Kubra 2/318, 319, Ahmad 1/291, 310, Abdurrazaq 4/288, Ibnu Majah 1734, Baihaqi 4/286, Al-Humaidi 515, Ath-Thoyalisi 928.

[3] Hadits Riwayat Ahmad 2/359-360 dengan jalan dari Abdusshomad bin Habib Al-Azdi dari bapaknya dari Syumail dari Abu Hurairah, Abdusshomad dan bapaknya keduanya Dha’if.