Bahayanya Akan Makanan Haram

Oleh Ustadz Didik Hariyanto

Sebagaimana  makanan yang kotor bisa menyebabkan badan sakit, infeksi dan melemahkan sistem imun tubuh maka makanan yang haram juga bisa menjadikan hati sakit bahkan mati. Agar sehat tubuh membutuhkan vitamin dan makanan yang steril dari bakteri, begitu juga hati agar kuat dan bersinar membutuhkan asupan makanan yang halal.

BAHAYA MAKANAN HARAM

  • Doa tertolak

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan kaum mukminin dengan perintah yang juga Dia tujukan kepada para rasul, “Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” dan Dia juga berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” Kemudian beliau menyebutkan seseorang yang letih dalam perjalanannya, rambutnya berantakan, dan kakinya berpasir, seraya dia menengadahkan kedua tanganya ke langit dan berkata, “Wahai Rabbku, wahai Rabbku.” Padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dia diberi makan dari yang haram, maka bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan.”(HR. Muslim)

 

  • Dibakar Api Neraka

“Barangsiapa merampas hak seorang muslim dengan sumpahnya, maka Allah mewajibkan dia masuk neraka dan mengharamkan baginya surga,” maka salah seorang bertanya,”Meskipun sedikit, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab,”Ya, meskipun hanya setangkai kayu sugi (siwak).”(HR Muslim)

 

Abu Bakar as Shiddiq terkenal seorang yg wara’ (berhati-hati). Beliau seorang yg sangat teliti mengenai soal pakaian dan makanan. Apabila dihidangkan makanan, beliau tidak begitu saja memakannya, tetapi diselidikinya terlebih dahulu apakah betul-betul halal?. Beliau suka berkata, “Darimana atau dari siapa, dan bagaimana didapatnya?”. Dan setelah beliau yakin benar bahwa makanan itu halal, barulah dimakannya. Tetapi kalau tidak, atau beliau masih ragu-ragu, beliau tidak segan-segan minta maaf untuk tidak memakannya atau mengucapkan terimakasih dan menahan diri daripadanya.

 

Pada suatu hari datang seorang abid (ahli ibadah) dengan membawa dan menghidangkan makanan kehadapan beliau. Kebetulan sekali pada waktu itu beliau sedang dalam keadaan lapar, memang benar-benar tidak ada makanan di rumahnya.

 

Dengan pandangan seorang yg lapar melihat makanan yg tampaknya enak pula, beliau mulai makan, tanpa mengadakan tanya jawab atau menyelidiku dulu sebagaimana biasanya. Setelah beberapa suap, beliau teringat dan berhenti makan. Beliau terus memanggil abid yg membawa makanan tadi dan menanyakan sumber makanan tersebut. Ternyata menurut pandangan beliau makanan itu terdapat sedikit syubhat (samar-samar antara haram dan halal). Dengan segera beliau berlari keluar sambil memasukkan jari telunjuknya ke dalam kerongkongan untuk memuntahkan makanan itu kembali. Beliau usahakan dengan bantuan air hangat, sehingga bersih benar.

 

Ketika beliau memuntahkan dan membersihkan mulutnya, ada orang yg melihat dan bertanya, “Apakah tuan lakukan ini semua karena hanya satu suapan saja?”. Beliau menjawab, “Demi ALLAH, jika makanan tadi tidak mau keluar melainkan dengan nafasku, niscaya akan keluar juga. AKu telah mendengar Rosulullah saw bersabda :

 

“Setiap daging yang tumbuh dari sumber yang haram, api neraka lebih berhak baginya” (HR. Ahmad)

 

  • Beban Berat di Akhirat

Nabi saw memperkerjakan seseorang dari suku Azdy namanya Ibnu Alutbiyyah untuk mengurusi zakat, tatkala ia datang berkata [ kepada Rasululloh] ini untuk anda dan ini dihadiahkan untuk saya, beliau bersabda : kenapa dia tidak duduk di rumah ayahnya atau ibunya, lantas melihat apakah ia diberi hadiah atau tidak, Demi Dzat yang jiwakau di tanganNya tidaklah seseorang mengambilnya darinya sesuatupun kecuali ia datang pada hari kiamat dengan memikulnya di lehernya, kalau unta atau sapi atau kambing semua bersuara dengan suaranya kemudian beliau mengangkat tangannya sampai kelihatan putih ketiaknya lantas bersabda : Ya Alloh tidaklah telah aku sampaikan? (HR. Bukhari)

  • Tidak masuk surga

“tidak akan masuk surga badan yang diberi makan haram” (HR. Baihaqi, disohihkan oleh Al Bani)

  • Laknat Allah

“Allah melaknat orang yang memakan (pemakai) riba, orang yang memberi riba, dua orang saksi dan pencatat (dalam transaksi riba), mereka sama saja”. (HR. Muslim dan Ahmad)

  •  Berdiri tidak tegap

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Dan barang siapa yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al-Baqarah:275).

  • Diperangi Allah dan RasulNya

Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasulnya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”. (QS. Al-Baqarah:279)

  • Seperti berzina dengan ibu kandung

Dosa riba memiliki 72 pintu, dan yang paling ringan adalah seperti seseorang berzina dengan ibu kandungnya sendiri.” (Shahih, Silsilah Shahihah no.1871)

  • Berenang di sungai darah

Kami berjalan lagi hingga mendatangi sebuah sungai yang berisi darah. Di dalamnya ada seseorang yang berdiri di tengah sungai. Di tepi sungai ada orang yang menggenggam batu pada kedua tangannya. Orang yang ada di tengah sungai ingin menepi. Jika Ia hendak keluar, orang yang di pinggir sungai melemparnya dengan batu yang mengenai mulutnya, lalu ia kembali ke tempat semula. Setiap kali ia hendak keluar ia pun dilempar dengan batu pada mulutnya, lalu ia kembali ke tempat semula.
Aku bertanya: ‘Ada apa dengan orang ini?’ Keduanya menjawab: ‘Lanjutkan (perjalanan).’ Kami pun melanjutkan perjalanan, hingga kami berhenti di sebuah kebun hijau. Di dalamnya terdapat pohon yang besar. Di bawahnya berteduh seorang tua dan anak-anak. Di dekat pohon tersebut ada seseorang yang memegang api pada kedua tangannya, yang ia menyalakannya.
Lalu keduanya (orang yang bersama Rasulullah n-pen) membawaku naik ke atas pohon lalu memasukkan aku ke dalam satu rumah yang aku tidak pernah sama sekali melihat rumah lebih indah darinya. Di dalamnya terdapat beberapa lelaki tua, anak-anak muda, wanita dan anak-anak kecil. Keduanya mengeluarkan aku dari rumah tersebut kemudian membawaku menaiki sebuah pohon dan memasukkan aku ke dalam sebuah rumah yang lebih indah dan lebih afdhal (lebih mulia). Di dalamnya terdapat orang-orang tua dan anak-anak muda.
Aku bertanya: ‘Kalian berdua telah membawaku berkeliling pada malam hari ini. Kabarkanlah kepadaku tentang apa yang telah aku lihat.’ Keduanya menjawab: ‘Ya. Tentang orang yang engkau lihat menusuk rahangnya, dia adalah pendusta. Dia suka berbicara dusta, maka kedustaannya dibawa orang hingga mencapai ke berbagai penjuru dan dia diperlakukan demikian sampai hari kiamat.
Orang yang engkau lihat dipukul kepalanya maka dia adalah seseorang yang Allah ajarkan kepadanya Al-Qur`an. Dia tidur (tidak membacanya) di malam hari dan tidak mengamalkannya di siang hari. Maka dia diperlakukan demikian hingga hari kiamat.
Orang yang engkau lihat dalam tungku adalah para pezina. Dan yang engkau lihat di sungai mereka adalah orang-orang yang memakan hasil riba.
Adapun orang tua yang ada di bawah pohon adalah Ibrahim u, dan anak-anak yang di sekitarnya adalah anak-anak manusia. Yang menyalakan api adalah Malik penjaga neraka.Adapun rumah pertama yang engkau masuki adalah tempat keumuman kaum mukminin. Adapun rumah ini adalah tempat para syuhada. Aku adalah Jibril dan ini adalah Mikail, maka angkatlah kepalamu.’
Akupun mengangkat kepala, ternyata di atasku seperti awan. Keduanya berkata: ‘Itu adalah tempatmu.’ Aku berkata: ‘Biar-kan aku memasuki rumahku.’ Keduanya menjawab: ‘Sesungguhnya masih tersisa umurmu yang engkau belum menyempurna-kannya. Sekiranya engkau telah menyem-purnakannya, tentu engkau akan menda-tangi tempatmu.’ (HR. Al-Bukhari)

  • Bukan golongan Nabi

Pada suatu hari Rasulullah s.a.w. pernah melalui seorang laki-laki yang sedang menjual makanan (biji-bijian). Beliau sangat mengaguminya, kemudian memasukkan tangannya ke dalam tempat makanan itu, maka dilihatnya makanan itu tampak basah, maka bertanyalah beliau: Apa yang diperbuat oleh yang mempunyai makanan ini? Ia menjawab: Kena hujan. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Mengapa tidak kamu letakkan yang basah itu di atas, supaya orang lain mengetahuinya?! Sebab bara