Ikhtiar Langit Nabi Zakariya Agar Dikaruniai Anak Segera

Hal tersebut kata Syekh Abdurrahman bin Nashir merupakan salah satu bentuk wasilah yang dicintai Allah, karena menunjukkan berlepas diri dari daya dan kekuatan (pribadi) dan ketergantungan hati hanya kepada daya dan kekuatan Allah.

“Dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepadaMu, wahai Rabbku.” Wahai Rabbku, Engkau tidak pernah menolak permintaanku dengan hampa dan menjadi terhalang-halangi dari pengabulan. Bahkan Engkau selalu menyambutku dan mengabulkan permohonanku. Dan kelembutan-Mu selalu silih berganti datang kepadaku, (begitu juga) kebaikan-Mu selalu sampai kepadaku.

 

Menurut Syekh As-Sa’di,  Ini merupakan satu bentuk tawasul kepada Allah dengan (penyebutan) nikmat yang Allah anugerahkan kepadanya dan pengabulan doa-doanya yang terdahulu. Jadi, Nabi Zakariya berdoa kepada Allah yang telah memberinya kebaikan pada masa yang lalu agar menyempurnakan curahan kebaikanNya pada masa akan datang.

Sementara itu ayat ke-5 surat Maryam menyampaikan kekawatiran Nabi Zakariya:

وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا

Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra,.”

Sedangkan ayat ke-6:

 يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ آلِ يَعْقُوبَ ۖ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا

Yang akan mewarisi aku dan mewarisi dari keluarga Yakub; dan jadikanlah dia ya Tuhanku, seorang yang diridai.”

Setelah mengadukan keresahannya dalam doa dengan suara lembut barulah Allah SWT mengabulkan doanya Zakariya.  Bahkan Allah langsung memberikan nama bagi anak Nabi Zakariya bernama Yahya.

Nabi Zakariya merupakan satu-satunya Nabi yang nama anaknya dinamai Allah langsung. Kisah semua ini dikisahkan dalam surat Maryam ayat ke-7:

يَا زَكَرِيَّا إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَامٍ اسْمُهُ يَحْيَىٰ لَمْ نَجْعَلْ لَهُ مِنْ قَبْلُ سَمِيًّا

Allah berfirman wahai Zakariya kami memberi kabar gembira kepada mu dengan seorang anak laki-laki Namanya Yahya, yang kami belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya.”

Setelah diberikan kabar gembira akan kelahiran seorang anak bernama Yahya, Nabi Zakariya tidak percaya karena dia sudah usia lanjut dan istrinya seorang yang mandul. Ketidakpercayaan Nabi Zakariya diabadikan dalam ayat 8 surat Maryam:

قَالَ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا وَقَدْ بَلَغْتُ مِنَ الْكِبَرِ عِتِيًّا

Dia (Zakariya) berkata, “Ya Tuhanku Bagaimana aku akan mempunyai anak, pada istriku seseorang yang mandul dan aku sendiri sesungguhnya sudah mencapai usia yang sangat tua?

 

Allah SWT menenangkan Nabi Zakariya bahwa dia akan memiliki putra. Bagaimana cara Allah menenangkan Nabi Zakariya diabadikan dalam ayat 9 yang artinya:

قَالَ كَذَٰلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَقَدْ خَلَقْتُكَ مِنْ قَبْلُ وَلَمْ تَكُ شَيْئًا

Allah berfirman, demikianlah Tuhanmu berfirman, hal itu mudah bagiku sungguh, engkau telah aku ciptakan sebelum itu, padahal pada waktu itu engkau belum berwujud sama sekali.”

Setelah mendengar firman Allah itu Zakariya masih ragu dan minta diberikan suatu kepastian dengan sebuah tanda. Permintaan Zakariya dikabulkan Allah SWT dan diabadikan dalam ayat 10:

قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِي آيَةً ۚ قَالَ آيَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلَاثَ لَيَالٍ سَوِيًّا

“Dia Zakariya berkata, “Ya Tuhanku berilah aku suatu tanda.” Allah berfirman, “tanda mau ialah engkau tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama 3 malam padahal engkau sehat.”

Nabi Zakariya pun menuruti perintah Allah dengan tidak berbicara selama tiga alias puasa bisu. Ucapan yang keluar dari mulut Zakariya hanya kalimah yang menyucikan Allah. Hal ini ditegaskan dalam ayat 11:

فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِ مِنَ الْمِحْرَابِ فَأَوْحَىٰ إِلَيْهِمْ أَنْ سَبِّحُوا بُكْرَةً وَعَشِيًّا

Maka dia keluar dari sini menuju kaumnya, lalu dia memberi isyarat kepada mereka; bertasbihlah kamu pada waktu pagi dan petang.” (rol)