Syukur yang Mengubah Nasib

Orang yang tetap bersyukur ketika mendapatkan musibah dengan tetap memuji Allah dan tak pernah melupakan-Nya ditegaskan Nabi tak hanya akan mendapatkan balasan yang terbaik di dunia, tetapi juga di akhirat. Nabi mengatakan, “apabila anak seorang hamba meninggal dunia, maka Allah bertanya para malaikat-Nya, ‘apakah kamu sudah mencabut ruh anak hamba-Ku?’

Mereka menjawab, ‘ya.’ Allah bertanya lagi, ‘apakah kamu sudah mengambil buah hatinya?’ Mereka menjawab, ‘ya.’ Allah bertanya lagi, ‘lalu, apa yang diucapkan hamba-Ku itu?’ Mereka menjawab, ‘ia memuji-Mu serta mengucapkan istirja’ (inna lillahi wa inna ilaihi raji’un).’ Allah lalu berfirman. ‘Dirikanlah untuk hamba-Ku itu sebuah rumah dalam surga dan namakanlah rumah itu dengan sebutan Baitul Hamd (Rumah Pujian).‘” (HR at-Tirmidzi).

Sedih dan gundah gulana ketika mengalami hal buruk dan menyakitkan adalah manusiawi. Nabi Yaqub yang kehilangan putranya, Yusuf, juga bersedih, bahkan kesedihan itu sampai membuat matanya buta. (QS Yusuf [12]: 84). Meski begitu, beliau tetap berdoa dan bersyukur atau memuji Allah. Pada akhirnya, ia bertemu kembali dengan putranya itu dan matanya kembali bisa melihat ketika mencium pakaian Yusuf (QS Yusuf [12]: 96).

Syukur adalah kunci untuk mengubah nasib kita menjadi lebih baik. Kita bersyukur ketika kita mendapatkan nikmat. Kita juga bersyukur ketika kita kehilangan nikmat atau sesuatu yang sangat berharga dari dalam kehidupan kita. Dengan syukur, nikmat yang sudah ada akan ditambah oleh Allah. (QS Ibrahim [14]: 7).

Dengan syukur pula, segala ujian, cobaan, musibah, dan hal-hal yang menyakitkan kita akan segera diganti oleh Allah dengan yang sebaliknya. Syukur sendiri, seperti ditegaskan Nabi, adalah setengah dari iman, “Iman terbagi dua; setengahnya dalam sabar dan setengahnya lagi dalam syukur.” (HR al- Baihaqi). (Rol)

Wallahu a’lam.