Science For All (5)

Nazanin sendiri berarti "hidup yang indah“. Maka saya katakan pada Nazanin bahwa ia beruntung hidupnya indah terus, maka ia hanya tertawa. Nazanin saat ini sedang menyelesaikan PhD bidang Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell di bawah arahan Dr. Lehnert sang pimpinan departemen PEMFC. Ia sebenarnya tinggal di Jerman bersama suaminya, tetapi suaminya juga sedang sekolah di Bremen. Nazanin sendiri PhD-nya terdaftar di RWTH Aachen, dan di sanalah ia tinggal. Ketika ia katakan bahwa ia tinggal di dekat Westbahnhof, maka saya pun menanyakannya apakah dia tahu bahwa tempat tinggalnya dekat dari Masjid Bilal. Ia pun menjawab tidak tahu. Saya sendiri agak heran juga, Masjid Bilal adalah masjid paling besar di Aachen dan rasanya kegiatan keislamannya termasuk yang paling aktif di Jerman. Jadwal shalat di Jerman pada website www.islam.de saja dikeluarkan dari para ulama di Aachen.

Berkenalan dengan Ali, Ali, dan Nazanin tentu amat berkesan bagi saya. Terlebih Ali yang bisa membuat saya penasaran terus dengan Bahasa Arab. Rasanya saya bisa betah mengobrol dengan saudara saya yang bisa berbahasa Arab. Saya akan menghujaninya dengan pertanyaan-pertanyaan saya mengenai bahasa yang ia fasih mengucapkan itu. Tinggal mereka sendiri apakah betah menghadapi pertanyaan-pertanyaan saya.

Setiap berjumpa orang di sini, saya sering menanyakan arti nama mereka. Kadang mereka ada yang tahu dan kadang hanya menjawab tidak ada artinya, "hanya sebuah nama.“ Tetapi bagi saya mengetahui nama itu amat penting. Bukankah kelak di Hari Akhir kita pun dipanggil dengan nama-nama kita?Bukankah ketika memanggil saudara-saudara kita dengan nama mereka maka sebenarnya kita sedang mendoakan mereka dengan doa yang terkandung dalam nama mereka? Maka bagi saya, tidak ada yang kita kenal sebelum kita terlebih dahulu tahu namanya.

Ersoy adalah saudara saya dari Turki, seorang doktor fisika magnet. Ia satu institut dengan Ali, hanya saja ia bekerja pada bidang pemodelan magnet dengan bantuan simulasi komputer. Orangnya lucu, dan senang tertawa juga. Ketika saya dan Oskar sempat mengobrol dengan Ersoy di masjid sehabis shalat Jumat, maka kami mengobrol tentang Turki dan sejarahnya. Ersoy pun menjelaskan yang ia tahu. Ersoy ini bersemangat untuk panjang lebar menjelaskannya, hanya saja waktu untuk itu belum tersedia.

Suatu saat saya mencoba untuk menumpang mobilnya ketika hendak shalat Jumat. Biasanya saya menumpang mobil Bruder[1] dari Pakistan. Nah sekembalinya kami ke institut, Ersoy bertanya saya hendak turun di mana, maka saya pun menjawab saya turun di tempat dia turun saja karena saya mau jalan. Rupanya institut Ali dan Ersoy amat dekat dengan institut saya, tetapi saya baru menyadarinya. Semenjak itu bila saya ingin menumpang Ersoy, maka saya tinggal mendatangi tempat parkir mobilnya.

Ketika Ersoy hendak ke Jepang untuk penelitian sebulan, maka ia bertanya pada Ali bahwa ia membutuhkan software untuk menggambar sphere atom dalam presentasinya. Lagi-lagi Ali menjelaskan software yang pernah dijelaskan pada saya. Kadang saya ikut menyahut dengan kata-kata yang pernah dijelaskan Ali pada saya padahal saya belum pernah mencobanya. Saya hanya bersemangat melihat Ali berusaha menjelaskan pada Ersoy. Ersoy sendiri juga bingung seperti saya, dan ketika juga mengetahui bahwa butuh waktu sebulan untuk mecoba-coba dahulu, maka ia hanya berkata, "Oh..Mr.Ali, are you joking?“ Mr. Ali adalah panggilan akrab Ersoy pada Ali karena melihat sosok Ali yang layaknya seorang Mr. yang berwibawa.

Kemudian Ersoy pun mengatakan apakah software tersebut bisa digunakan pada sistem operasi yang ia pakai. Maka Ali menjawab bahwa sepengetahuannya software tersebut dipakai pada sistem operasi terbuka, bukan yang lazim digunakan. Ersoy hanya menjawab bahwa ia tidak begitu familiar dengan sistem operasi terbuka. Jawaban Ersoy membuat saya sedikit kaget. Seorang ahli simulasi yang sehari-hari bergulat dengan komputer rasanya aneh bila tidak mengenal sistem operasi terbuka atau tidak menggunakannya. Tetapi hal seperti ini wajar di Jerman. Walau begitu, ketika mereka sudah biasa menggunakan suatu sistem kerja, maka bisa diyakini bahwa mereka memang betul-betul terampil menggunakannya. Jadi ini lebih pada selera dan tercukupinya kebutuhan, bukan pada keharusan untuk menguasai segala macam keahlian yang selayaknya dibutuhkan oleh suatu bidang. (Bersambung)

Catatan :

[1] Saudara