Untuk Keluhan Lelaki Muslim Gay (Bag. 2 habis)

”Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (terjemah QS. An Nuur [24] : 30.

Memang Allah tidak melihat semata-mata bentuk fisik, cantik rupawan atau tampan perkasa atau gagah kemayu sebagai ukuran derajat di hadapan-Nya, melainkan nilai ketaqwaan di sisi-Nya.

Dalam konteks kecenderungan seksual, ketaqwaan haruslah kita dimaknai sebagai ketundukkan pada aturan Tuhan dari menghindari segala perbuatan yang mendekatkan kepada zina.

Tidak ada sedikit pun bias hukum zina antara lelaki, wanita atau gay apabila mereka masih sepakat mengaku sebagai muslim. Semuanya harus sami’naa wa atha’na, bukan malah mencari helah dan alasan pembenaran atas perlakuan melawan ketentuan Allah.

Selanjutnya, lelaki gay ini mulai lebih berani dengan memperhadapkan istilah muslim-kafir. Pembelaan dirinya sebagi gay dicampuradukkan dengan kedudukan orang kafir, yang katanya para ulama lebih membenci kelompok homoseks ketimbang orang kafir. Lelaki gay itu menulis :

”Pandangan keagamaan dan peraturan di atas mengingatkan saya ketika belajar agama pada masa saya kecil bahwa Allah Swt menjanjikan surga bagi seorang muslim.

Rasulullah Saw bersabda melalui Abu Dzar: “Jibril berkata kepadaku, ‘Barangsiapa meninggal dalam keadaan tidak mempersekutukan sesuatu kepada Allah maka dia pasti masuk surga atau tidak masuk neraka” (HR. Bukhari).

Di dalam Al-Quran sendiri terdapat teks yang tertulis: “Adapun orang–orang yang kafir dan mendustakan ayat–ayat kami, mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (QS Al Baqarah: 39).

“Orang kafir” dalam pemahaman yang saya pahami adalah orang-orang yang tidak percaya kepada ajaran Allah Swt dan Muhammad Saw.

Artinya kalau dikaji secara sederhana walau saya seorang gay tetapi sepanjang saya beriman saya tetap bersangka baik pada Allah bahwa saya termasuk yang dijanjikan masuk surga. Walau doktrin surga yang dijanjikan selama ini tidak begitu menarik bagi saya.

Surga yang digambarkan dengan bidadari-bidadari yang cantik dan awet muda. Padahal saya tidak ada ketertarikan sama sekali dengan perempuan. Surga yang terbayangkan oleh saya adalah surga yang berisi laki-laki dewasa yang ganteng dan baik-baik.”

Tentu kita tidak menyangkal ada hadits dan ayat seperti yang ditulisnya. Iman dan amal soleh disertai Kemurahan Allah memang dapat mengantarkan setiap orang dapat masuk surga.

Tetapi juga perlu diingat, agar siapa pun tidak termasuk ke dalam kelompok orang-orang kafir itu, maka memahami dan mengamalkan kandungan QS. Al-A’raf [7] :80-84 dan QS. Hud [11] ayat 82 yang menyinggung tentang kekeliruan perilaku homosekual adalah mutlak.

Setiap muslim terikat dengan kepercayaan kepada ajaran Allah subhanahu wa ta’aala dan Nabi Muhammad shallallaahu ’alaihi wa sallam seperti yang dinyatakan pula oleh laki-laki gay itu. Kalau begitu, jika sekiranya kandungan QS. Al-A’raf [7] :80-84 dan QS. Hud [11] ayat 82 tersebut didustakan, adakah bedanya dengan orang-orang kafir?

Seorang yang memiliki kecenderungan seperti pengakuan lelaki ini, selama dia beriman, beramal soleh, memelihara kemaluan dan kehormatannya (dengan tidak melakukan sebagaimana perbuatan kaum luth, zina), dan sederet kebajikan lainnya, menjauhi semua larangan-larangan Allah serta tidak berbuat syirik, sangat mungkin akan mendapat ganjaran surga.

Tetapi tentu saja bukan gambaran surga yang diangankan seorang gay. Melainkan surga yang digambarkan Allah subhanahu wa ta’alaa. Sebab soal surga, tidak ada yang berwenang memvisualisasikan kecuali Allah sendiri dan Nabi-Nya.

Sedangkan Allah dengan sangat tegas menggambarkan bahwa bidadari di surga adalah wanita bermata jeli, cantik, sebaya, belum pernah disentuh, dan semua berhimpun sifat-sifat ideal.

Ayat yang menjelaskan soal ini bertebaran di beberapa tempat dalam Al-Qur’an, seperti dalam QS. As-Shoffaat [37]:48, Shaad [38]: 52, Ad-Dukhaan [44]: 54, At Thuur [52]: 20, Ar-rahmaan [55]:56 dan 70, dan Al-Waaqi’ah [56]:22. Apakah ayat-ayat ini pun akan diingkari hanya karena dia adalah lelaki gay?

Betapa putus asanya lelaki gay ini, sehingga ia menulis:

Mengapa non-muslim yang katanya “kafir” jauh dipandang lebih “baik” oleh para ulama dan masyarakat muslim di Indonesia dibanding kami: kalangan homoseksual yang masih beriman? Meskipun saya sadari tidak sepenuhnya teman-teman non muslim mendapatkan hak-hak yang sama, tetapi minimal jauh lebih baik dibandingkan dengan saya sebagai seorang gay. Teman-teman non muslim masih memiliki perlindungan hukum yang jelas, baik di ruang politik maupun ekonomi.

Ini tidak lebih hanyalah tuduhan yang serampangan. Menuduh para ulama membenci mereka hanyalah dalih pembelaan atas status homoseksnya. Padahal para ulama berpijak pada nash ketika menilai tentang perilaku homoseksual, setelah sebelumnya Al-Qur’an dan hadits menyebutnya dengan amat tegas.

Bukankan ini adalah persoalan orang muslim yang menyukai homoseksual? Ini bukan persoalan orang kafir. Homoseksual dan status kafir merupakan persoalan yang berbeda yang tidak pada tempatnya digandengkan dengan isu kebencian atas statusnya yang gay.

Sungguh ironis. Jika memang lelaki muslim gay ini seolah “ngiri” dengan perlakuan nasib lebih baik yang dirasakan orang kafir seperti yang diasumsikannya sendiri, ya sudah, silahkan “bergabung” saja dengan Kaum Katolik yang mendirikan kelompok gay bernama “Dignity” yang mengajarkan, bahwa praktik homoseksual tidak bertentangan dengan ajaran Kristus. Ah, ini tentu anjuran yang amat kasar dan tidak elok meskipun rasional.

Seorang peneliti di INSIST dan Pengurus Majlis Tabligh dan Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam catatannya membuka mata saya. Tentu mestinya juga akan membuka mata para gay dan lesbi, bahwa sesungguhnya perilaku kaum Luth memang di pandang keji oleh Islam maupun Kristen.

Dalam catatan doktor bidang pemikiran dan peradaban Islam dari Universitas Islam Internasional Malaysia itu dijelaskan bahwa dalam ajaran Kristen, homoseksual dinyatakan sebagai penyebab kaum itu dihancurkan oleh Tuhan.

Sehingga mereka mempopulerkan istilah Sodomi yang menunjuk pada praktik maksiat antar sesama jenis. Secara tegas, dalam Kitab Imamat 20:13 disebutkan: “Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri.”

Dalam sejumlah versi Bible, juga dijelaskan, bahwa hukuman buat pelaku homoseksual adalah hukuman mati. The Living Bible menulis Leviticus, 20:13: “The penalty for homosexual acts is death to both parties. They have brought it upon themselves.” Sedangkan dalam King James Version ayat ini ditulis: “If a man also lie with mankind, as he lieth with a woman, both of them have committed an abomination: they shall surely be put to death; their blood shall be upon them.”

Namun dalam kasus homoseksual, para teolog Kristen pendukung homoseksual berlomba-lomba membuat tafsiran baru, agar praktik maksiat itu disahkan oleh Gereja, meskipun dalam Bible, Kitab Kejadian 19:4-11, secara tegas diceritakan tentang hukuman Tuhan terhadap kaum Sodom dan Gomorah.

Sebagian teolog Kristen pendukung homoseksual kemudian membuat tafsiran-tafsiran. Misalnya John J. McNeill SJ, menulis buku “The Church and the Homosexual” memberikan justifikasi moral terhadap praktik homoseksual. Menurut dia, Tuhan menghukum kaum Sodom dan Gomorah, bukan karena praktik homoseksual, tetapi karena ketidaksopanan penduduk kota itu terhadap Tamu Lot.

Entah, apakah tafsiran model McNeill ini memang diterima akhirnya pada tahun 1976, dalam pertemuan tokoh-tokoh Gereja di Minneapolis, AS, dideklarasikan, bahwa “homosexual persons are children of God.”

Tujuh tahun lalu, tepatnya pada 2 November 2003 pada Hari Minggu, boleh dikata kelompok gay kalangan Kristen merasakan kelegaan atas usaha kelompok Kristen Liberal AS yang berhasil menjadikan pria gay, Gene Robinson sebagai seorang uskup di Keuskupan New Hampshire AS.

Terpilihnya Gene Robinson sebagai tokoh penting dalam Gereja bisa dikatakan sebagai satu puncak kesuksesan gerakan liberalisasi di dunia Kristen. Mereka berhasil menjungkirbalikkan satu ketentuan yang sangat tegas di dalam Bible, yang mengutuk perbuatan homoseksual.

Robinson adalah lelaki gay yang dikenal sebagai pelaku homoseksual yang terang-terangan. Ia telah hidup bersama dengan pasangan homoseks-nya bernama Mark Andrew, selama 14 tahun.

Bisa dibayangkan, selama ia menjadi tokoh gereja pun, sebenarnya publik telah mengatahui perilakunya. Dalam acara penobatannya sebagai Uskup, Mark Andrew-lah yang menyerahkan bishop’s miter (topi keuskupan) kepada Robinson. Di akhir upacara penobatannya, Gene Robinson menatap publik, dan bersama-sama mereka menyanyikan lagu "Hallelujah".

Itulah salah satu fenomena ’ganjil’ yang terjadi dalam dunia Kristen yang tidak memperdulikan kitab sucinya sendiri.

Sampai saat ini para ulama kita yang teguh tetap berpendirian bahwa homoseks adalah perbuatan terkutuk dan tidak pernah bergeser dalam tafsirannya.

Pendirian dan sikap para ulama itu, bukanlah bermaksud menebarkan kebencian seperti yang dituduhkan lelaki muslim gay ini. Melainkan sekedar menjalankan amanahnya sebagai pihak yang mengajak kepada jalan Allah dan mengingatkan umat dari segala perbuatan yang dapat mendatangkan murka Allah sebagaimana telah ditunjukkan kepada kaum Nabi Luth.

Maka menjadi aneh, jika sekarang ada pihak-pihak dari kalangan Muslim yang gencar berusaha mengikuti jejak Kristen dalam soal legalisasi homoseks, gay dan lesbi. Sebuah pernyataan dan sikap minder terhadap aturan agamanya sendiri secara tidak langsung dengan dalih HAM dan kesetaraan. Na’udzubillaah.

Akhirnya, kita hanya berharap semoga setiap muslim dapat istiqomah dan setia kepada Islamnya. Islam sebagaimana yang diajarkan Rasulullah, para sahabat dan generasi terbaik sesudahnya.

Bukan Islam berdasar asumsinya sendiri. Seorang muslim yang ikhlas, rela dan tunduk pada aturan Allah dan Rasul-Nya baik yang sesuai atau pun berhada-hadapan dengan keinginan hawa nafsunya.

Semoga lelaki gay itu dapat menjadi bagian dari muslim yang kita harapkan ini. Aamiin.

Ciputat April 2010.

[email protected]