Aku Hamil, Mengapa Sensei Marah???

Nama saya Bainah Sari Dewi, tetapi belakangan sering dipanggil Mbakyu Geudebleh, tokoh dalam hampir setiap tulisan yang saya buat untuk mengikat hikmah dalam perjalanan perkuliahan doktor di Tokyo University of Agriculture and Technology. Karakter Mbakyu Geudebleh ini adalah maaf (bego) tapi beruntung bisa S3, gendut dan geude badannya. Dan ini merupakan hikmah dari persoalan hamil di kampus saya.

Mbakyu Geudebleh punya dua kampus saat ini. Dua tahun di Tokyo TUAT di Lab Biological Conservation. Setelah Senseinya pensiun, Mbakyu Geudebleh dioper ke Utsunomiya University, empat jam perjalanan kereta dari Tokyo.
Ini cerita dua tahun lalu yang mengendap dan minta diungkap hari ini.

"Aku hamil, mengapa Sensei marah? hamil kan urusanku" tantang Nao Hirosima-san, asli orang Jepang, dengan muka memerah.

" Bakka bon (Geblek lu), kamu jadi murid saya, hamil itu banyak konsekuensinya tau???"
balas Sensei Mbakyu Ge lebih berang lagi.

Kata lainnya dalam hati Mbakyu Geudebleh, Sensei mau bilang begini mungkin.

" Lu hamil, kenapa nggak bilang-bilang dulu ke gue?"

Semua terjadi di depan mata Mbakyu Geudebleh di dalam laboratory-nya dua tahun lalu. Lab Biological Conservation di TUAT itu, lab satu-satunya yang eksis untuk penelitian beruang, rusa, dan persatwaliaran. Dan isinya memang orang-orang yang mulutnya sadis, walau sebenarnya hatinya mungkin baik.

Hati baik dengan perawakan mulut sadis, hampir dirasa percuma ya. Masih bagus kalau muka sadis, ternyata hatinya baik.
Kuchi ga warui (mulutnya selalu berkata kasar) masuk dalam kategori Sensei Mbakyu Ge ini. Tetapi sebenarnya, beliau ini mulutnya saja yang "rusak" omongannya.
Kansai-ben, khas orang Kansai-lah di Jepang. Kansai itu ibarat orang Jawa Timur-an lah, blak-blak kan.

Nah Tokyo itu ibarat Solo atau Yogya-lah, halus budi bahasanya. Tapi mau Kansai atau Tokyo, semua tergantung individu-nya juga ya. Bukti nyatanya, Nao-san ini orang Tokyo yang halus, master tahun kedua di lab Sensei TUAT.
Walaupun, Nao-san sebenarnya sudah satu tahun di lab kami, dan sudah terbiasa dengan Kansai ben-nya Sensei, tetap saja, pagi ini. Aku melihat air matanya keluar tanpa ampun lagi, mengalir deras, berusaha di sekanya. Terus saja mengalir dan mengalir.

Airmata itu tak mampu merubah tabiat Sensei yang marah mendengar pengakuan jujur seorang calon ibu itu. Pernyataan gentle, yang semestinya di hadapi dengan gentle pula, bukan dengan makian, apa lagi hinaan dengan perkataan Bakka (bodoh).

Masalahnya, mulut si Sensei ini, memang selalu keluar kata-kata favoritnya itu. Bakka bon, Bakka-san, pada saat hatinya sebel, kesel dengan mahasiswa-mahasiswi nya termasuk Mbakyu Geudebleh. Jadi kata-kata bakka, buat hampir seluruh makhluk di Jepang adalah tindakan pelecehan hak asasi, tetapi kata bakka di lab kami, adalah "makanan harian."
Masalahnya yang makan kata bakka itu sedang hamil, dengan hormon yang berubah, menjadikannya sangat sensitif dan perasa.

"Sana keluar, pusing otak saya, dengar kamu hamil, kerjaan lab ini banyak tauk gak?" usir Sensei marah.

Saat Nao-san keluar ruangan, Sensei mendekati Mbakyu Ge. Sensei satu ruangan dengan Mbak Ge.
"Hei Ge-san, si Nao-san itu ginih…" kata Sensei, lalu ekspresi tangan kanannya melukiskan perut gendut.

" Bagaimana ya Ge-san, dia kan masih harus ke hutan dengan kamu. Apa kamu bersedia menghandel data lapangannya di hutan. maksud saya, kamu bantuin data hutan dia. Jadi kamu lakukan dulu penelitianmu di hutan, lalu bantu kerjakan penelitian si Nao-Bakka itu. Kamu bersedia bantu?" jelas si Sensei panjang lebar dengan Bahasa Jepang, yang dipermudah, agar Mbakyu Ge paham.

"Haik, oke desu, I will help to complete her data, and give data to her" kata Mbakyu Ge.

Nah, benar kan?? Sensei ini hanya mulutnya saja yang seram, tapi dia selalu memikirkan mahasiswi hamilnya itu jalan keluar. Walau solusinya akan memperpanjang jadual Mbakyu Ge di hutan, tak apalah, anggap saja amal nolong temen, batin Mbakyu Ge.

Tiga hari kemudian Sensei memanggil Nao-san ke ruangan Mbakyu Ge. Eh ruangan bersama Ge-san dan Sensei.

"Ge-san akan menhandel data lapanganmu, bilang terima kasih sono ke si Ge-san, hei Bakka-san… " Sensei mengawali pembicaraannya. Sungguh solusi bagus yang diungkapkan dengan kalimat yang nggak bagus, hasilnya akan seperti ini.

"Saya minta kamu stay di lab jam delapan pagi sampai delapan malam, senin sampai jumat, dan si Ge-san akan menhandel semua data hutanmu. paham???" kata Sensei lagi.

Ekspresi sendu wajah Nao-san, tak pula dilihatnya. Nao-san ngeloyor keluar dengan penuh tetesan air mata lagi. Sungguh!!! kalimat solusi Sensei tidak indah didengar buat orang hamil seperti Nao-san.

Satu minggu di jalaninya dengan stay di lab sesuai instruksi Sensei. Pagi itu, jiwa Nao-san berontak.

"Saya ingin pindah Sensei saja, saya tidak kuat di lab ini, dan bla-bla…"

"Saya sudah menghubungi Kameyama Sensei, dan beliau paham dengan kondisi saya, beliau mau menerima saya" balas Nao-san.

Sensei kaget, dan membalas dengan lebih menyakitkan.

" Hoiiii bakka-san masta ninensei desyou nee.douzooo. ..(hei bego, kamu itu master tahun kedua ya, mau pindah sensei sih, silakan saja)" ejek Sensei, meninggalkan Nao-san, dan pergi keluar lab dengan muka merah karena marah.

"Nao-chan, mengapa pindah lab? itu bukan solusi dari masalah hamil-mu" kata Mbakyu Ge atau Ge-san.

"Aku hamil tujuh bulan saat ujian masterku di Gadjah Mada Indonesia, Nao-chan juga pasti bisa ujian master saat hamil besar seperti aku dulu, pasti bisa…" Mbakyu Ge menyemangati Nao-san.

" Ge-san, saya sedang hamil. Saya muak dengan Sensei kita. Kata-katanya hampir membunuh saya dan anak di kandungan saya ini. Saya nggak kuat juga, Senpai kita juga tambah kasar, memandang hina saya yang hamil ini" balas Nao-san sambil nangis sesengukan.

Mbakyu Ge memberikan bahunya yang tiga drum itu untuk curahan air mata calon ibu yang cantik itu. Nao-san tambah banjir air matanya, saat berada dalam pelukan Mbakyu Ge.

"Arigatou Ge-san, tetapi saya hanya human beeing, manusia biasa. Yang dengan kondisi hamil ini, juga tak mampu jam delapan pagi sampai delapan malam di lab kita. Saya sering muntah-muntah pagi sampai malam, saya akan bed rest di rumah sakit beberapa hari, lalu pindah lab ke Kameyama Sensei saja"

"Cobalah sabar dan bertahan, dikau sudah master tahun kedua, itu kan data-mu tinggal dikit lagi, dan saya bisa bantu agar data-mu lengkap" jawab Mbakyu Ge.

Dibalas hanya dengan gelengan lemah Nao-san. Dan undangan nikahnya satu lembar.

"Datanglah ke pernikahan saya di hotel Sibuya di lantai tiga puluh tujuh. Kamu satu-satunya anak lab ini yang aku undang." Nao-san menghapus air matanya dan berlalu.

Hemmmmmm… hamil saat sekolah, terutama buat laboratorium lapangan seperti kami yang lab utamanya di hutan, dan isinya orangutan semua, alias kasar dan kepala batu semua. Ternyata hamil di lab Mbakyu Ge ini akan menjadi petaka.

Hamil kan alami, walau Nao-san hamil di luar nikah, setelah kandungannya tiga bulan, dia baru berani berterus terang ke Sensei, lab Mbakyu Ge gempar, lalu bikin geger lagi, Nao-san akhirnya menyatakan berhenti dan keluar dari TUAT.

Mbakyu Ge bercermin, mampu kah dia kelak menjadi dosen yang lebih bijak pada mahasiswinya yang hamil di luar nikah saat kuliah di Indonesia?

Indonesia dengan mayoritas penduduk beragama Islam, yang sangat melarang pacaran, apalagi perzinahan. Bagaimana harus bersikap, bagaimana harus menyelamatkan si calon ibu, juga menyelamatkan studinya, kira-kira kelak akan menjadi tanggung jawab Mbakyu Ge ke depan. Pertanggung jawaban seorang hamba pada sang pemilik dunia yaitu Allah SWT.

Tetapi Ini Jepang, hamil di luar nikah itu biasa dan bukan hal memalukan.
Fakta bahwa sejak SMU mereka sudah kumpul kebo, lalu kuliah bersama di TUAT, sebagai reuni setelah berpisah selama S1 yang terbentang prefektur itu, ternyata berbuah kehamilan saat Nao-san S2. Potret seperti ini sebetulnya potret gaya hidup biasa di Jepang.

Walau bagaimanapun peluang selesai sekolah master yang terlewat karena hamil, sungguh bukan pilihan terbaik, untuk Orang Jepang atau Orang Indonesia yang sedang belajar di Jepang.

"Aku hamil, Mengapa Sensei Marah ??? Aku hamil dengan pacarku sendiri, kami melakukannya atas dasar saling suka, so what???" terbayang ucapan Nao-san.

TOKYO, 23 February 2009
BAINAH SARI DEWI
Tepat dua tahun usia Lion-chan anak perempuannya Nao-san. Happy birthday Lion-chan.