Tergelitik mendengar sulungku berujar, “Kalau tidak bulan puasa, kita boleh bangunnya siang-siang yah mi…?”. Spontan jawabku, “yah gak donk… kan tetap bangun subuh juga, siap-siap sekolah…”.
Padahal kalau tidak saat sahur, memang aku masih sering agak siang bangunnya walau masih waktu subuh, dan terkadang masih terkantuk-kantuk saat bangun, karena sering menemani si kecil bermain hingga larut malam, apalagi jika musim panas (summer).
Dulu waktu kecil, ibu sering mengajariku usai berdoa sebelum tidur, tambahkan doa, “Ya Allah, bangunkanlah aku untuk sholat malam dan belajar”, dan itu sangat membantu. Aku selalu bangun di sepertiga malam bersama ibu, beliau menemaniku belajar, terutama jika masa ujian sekolah tiba. Saat beradaptasi di negara empat musim seperti sekarang, apalagi sedang menjadi ibu menyusui, bangun secepat itu menjadi sulit, waktu tidur masih amburadul.
Pikiranku masih membahas celetukan si sulung, sepertinya hal itu adalah sindiran yang bagus buatku. Aku teringat akan seorang teman, dia wanita, nonmuslim. Tiga setengah tahun lalu, Allah SWT mempertemukanku dengannya di dalam pesawat, perjalanan dari Jakarta ke Bangkok. Kemudian aku sempat menginap di appartemennya sekaligus menjadi pengajar privat anak-anaknya, sebab di waktu yang sama, suamiku bertugas jauh di Afrika Selatan untuk suatu project perusahaan tempatnya bekerja.
Saat menginap di rumah temanku ini, sebut saja Mbak Ranti, aku takjub melihat kebiasaan mereka sekeluarga, sangat disiplin. Pukul Sembilan malam, anak-anak harus masuk kamar dan tidur.
Pukul empat subuh sudah harus mandi dan bersiap sekolah. Sementara Mbak Ranti sendiri bercerita, hampir tiap malam ia dan suaminya jalan-jalan keluar rumah, menghabiskan waktu bersama agar makin mesra. Biasanya pukul sebelas atau dua belas malam, mereka tidur, tentunya usai bercakap-cakap tentang kegiatan sehari-hari, lalu pukul tiga atau pukul empat subuh sudah mandi, “bangun subuh kan asyik dan menyehatkan…”, celotehnya. Sungguh menarik, pikirku.
Seseorang yang tidak memeluk agama Islam, tapi ia terbiasa bangun sebelum subuh dan disiplin menyiapkan harinya, sungguh membuatku malu, seharusnya sebagai muslim bisa lebih baik. Jika kita amati, ada satu hal yang berbeda dari adzan sholat subuh dibandingkan saat adzan sholat waktu lainnya. Kalimat yang terdengar dari suara adzan sedikit berbeda dengan adzan pada sholat yang lain.
Kalimat “ash shalatu khairun minan naum”, menjadi titik perbedaannya. Arti kalimat itu adalah shalat itu lebih baik dari pada tidur. Kenapa kalimat itu hanya muncul pada adzan subuh dan tidak pada adzan lainnya ? Sungguh beruntung orang-orang yang mudah mengontrol dirinya untuk bangun dan disiplin mengatur aktivitas di waktu subuh, subhanalloh…Memang ada banyak hikmah yang bisa diambil dari ritual di pagi buta ini.
Dari peluang rezeki yang besar karena sudah mulai sejak subuh sampai manfaat terhindar dari kemacetan terutama tinggal di kota besar denag lokasi kerja yang jauh dari rumah. Ternyata bukan itu saja arti kebermanfaatan yang Allah berikan.
Sholat subuh juga mempunyai manfaat mengurangi kecenderungan terjadinya gangguan kardiovaskular, urai ustadzahku yang juga dokter. Apalagi saat bulan Ramadhan ini, yang mana dengan berpuasa kita menjadi rutin bangun tengah malam untuk sahur, dan itu menyehatkan lahir dan bathin.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda :"Berpuasalah maka kamu akan sehat",(HR. Ibnu Suny dan Abu Nu’aim)
Juga dalam hadits yang lain dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda :
"Bagi tiap-tiap sesuatu itu ada pembersihnya dan pembersih badan kasar (jasad) ialah puasa", (HR. Ibnu Majah)
Mudah-mudahan Ramadhan ini benar-benar menjadi bulan “perbekalan” untuk kami sekeluarga agar makin disiplin bangun sebelum subuh dan memiliki semangat yang kuat dalam beraktivitas sehari-hari.
Alhamdulillah diawali tujuh hari pertama yang sukses, lebih dari delapan belas jam berpuasa dalam satu hari, acungan jempolku buat si sulung yang kritis. Semoga kita makin terbiasa mengatur jadwal keseharian dengan musim-musim yang cepat berubah, yah nak, nuraniku berbisik. Semoga semangat ramadhan tetap utuh kelak di hari selanjutnya…
"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini (langit dan bumi) dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka" (QS. Ali Imran : 191)
(Bidadari Azzam, Krakow, 1.56am.17/8/2010)