Tegarlah Duhai Bunda

Tak layak kukeluhkan sejumput problema saat pertama kalinya, seminggu lalu, melalui persalinan di sudut eropa timur ini tanpa bantuan mamanda sebagaimana biasanya, tanpa sanak keluarga dekat, dan komunikasi yang terjalin dengan orang sekitar tak semudah biasanya di negeri sendiri.

Tak patut kubicarakan permasalahan yang sepele itu terlebih lagi buah hati tercinta telah terlahir dengan selamat, sehat dan bugar setelah melalui beberapa jam kesulitan bernafas akibat terlilit tali pusar. Kukatakan, alangkah bahagia diri ini tengah berada di antara pangeran-pangeran mungilku yang menentramkan nurani, Alhamdulillah, puji syukur pada-Mu, Yaa Allah…

Kami yang tengah bahagia insya Allah tak ingin lalai akan mengingat-Nya, jua mengingat saudara-saudari lain yang menjalani hari berbeda warna di berbagai area, turut berduka cita pada kabar-kabar dari para bunda. Saudariku, Bunda Han, beliau baru saja ‘kehilangan’ buah cinta dari rahim sucinya. Dan harus menghadapi terapi-terapi penyembuhan dari tumor yang dideritanya. Bunda, kami turut merasakan perihnya ‘peristiwa kehilangan’ itu, dan yang kami yakini bahwa bunda Han pasti mampu melewati hari dengan kuat dan tegar.

Begitu pula Bunda ‘Aina, tetap bersabar meniti hari meski ‘aina kecil harus mondar-mandir diopname, rumah sakit menjadi rumah kedua bagi keluarga mereka karena ‘aina mengalami gangguan kesehatan sejak lahir. Duhai Bunda ‘Aina, maafkan kami yang hanya bisa menguntai do’a, sungguh rindu ingin memeluk ragamu yang tegar itu, saudariku.

Dan terdengar pula berita dari Bunda Shinta, saudariku nan sholihat di Bangkok, sesosok guru cantik yang tak pernah kehilangan senyum di hadapan siapa saja, dahulu pangeran kecilnya telah berhasil melewati masa kritis akibat serangan virus Kawasaki yang langka itu.

Dan dalam kebahagiaan masa kecil, ternyata sang bocah imut ini harus tergolek kembali di rumah sakit. Hati ini ikut perih, bunda… Kami membaca email bahwa pangeranmu itu tengah bermain ceria dengan teman-temannya, kemudian terjatuh dan tanpa sengaja lehernya terinjak sang teman. Hal itu menyebabkan saluran penting di leher pecah, dan terjadi infeksi di berbagai organ penting dalam tubuh, jantung, hati, saluran pencernaan, dll terutama ginjal, dan hingga kini ananda masih tak sadarkan diri di ruang ICU. Duhai bunda, kami tak kuasa berkata-kata, selain mengiringi langkah tegarmu dengan do’a pada-Nya. Tiada kekuatan selain bersandar pada-Nya, Hanya Dia-lah tempat kita berharap, Dia Yang Memberikan skenario terbaik, begitu “kesamaan tekad” kita kan bunda…

Sama miris dan berurai air mata manakala seminggu lalu tetangga mamaku, bunda Daniel yang baru beberapa tahun lalu ditinggalkan oleh anak pertamanya (yang meninggal dunia kala sedang berada di luar kota) ternyata harus menambah dosis pil sabar, Daniel- sang putra yang baru saja menjadi pengantin, malah menjadi korban penusukan perampok yang sedang beraksi di rumahnya.

Kini bunda Daniel dan suaminya sedang merasakan nyeri dan duka mendalam, si bungsu yang masih duduk di bangku SD pun teramat sedih atas kepergian kedua abangnya. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiuun. Bunda Daniel, tentunya rasa empati ini menggunung tinggi, alangkah berat ujian keimanan yang dikirimkan-Nya buatmu, duhai bunda.

Bunda, di sudut daerah yang dikenal “banyak santri”, ada Bunda Al pula yang sedang diterpa badai, manakala perbuatan jujur ‘diakui’ tak lagi membawa mujur. Astaghfirrulloh… Bunda Al hanya mempertahankan prinsip dalam kebenaran, sosok yang masih “sehat” di tengah-tengah masyarakat yang “sakit”, tak terasa menitik pula air mata ketika membaca berita tentang pengusiran yang dilakukan masyarakat daerahmu, duhai bunda Al.

Seharusnya engkau tak perlu meminta maaf kepada sosok-sosok yang mendukung ketidak-jujuran itu! Engkau tak perlu menangis di depan mereka dan tak usah merasa bersalah, karena memang engkau tak salah, duhai bunda… Justru orang-orang yang menganggap ketidak-jujuran adalah “sudah biasa-jadi maklumi saja” seharusnya mereka-lah yang diusir, sepantasnya tsunami-NYA menggusur mereka.

Tak ada secuil pun hak mereka untuk menghakimimu, untuk memaksamu pergi dari tanah-Nya, untuk menekan dirimu dan keluargamu dengan berbagai teror. Seharusnya mereka yang meneror itu diproses secara hukum, karena bunda Al berdiri tegak di prinsip kejujuran. Di negeri Indonesia masih ada yang menjunjung nilai kejujuran, masih berjuta masyarakat lainnya yang mendukungmu, duhai bunda Al, maka teruskanlah perjuangan, teruskan kejujuran hati, insya Allah hal ini menjadi bekal pembelajaran dan pengalaman berharga yang beroleh hikmah tak hanya buatmu, namun buatku juga, buat para bunda lainnya pula. Tegarlah, duhai bunda…

Bunda-bunda sholihat, tetaplah ingat ada ayat-Nya yang selalu hadir dalam nurani, Laa yukallifullahu nafsan illa wus’aha …Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…(lanjutkan buka tafsir QS. Al-Baqarah : 286). Serta rasa optimis mengiringi langkah bahwa Allah SWT pasti membimbing kita, semoga kita dikumpulkan bersama golongan orang sholeh, orang beriman yang berada dalam barisan Rasulullah Sallahu ‘Alaihi Wasallam, amiin.

Anak-anak adalah harta nan indah, sangat berharga, namun mereka tetaplah hanya kepunyaan Allah ta’ala, kita rasakan bahagia saat proses melalui hari-hari bersama mereka. Kita menangis kala mereka menangis, kita temani saat mereka perlu ditemani, kita peluk dan kita rangkul sepanjang waktu…namun lagi-lagi tetap saja mereka bukan milik kita, Allah ta’ala adalah sang pemilik jiwa. Kita harus tegar, bunda…Tak ada pilihan selain tetap menyandarkan jiwa raga pada-Nya, sebab ketegaran seorang bunda merupakan kekuatan bagi generasi nan bertakwa.

Imam Al Bukhari meriwayatkan Dari Abu Hurairah radhiallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Tidak ada penyakit, kesedihan dan bahaya yang menimpa seorang mukmin hinggga duri yang menusuknya melainkan Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya dengan semua itu.” Dalam hadits lain beliau bersabda: “Cobaan senantiasa akan menimpa seorang mukmin, keluarga, harta dan anaknya hingga dia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa.”

Salam sayang buat semua bunda nan tegar, semoga Allah senantiasa meridhoi perjuangan kita.

(bidadari_Azzam, @Krakow, malam 14 juni 2011)