Ada cerita dari seorang teman. Dimana dia pernah merasakan betapa berat menjalankan amar ma’ruf nahi munkar. Aku tahu, temanku itu adalah seorang yang paling tidak bisa melihat hal yang tidak baik. Dia selalu menjadi orang pertama yang dimintai saran atas masalah yang dihadapi teman-temanku lainnya. Pernah suatu saat kehidupan rumah tangganya diterpa riak kecil. Tidak berarti apa-apa memang riak itu. Tapi dia justru bersyukur, karena punya kesempatan beramar ma’ruf dengan sesama perempuan.
Singkat ceritanya, suaminya pernah dijadikan teman curhat oleh seorang perempuan yang dia tidak mengenal sebelumnnya. Tapi akhirnya sang suami sempat memperkenalkannya. Perempuan tersebut sudah bersuami dan telah menjadi seorang ibu. Sang suami adalah orang yang sangat terbuka dengan istrinya (temanku tersebut). Segala curhatan dari perempuan tersebut dan saran jalan keluar yang disampaikan selalu diceritakan ke istrinya.
Temanku memahami betul kondisi perempuan tersebut. Temanku adalah perempuan yang mudah berempati, terutama dengan kondisi kaumnya yang tidak beruntung. Hingga datanglah suatu saat yang sempat membuatnya tercenung sesaat. Dimana dia mendapat pertanyaan dari anak bungsunya yang suka meminjam handphone ayahnya untuk main game. Mungkin anaknya tidak sengaja membuka inbox handphone ayahnya. “Koq dihandphone ada sms ‘sayang-sayang’ ya?” Tanya anak bungsunya waktu itu.
Temanku tentu saja kaget, setelah tahu pengirim sms adalah teman suaminya yang suka curhat. Untung dia bisa menguasai keadaan saat itu. Dengan tenang dia ceritakan pada anaknya, bahwa kadang memang sering terjadi orang yang salah mengirim sms. Dan kebetulan ke kirim ke nomer handphone ayahnya.
Setelah itu temanku menghubungi teman perempuan suaminya tersebut. Karena jiwanya yang sudah biasa beramar ma’ruf nahi munkar, dia ingatkan baik-baik perempuan tersebut. Dia tahu betul perempuan tersebut hanya khilaf, mungkin karena keadaan yang membuatnya begitu. Temanku sangat memaklumi, karena dia percaya dengan latar belakang sekolahnya, dimana perempuan tersebut tidak mungkin melakukan hal sebodoh itu dengan sadar.
Tapi mungkin yang namanya setan, siapa sih yang tidak digodanya? Bukannya semakin tebal iman seseorang semakin pakar setan yang menggodanya? Dia berhasil membuat perempuan tersebut menyadari apa yang dilakukan adalah kekhilafan yang tidak perlu terulang lagi. Dia dengan mudahnya memaafkan apa yang terjadi karena memang bukan suatu hal yang dapat mengganggu kehidupan rumah tangganya. Temanku tidak mempermasalahkan pertemanan dengan suaminya, tapi mungkin caranya yang tidak benar. Dia percaya betul dengan suaminya.
Pada suatu hari temanku tanpa sengaja bertemu dengan perempuan tersebut. Sebagaimana teman yang lama tidak bertemu, pertemuan terjadi biasa saja. Karena memang tidak pernah ada dendam dan sakit hati diantara mereka. Setelah pertemuan itu, dia mengirim sms ke perempuan tersebut untuk mengucapkan selamat tahun baru yang lupa dia ucapkan pada saat bertemu.
Dasar jiwanya yang suka beramar ma’ruf tadi, dia ingatkan perempuan tersebut untuk ingat peristiwa yang pernah terjadi dan tidak mengulanginya di tahun yang baru ini. Mungkin salah penafsiran atau apa, perempuan tadi marah disetiap balasan sms nya. Dia berusaha menjelaskan niatnya yang hanya mengingatkan, bukan menge-judge dia. Tapi mungkin sampai saat ini perempuan tersebut belum bisa menerimanya.
Temanku tetap bersabar dan berbesar hati, memang tidak mudah melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Niat baik yang tulus dari hati, belum tentu dapat diterima dengan baik. Rintangan dan penolakan sering terjadi. Dia hanya bisa berdo’a, semoga peristiwa yang menimpa perempuan tersebut, yang merasa di-judge, bisa menjadi perisai bagi dirinya untuk senantiasa ingat sehingga tidak akan mengulang kembali. Kadang ingatan terhadap hal yang buruk atau menyakitkan, lebih bisa menjadi senjata ampuh untuk menolak melakukan kembali hal yang pernah terjadi, dibanding peringatan yang biasa-biasa saja.
Akhirnya aku hanya bisa berkata, “lebih sabar temanku, jangan takut untuk tetap beramar ma’ruf nahi munkar”. Karena kalau untuk melakukan suatu kebaikan terjadi tanpa ada rintangan dan pengorbanan, semua orang akan mudah melakukannya.