Alloh Jodohkanku dengan Cincau

Dua hari kemarin saya tidak enak badan! Sungguh! Sakit perut, buang-buang air, tenggorokan sakit, pusing dan akhirnya tadi malam saya demam tinggi. Tiga agenda penting, dari mulai wisuda lokal, ngisi training motivation di kampus Akademik Farmasi, sampai buka puasa Kessos 06 jadi tinggal khayalan aja. Kesal? Iyalah! Tapi apalah daya. Kalau sudah sakit begini langsung deh inget sehat! Haha.. paradigm sehat yang saat skripsi saya gembor-gemborkan ternyata belum juga berasuk pada diri saya. Yah gitu, ingat sehat kalo sudah sakit. Padahal Ibu selalu bilang, “Awas, sakit kak, kamu pulang malem terus. Minum susu!”. Tapi karena sudah keburu capek, nasihat minum susu hanya sekedar diangguk-angguk saja tanpa dilaksanakan. Lalu akhirnya jatuh sakit deh.

Saat sakit, sering kali kita jadi ingat sama dosa-dosa kecil kita, termasuk hutang. Karena kalau saya berpikir, jangan-jangan ada hutang yang menjadi sebab datangnya musibah sakit ini. Makanya tadi pagi saya sms beberapa teman yang saya anggap sering saya hutangi (hee) dan mereka memang tahu bahwa saya sedang demam tinggi. Eh dibalasnya malah, “Ih ngomong apa sih!? Jangan ngomong macem-macem!”. Padahal saya kan beneran nanyaaaa T.T

Sampai pada titik tertentu dimana tadi malam saya merasa tidak kuat. Rasanya lemas sekali. Benar-benar tak berdaya. Ang si mijah (bahasa sunda yang jadi julukan ibu buat saya) hanya jadi cerita belaka. Lalu saya berdoa deh dengan penuh penghayatan, mengeluh pada Alloh, memohon kesembuhan. Entah pakai obat apa (karena kondisinya saya tidak bisa makan. Makan sedikit, keluar lagi. Jadi kalau makan obat juga rada percuma). Pasrah saja, akhirnya. Namun tetap ikhtiar dengan doa.

Terus karena lapar, saya mencari makanan di dapur. Eh ada cincau. Ambil sedikit dan kembali ke kamar. dan… demam saya pun beranjak turun! (ada prosesnya sih, nggak ujug-ujug gitu! Emangnya sinetron!). Awalnya saya tidak mengaitkan antara turunnya demam dengan cincau, tapi saat iseng nonton tv ternyata pas banget lagi ada acara tentang cincau yang mengatakan bahwa cincau itu berkhasiat menurunkan demam tinggi dan menyembuhkan sakit perut!! Alhamdulillah.. Demam sudha turun, semoga sakit perut pun sembuh yah. Makan cincau lagi aaah!

***

Ya Alloh, kalau bukan karena Engkau yang menggerakkan hatiku untuk turun ke dapur, membuat mataku melihat cincau di kulkas, dan membuka keinginanku untuk memakannya, maka mungkin aku masih tergeletak lemas di kasur. Pun Engkau yang menggerakkan hati ibu untuk membuat es cincau untuk berbuka puasa. Dan Engkau pula yang membuat aku iseng nyetel tv trus mencet angka 7 di remote dan ternyata lagi ada acara tentang cincau. Wah, Ramadhan membawa berkah. Engkau mengabulkan doaku, Ya Alloh. Terimakasih..

Nih, biar pembaca nggak capek-capek lagi, saya copas sekilas tentang khasiat cincau darihttp://www.untukku.com/artikel-untukku/khasiat-tanaman-cincau-untukku.html..

***

Secara tradisional, cincau dipercaya sebagai penurun panas badan, obat demam, obat panas dalam, obat sakit perut (mual), obat diare, pencegah gangguan pencernaan. Penelitian ilmiah pun menambah daftar panjang khasiatnya. Salah satunya sebagai antikanker.

Siapa yang tak kenal cincau? Di siang yang terik atau saat buka puasa, sajian yang satu ini jadi pilihan yang menyegarkan. Kata cincau sendiri berasal dari dialek Hokkian sienchau (xiancao) yang lazim dilafalkan di kalangan Tionghoa di Asia Tenggara. Cincau sendiri di bahasa asalnya sebenarnya adalah nama tumbuhan (Mesona spp.) yang menjadi bahan pembuatan gel ini.

Di Indonesia, ada dua jenis cincau. Yang pertama adala cincau hitam yang lazim dijual sebagaimana di Cina, Korea, pun negara-negara Asia Tenggara lainnya. Yang kedua adalah cincau hijau yang banyak diproduksi di Bandung, Jawa Barat. Di Bandung cincau hijau disebut juga camcau. Kini penjualan es camcau Bandung sudah menyebar ke mana-mana terlebih di Jawa.
Di negara-negara maju, seperti di Jepang atau Korea, cincau yang satu ini sudah diproduksi menjadi ekstrak bubuk siap pakai untuk membuat jeli cincau sendiri di rumah. Namun ada pula yang dikemas kalengan yang siap ditambahkan dalam minuman atau dessert segar.

Lebih beruntung kita di Indonesia karena dengan mudah mendapatkan cincau segar di pasaran. Cincau memang tak berumur panjang, dalam 2-3 hari ia bisa mencair terlebih cincau hijau. Tapi, dalam teknologi pangan, usaha untuk membuat bubuk cincau kini banyak juga dilakukan oleh cendekiawan kita. Suatu saat, usaha ini tentu akan diterima masyarakat kita.

Cincau paling banyak digunakan sebagai komponen utama minuman penyegar (misalnya dalam es cincau atau es campur). Dilaporkan juga cincau memiliki efek penyejuk serta peluruh (diuretik). Cincau hitam dan cincau hijau, keduanya berbeda dalam hal warna, cita-rasa, penampakan, bahan baku, dan cara pembuatan. Tapi, kedua cincau tersebut rasanya enak, kenyal, dan hampir menyerupai agar-agar.

Bahan baku utama cincau hitam adalah tanaman yang di Jawa dikenal dengan nama janggelan (Mesona palustris BL). Di Cina, bahan baku cincau hitam adalah ekstrak daun Mesona procumbens H. yang telah dikeringkan, bentuknya mirip janggelan. Tanaman janggelan merupakan tanaman perdu, tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 150-1.800 meter dari permukaan laut.
Pohon janggelan yang telah dipanen selanjutnya dikeringkan dengan cara menghamparkannya di atas permukaan tanah, hingga warnanya berubah dari hijau menjadi cokelat tua. Tanaman cincau yang telah kering inilah yang merupakan bahan baku utama pembuatan cincau hitam.

Untuk membentuk gel (cincau yang sudah jadi), ekstrak janggelan harus ditambahkan pati (tepung), kemudian dipanaskan sambil diaduk dengan cepat hingga mendidih dan membentuk adonan yang jernih. Adonan tersebut selanjutnya dituang ke dalam cetakan, kemudian didinginkan pada suhu kamar sampai terbentuk gel. Cincau yang ditambahkan dengan pati gandum dapat menghasilkan gel yang lebih baik dibandingkan dengan pati jagung ataupun tapioka.

Proses ekstraksi janggelan dilakukan dengan perebusan. Pada tahap ini beberapa jenis mineral sering kali ditambahkan untuk meningkatkan rendemen ekstrak dan kekuatan gel. Di Indonesia, mineral yang sering digunakan oleh para pengrajin adalah abu qi, sedangkan di Cina mineral yang biasa ditambahkan pada saat ekstraksi adalah natrium, dalam bentuk natrium bikarbonat atau natrium karbonat.

Abu qi adalah bentukan modern dari air qi. Secara tradisional air qi atau londo merang (bahasa Jawa) dibuat dari abu tangkai padi yang sudah direndam sebelumnya dalam air kemudian disaring. Komponen utama abu qi adalah Na, K, dan Ca. Tetapi, tidak tertutup kemungkinan bahwa yang banyak dijual sebagai abu qi banyak mengandung borax.

Pada beberapa penelitian disebutkan juga ahwa gel cincau hitam yang berkualitas baik dapat dibuat tanpa penambahan abu qi pada saat ekstraksi. Namun sebagai konsekuensinya, waktu yang diperlukan untuk ekstraksi menjadi lebih lama.Dalam ajaran nenek moyang, sebenarnya membuat cincau sangatlah mudah dengan hanya meremas-remas daun cincau itu. Hal itu masih dilakukan saat membuat cincau hijau, orang Bandung biasa menyebutnya camcau. Cincau hijau dibuat dari daun cincau yang bernama latin Cyclea barbata L Miers.

Tanaman asli Asia Tenggara ini termasuk dalam suku sirawan-sirawanan (manispermaceae), biasa disebut orang Sunda, tarawulu, trewulu, camcauh. Tanaman ini baik di Sunda atau Jawa, dulu kerap menjadi tanaman pagar. Di Jawa Barat masih dapat kita jumpai tanaman ini, dan tak jarang orang langsung mengonsumsinya untuk membuat camcau.

Cara membuatnya sangat mudah seperti yang biasa dilakukan nenek moyang kita. Yakni cuci daun cincau yang dipetik dari tangkai, direndam dalam air, diremas-remas, kemudian didiamkan selama 24 jam (sampai terbentuk agar-agar). Tujuan mendiamkan semalam adalah untuk memberi kesempatan pada hidrat arang mengikat air sebanyak-banyaknya.

Dalam sebuah blog milik Budi Sutomo, ahli gizi dan kuliner, cincau disebutkan sangat baik dikonsumsi oleh semua kalangan. Bahan ini sangat kaya mineral terutama kalsium dan fosfor. Cincau juga baik dikonsumsi bagi orang yang sedang menjalani diet karena rendah kalori, namun tinggi serat. Cincau dipercaya mampu meredakan panas dalam, sembelit, perut kembung, demam, dan diare. Sedangkan serat bermanfat untuk membersihkan organ pencernaan dari zat karsinogen penyebab kanker.

Daun cincau hijau mengandung senyawa dimetil kurin-1 dimetoidida. Zat ini bermanfaat untuk mengendurkan otot. Senyawa lain seperti isokandrodendrin dipercaya mampu mencegah sel tumor ganas. Cincau juga mengandung alkaloid bisbenzilsokuinolin dan S,S-tetandrin yang berkhasiat mencegah kanker pada ginjal, antiradang, dan menurunkan tekanan darah tinggi.

Tak salah memang, terbukti lewat penelitiannya, Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi IPB membenarkan bahwa cincau mengandung antioksidan dan mampu mematikan sel kanker. Hasil penelitian membeberkan, pemberian ekstrak daun cincau, khususnya cincau hijau pada tikus percobaan terbukti dapat membunuh sel tumor secara mengagumkan.

Potensi cincau juga diuji dengan cara dipaparkan pada empat jenis sel kanker, yaitu sel kanker darah (leukemia), kanker mulut rahim, paru, dan payudara. Ekstrak daun cincau ternyata mampu secara mengagumkan membunuh sel kanker darah (leukemia) sebesar 55-90 persen. Sementara kemampuan cincau membunuh sel kanker lain sekira 60 persen. Hal ini menunjukkan cincau hijau mengandung komponen bioaktif pembunuh sel kanker. Selain itu, ternyata cincau hijau juga mampu menyingkirkan senyawa-senyawa berbahaya pemicu kanker.

Kini, manfaat cincau terhadap kanker sedang menjadi perhatian para peneliti. Cincau hijau dipastikan mengandung klorofil, zat yang memberi warna hijau pada daun. Banyak literatur menyebutkan klorofil sebagai zat antioksidan, antiperadangan, dan antikanker. Masih banyak penelitian dilakukan atas khasiat cincau ini, baik cincau hitam maupun hijau. Tak ada salahnya, sembari menunggu hasil yang lebih meyakinkan, kita mengonsumsi cincau yang cukup murah ini. Tapi hati-hati, karena ada saja cincau yang berformalin.

***

Rasulullah SAW pernah bersabda “Seorang mu’min yang sakit, ia tidak mendapatkan pahala dari sakitnya, namun diampuni dosa-dosanya” (H.R. Thabrani). Sedangkan dalam hadist yang diriwayatkan Anas Rasulullah bersabda “Seorang mu’min yang sakit lalu sembuh, maka ia laksana salju yang turun dari langit, karena bersihnya” (H.R. Bazaar).

Sedangkan hadist yang diriwiyatkan oleh Admad dikatakan :”Ketika seorang hamba diberi sakit pada badannya, maka Allah berkata kepada malaikat “Tulislah kebaikan-kebaikan yang biasa dilakukannya ketika sehat, kalau ia sembuh mandikanlah ia dan bersihkan. Kalau ia meninggal maka Allah mengampuninya”" (H.R. Ahmad).

Dengan memperhatikan hadist di atas, bukan berarti kita harus pasrah dan “nrimo ing pandum” Orang yang sakit diwajibkan untuk mengeluhkan sakitnya kepada Allah, karena Allah akan mendengarnya. Orang sakit juga diwajibkan berobat dan berdo”a untuk kesembuhannya. Setelah itu baru kita serahkan semuanya kapada Allah SWT.

20 Agustus 2010
Herbal emang T.O.P.B.G.T
Buat Peneliti Galaksi Chap.UI Divisi Medis dan Kesehatan, mungkin bisa menjadikan cincau sebagai bahan penelitian untuk menjadi dasar obat tertentu? Kanker? Amiin..
Semangat!!

http://keanggian.wordpress.com/