Keajaiban Silahturrahim

Ada banyak cara bagi Allah untuk memberikan rejeki kepada umatnya. Bahkan melalui jalan yang tidak diduga-duga. Dua minggu terakhir ini, saya mendapatkan rejeki yang tidak saya sangka-sangka sebelumnya. Dari arah yang juga tidak saya duga pula. Dan saya menyebutnya karena keajaiban silahturrahim.

Satu minggu yang lalu, saya bisa menghadiri pernikahan seorang teman saya di kota kelahirannnya, Purworejo. Alhamdulillah, saya bisa menghemat uang saku saya. Saya tidak mengeluarkan uang untuk biaya pulang pergi Bandung-Purworejo karena saya menghadiri acara walimahan itu bersama-sama teman-teman kantor teman saya dengan menggunakan mobil dinas kantor teman saya.

Semuanya berawal dari silahturrahim. Awalnya, saya bermaksud untuk silahturrahim ke kos teman saya. Sudah lebih sekitar dua bulan saya dan dia tidak saling bertatap wajah. Kesibukan di kantor masing-masinglah yang membuat jarak yang sebenarnya bisa ditempuh dengan kurang lebih setengah jam perjalanan dengan menggunakan angkot menjadi begitu jauh. Hari minggu, satu minggu sebelum walimahannya saya menyempatkan diri untuk bertandang ke kosnya. Sekedar ingin melepas kangen. Maksud hati, saya ingin menanyakan denah perjalanan dari Bandung menuju rumahnya di Purworejo. Saya belum pernah ke Purworejo sebelumnya sehingga saya benar-benar tidak mengetahui di mana persisnya letak rumahnya. Teman saya sedang menjelaskan dengan detail peta yang sedang dibuatnya kepada saya ketika seorang teman kantor dan juga teman kosnya mengetuk pintu kamarnya. Saat itulah, dia melihat saya dan bertanya kepada saya apakah saya akan menghadiri acara walimahan di Purworejo atau tidak. Jawaban “iya” dari lisan saya dibalas dengan kata-kata yang membuat saya mengerti tentang makna silahturrahim.

“Yah udah, Fety bareng kita aja. Insya Allah, kita dari kantor juga akan menghadiri walimahan di Purworejo. Kita pergi ke Purworejo dengan menggunakan mobil kantor kita," begitulah tawarannya pada saya.

“Insya Allah, deh. Tapi, patungannya berapa?” tanya saya.

“Gak usah dipikirkan, Fet, tentang hal itu. Insya Allah, dari kantor kita akan mendapat uang bensin untuk keberangkatan kita ke Purworejo.”

Alhamdulillah, begitulah ucap saya dalam hati ketika mendengar jawaban dari teman kantor teman saya itu. Dan benarlah ucapan teman kantor teman saya itu. Saya memang tidak perlu mengeluarkan uang saku saya untuk keberangkatan kami ke Purworejo.

Selang tiga hari setelah saya menghadiri walimahan teman saya, saya menghadiri sebuah seminar yang temanya bersesuaian dengan bidang kerja saya saat ini. Kebetulan, saya berangkat sendiri ke acara seminar itu. Saya mengambil posisi duduk pada baris kedua dari belakang. Di sebelah saya berjejer tiga orang teman yang baru saya kenal di awal kedatangan saya di seminar itu. Untuk mengusir kebosanan yang melanda di tengah-tengah acara seminar, saya mengobrol dengan teman yang persis ada di samping saya. Seorang wanita yang jarak usianya lima tahun di atas saya. Ternyata, saya dan dia mempunyai tanggal lahir yang persis sama. Beberapa sifat saya dan dia pun juga hampir sama. Semuanya terungkap sebagai hasil obrolan jeda di tengah berlangsungnya seminar itu. Dan, akhirnya saya merasa begitu akrab dengan dia. Begitu pula dengan dia. Dan terakhir, kebersamaan kami hari itu diakhiri dengan tawaran dia untuk mengantarkan saya ke sebuah optik kacamata sebelum saya pulang ke kantor saya. Begitulah silahturrahim mengungkapkan maknanya.

Kurang lebih tiga hari setelah saya dipertemukan Allah dengan seorang teman yang mempunyai tanggal lahir yang persis sama dengan saya, kembali Allah memberikan sebuah rejeki untuk saya. Kepergian saya untuk menghadiri acara gathering sebuah milis yang saya ikuti juga menghemat uang saku saya. Saya pergi menghadiri acara gathering itu bersama seorang teman dengan menggunakan mobil pribadinya. Begitu pula dengan biaya administrasi untuk acara gathering itu. Dengan sukarela, beliau membiayai saya. Maklumlah, beliau adalah seorang pejabat teras di sebuah toserba terkemuka di kota Bandung. Semuanya berawal dari silahturrahim di suatu sore di sebuah restoran cepat saji di dekat kantor saya. Beliau menawarkan pergi bersama-sama setelah beliau mengetahui kalau saya tidak mengetahui dengan pasti tempat gathering itu. Ah, silahturrahim. Begitulah caranya memberikan makna.

***

Mengenang kejadian-kejadian di atas saya teringat pada makna silahturrahim yang dituangkan oleh Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Anak dalam Islam. Menurut beliau, ada beberapa manfaat silahturrahim, di antaranya: merupakan syiar keimanan kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala dan hari akhir, dapat menambah umur dan melapangkan rejeki, mampu menghindarkan pelakunya dari keburukan, dapat memakmurkan rumah dan mengembangkan harta, dapat mengampuni dosa dan menghapus kesalahan, memudahkan perhitungan amal (hisab) dan memasukkan si pelaku ke dalam surga, serta dapat mengangkat pelakunya pada derajat yang tinggi pada hari kiamat nanti.

Dan saya kembali tercenung ketika mengingat sebuah hadis yang berbunyi: ”Barangsiapa yang ingin diluaskan rejekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia bersilahturrahim (menyambung tali persaudaraan) dengan keluarganya”. Memang tidak ada yang salah dengan janji Allah Subhanallahu Wa Ta’ala dan sabda junjungan kita, Nabi Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wassalam.

Bandung, November 2006