Amanah dalam Kehidupan

Bunda, pernahkah engkau merasa letih dan penat karena mengasuh buah hati Kita. Terus terang kondisi tersebut seringkali menyergapku, mengasuh empat anak yang masih kecil-kecil tanpa bantuan pembantu memang sangat menguras tenaga dan pikiran.

Karena tidak hanya dituntut untuk mengasuh anak-anak tapi sekaligus menggarap pekerjaan rumah yang tidak pernah ada habisnya. Kalau hari merambat malam, badan ini dibaringkan di peraduan terasa ngilu-ngilu tulang dan sendi begitu pun ketika bangun tidur ngilu-ngilu di badan tidak hilang juga.

Emmhh tak heran ya banyak ibu-ibu yang sering kehilangan kesabarannya ketika menghadapi tingkah polah anak-anaknya. Hal itu karena kondisi fisik yang sudah kelewat capek.

Namanya juga anak-anak yang sedang dalam masa perkembangan, aktivitasnya tidak pernah surut dari bangun tidur sampai tidur lagi ada saja yang dikerjakan. Buahnya, sudah pasti rumah yang berantakan dan baju-baju kotor berserakan. Saya pun pernah dibuat senewen ketika rumah berantakan terus, dibereskan berantakan lagi, disapu kotor lagi, waduh tidak ada habisnya.

Untunglah senewen Saya tidak berlarut-larut, karena suami mengingatkan kalau rumah berantakan dan berserakan hasil kreasi anak-anak, itu tandanya mereka normal, sehat dan kreatif, tak apalah rumah sedikit berantakan. Betul juga ya anak-anak memang sedang senang membuat sesuatu yang baru karena lagi dalam proses belajar.

Suatu hari tanpa sengaja Saya melihat sebuah tayangan televisi Malaysia yang menggugah kesadaran dan rasa syukur Saya yang tak terhingga memiliki anak-anak yang sehat dan normal. Tayangan tersebut menampilkan kisah nyata kehidupan seorang ibu yang dikaruniai lima orang anak. Empat dari lima anaknya tergolek lemah di pembaringan bahkan dua diantaranya dengan kepala yang membesar.

Hanya anak pertamanya yang sehat, itupun dengan fisik yang tidak sempurna, kerdil. Subhanalloh, Saya menyaksikan kesabaran ibu tersebut yang berprofesi sebagai pedagang gorengan di pinggir jalan dalam merawat buah hatinya. Sebelum pergi berjualan, dimandikannya ke empat anaknya satu persatu.

Walaupun anak-anak itu lumpuh total tapi badannya besar-besar sehingga sang ibu sangat kerepotan menggendongnya. Selesai memandikan kemudian anak-anak itu disuapi satu persatu dengan telaten. Setelah anak-anaknya tertidur pulas, Dia pun pergi berjualan di pinggir jalan dekat rumahnya. Sulit dibayangkan bagaimana perasaan yang berkecamuk dalam dada ibu itu, anak-anaknya sebagai tumpuan harapan hanya terbaring lemah tak berdaya entah sampai kapan , mungkin selamanya.

Kalau para ibu yang lain punya angan dan harapan akan masa depan buah hatinya, tapi ibu ini seolah sudah terhapus angan dan harapannya. Kondisinya semakin memprihatinkan dengan himpitan ekonomi sehingga tidak mampu membawa buah hatinya berobat. Satu hal yang menggetarkan hati Saya, adalah ungkapannya “Allah tidak akan menguji hambanya di luar batas kemampuannya, insya Allah Saya Ridlo dengan pemberian Allah ini” sambil menunjuk anak-anaknya yang tak berdaya.

Sudah selayaknya kita malu hati dengan ibu ini, Dia begitu sabar dan bersyukur dengan kondisi anak-anaknya, tapi sebaliknya Kita sering uring-uringan dan mengeluh dengan anak-anak, padahal mereka sehat dan normal.

Sungguh pelajaran yang luar biasa bagi Saya bahwa anak adalah anugrah terindah yang Allah berikan kepada Kita. Pengorbanan waktu dan tenaga yang Kita curahkan dalam membesarkan mereka, tidak sebanding dengan kebahagiaan yang Kita rasakan melihat anak-anak Kita tumbuh dan berkembang dengan sehat dan normal.

Bukankah lebih baik anak-anak itu menumpahkan cat air, air minum, mencoret tembok, bertengkar, dan seabreg tingkah polahnya daripada tak bisa berbuat apa-apa. Ibu solihat tadi saja begitu bersyukur dengan pemberian Allah, apalagi Kita harus lebih banyak lagi bersyukur sudah diamanahi anak-anak yang sehat dan normal.

Karena sesungguhnya bukan perkara gampang memiliki anak-anak yang sehat dan normal. Ada seorang ilmuwan yang sangat cerdas dan sudah melanglang buana, memiliki anak jangankan cerdas seperti bapanya tapi malah mengalami down sindrom.

Subhanalloh itulah kekuasaan Allah dengan memberi kepada hamba-Nya anugrah keturunan yang sehat dan normal kepada siapa saja yang dikehendakiNya, dan begitu pun sebaliknya. Tiada lain untuk menambah rasa syukur Kita kepada-Nya terhadap pemberiannya.

Ya Rabb ampuni hamba-Mu ini yang sudah seringkali melalaikan amanah-Mu, tidak mensyukuri pemberian-Mu yang sangat mahal harganya.

Ya Allah Ya Tuhanku, bimbinglah Kami agar menjadi orang tua yang baik untuk anak-anak Kami, membimbingnya untuk mengenal-Mu dan beribadah kepada-Mu, Amin.

Anak-anaku maafkan ibumu ini, sejuta cinta untuk kalian, izinkan bunda memelukmu lebih erat lagi.