Selamat Jalan Hana Sayang

Selamat Jalan Hana Sayang……

Pagi jum’at selepas sholat Subuh dan tilawah Qur’an, aku menerima telpon dari seorang teman dekatku, dengan suara serak dan nada sedih sahabat saya ini memberitakan kabar sedih “Wid, Hana sudah meninggal tadi pagi…. ” Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun. Berdetak jantungku mendengar anak kesayangan kawanku itu meninggal. Ya adik kecil yang baru berumur 5 tahun itu akhirnya berhasil menyelesaikan ujiannya pagi itu, InsyaAllah dengan predikat excellent.

Hana kecil yang menurut sahabatku ini selalu ceria dan aktif kini telah beristirahat dengan tenang. Dengan senyuman yang paling indah yang dimiliki, Hana pergi menjemput panggilan Rabbul Izzati. Cuma satu hal yang terfikir olehku saat itu adalah hana kecil saat ini telah menerima penghargaan berupa ijazah paling qualified yang diharapkan oleh setiap manusia di dunia ini, Ijazah husnul khatimah. Ijazah paling tinggi dengan pengikhtirafan dari zat Yang Maha tinggi, zat pemilik Alam semesta ini, Allah SWT.

Aku memang belum pernah berjumpa dengan Hana, semenjak Hana dibawa oleh orangtuanya untuk berubat di sini karena kanker otot. Walaupun sebenarnya aku pernah pergi ke rumahnya untuk sedikit keperluan, namun Allah belum mempertemukan kami, karena pada saat itu Hana kecil sedang dalam proses pengobatan di rumah sakit

Menurut cerita sahabatku, dua hari sebelumnya Hana nampak lebih sehat, bahkan Hana kecil menginginkan sepeda, yang kemudian dibelikan oleh sahabatku itu, Hana sempat menikmati sepeda barunya walaupun sebentar, sampai kemudian kondisinya drop dan kemudian meninggal.

Pagi pukul 8 aku bersama suami pergi menuju rumahnya, Alhamdulillah hari tersebut aku ambil cuti, sehingga aku bisa ziarah sekaligus berjumpa dengan adik Hana, walaupun perjumpaan ini lain dari pada yang lain tapi ini mencukupi untuk aku, aku ingin melihat wajahnya! Untuk yang pertama dan terakhir.

Apartment Intana Ria blok 7 tingkat 5 no 17. Deg…. Aku melihat tubuh kecil yang telah ditutup kain terbaring sangat tenang di atas kasur yang diletakkan diruang tamu rumah sahabatku ini, aku yakin inilah hana, namun aku tak kuasa untuk melihat wajahnya, air mata ini tak boleh ditahan. Aku duduk dengan pandangan lurus ke arahnya, tanpa sedikit berpaling darinya aku berdo’a untuknya. Hana sayang Allahummaghfirlaha….

Pelukanku dengan sahabatku memang aku rasa tak dapat menghilangkan kesedihan yang dia rasakan, namun untuk aku ya! Aku merasa mendapat taushiyah, dari apa yang telah beliau lakukan untuk merawat amanah Allah tersebut. Dengan kesabaran, ketegaran dan kasih sayangnya yang pastinya diberikan untuk sang anak tercinta. Sahabatku ini telah menjadi ibu yang baik untuk hana, ibu kesayangan Hana & Hellip. InsyaAllah

Akhirnya aku kuasa juga menghampiri Hana, Bismillah, aku buka kain yang menutupi tubuhnya, Subhanalloh, hana tengah tersenyum manis sekali……terlihat kelegaan dari raut wajahnya, mungkin saat itu dia telah mendapat kebahagiaan abadi, kebahagiaan yang hakiki, kebahagiaan yang diidamkan setiap insan muslim…. Allohummaghfirlaha, wa’fuanha

Menitik airmataku, Ya Allah, Takdir-Mu telah berlaku, ini adalah saat Hana, kali yang lain boleh menjadi giliranku, Hana boleh tersenyum bahagia…. Akankah aku demikian?…Dia hanya 5 tahun hidup didunia ini, tak ada dosa yang diperbuat oleh anak sekecil ini, olehnya seakan jelas jalan ke syurga.

Kesabarannya untuk menjalani ujian Allah berupa sakit kanker di usia yang masih sangat muda, aku rasa telah mencukupi baginya untuk mendapat “senyum dan keridoan Allah”, Bagaimana dengan aku, yang telah hidup hampir 33 tahun dimuka bumi ini, dengan banyak dosa yang telah aku lakukan. Ya Allah ampunilah aku, Berikan kepada kami akhir kehidupan yang baik.

Sempat aku berkata kepada kawanku yang sama-sama melihat wajah Hana, ” Subhanalloh ya hana sabar banget, rasanya kita harus lebih banyak belajar bagaimana bersabar yang baik dari anak kecil seperti Hana”. Temanku mengiyakan ungkapan aku tadi. Kita sering berfikir orang dewasa yang telah lebih dulu dan lebih lama hidup pasti lebih sabar dari anak kecil, karena mereka telah banyak merasakan asam garam kehidupan, tapi saat itu aku fikir ungkapan itu salah….

Banyak orang dewasa yang diberikan ujian seperti Hana, mereka lebih banyak menggerutu, menyesali diri dan banyak lagi respon yang menunjukkan ketidaksabaran, namun Hana, selain sabar menjalani pengobatan yang pastinya sakit, capek, namun dia tetap bisa tersenyum di depan bunda tercintanya, bahkan dia yang menghibur bundanya untuk tidak menangis, “Hana ok kok ummi, Hana nggak apa-apa, ummi jangan sedih..” MasyaAllah….

Ya Allah ajari kami untuk bisa bersikap sabar dalam setiap hal. Kesabaran seperti hamba kecilmu hana….

Selamat jalan Hana sayang, selamat tinggal Hana Asy-Syahidah…Tenanglah bersama penjagaan Allah di sana, damailah disebaik-baik tempat yang telah disediakan Allah untukmu sayang, karena Allah lebih mencintaimu bahkan berbanding cinta orangtuamu. Dan Semoga engkau menjadi pemberat amal kedua orangtuamu. Amin

(UA, Cheras, 14. 50.)