Sepucuk Surat buat Roy

Assalamu’ Alaikum Wr. Wb.

Aku bersyukur kamu masih bekerja pada perusahaan yang dulu kita sama jadikan lahan mengais rejeki dengan segala suka dukanya. Ada kenangan pahit dan tentu saja banyak sekali kenangan indah terekam dengan kuat di hati sanubari ini. Terutama tentang kau, Roy!

Tentu saja namamu bukan Roy. Kamu khan yang sendiri pakai nama itu. Tapi, aku menyukai nama itu. Entahlah, mengapa demikian? Aku tak bisa membuat alasan. Nama itu selalu aku sebut, bila membicarakan-mu. Kadang, aku hampir lupa nama aslimu. Memang Roy sebuah nama yang indah bagiku, untuk penyebutanmu!

Perusahaan itu merupakan perusahaan asing pertama aku tapaki. Sebelumnya, aku bekerja di perusahaan yang di punyai oleh bangsa kita sendiri. Aku tak pernah kesulitan dalam berbahasa, karena bahasa Inggris yang dipakai hanya sebatas “writing”.

Tapi, di perusahaan ini aku menjadi orang yang sangat lemah. Walau aku banyak pengalaman kerja di tempat lain. Kelemahan itu karena aku harus selalu berhubungan secara aktif dengan bule-bule yang tidak bisa berbahasa Indoensia. Kadang, bila ada telpon dari Hongkong atau Singapore aku akan kelimpungan sendiri. Aku hanya bisa berbahasa Inggris secara tulisan. Maklum, aku tak pernah bercakap-cakap dengan orang asing selama menghirup udara di bumi ini. Jadi bisa dibayangkan, mereka berbicara seperti tawon yang mendengung di telingaku.

Bila aku menerima telpon, biasanya, aku hanya akan mengatakan :”Could you spelling your name and your phone number please?! If he come, I will call you!” He..he… Begitulah bila ada seseorang mencari atasanku yang orang bule ( tapi pintar berbahasa Indonesia ). Kejadian ini terjadi, karena sekretaris bosku lagi cuti mendadak, hingga aku yang hanya berstatus”clerk” harus menjadi sekretaris dadakan. Memang sih, untuk mengetik aku tidak punya problem, tapi untuk urusan berhadapan dengan bule? Aku hampir-hampir nyerah deh! He..he…

Nah saat yang sangat kritis itulah kau selalu ada di sampingku. Saat itu khan kamu hanya berstatus office boy?! Tapi, kerjaanmu di segala jurusan. Bingung juga aku pertamanya. Kamu bantuin foto copy, arsip, urusan antar surat, beli kebutuhan dapur dan lainnya yang akan mumet bila ditulis semuanya di sini. Jadi, sebenarnya kamu punya jabatan rangkap deh! He…he… Tapi, gajinya ngga’ lho! Sabar ya Roy

Kamu khan udah lama kerja, jadinya urusan speaking nggak begitu problem. Jadilah kita berduet. Ingat nggak?! Bila ada telpon, kamu akan maju duluan. Tapi, kadang kamu lupa ama bule hingga selalu bilang yes pak! He…he… Masa bule dari Singapore di bilang pak!

Begitu ada yang ingin ditulis, maka akulah yang maju. Kamu khan lemah dalam tulisan. Jadi kita merupakan kawan yang sepenanggungan. Seringkali di marahin bos and sekaligus di puji! Maklum, bila bos menemukan kekurangan kita, maka meledaklah suaranya. Tapi, bila kita mampu mengerjakan sesuatu yang berat di matanya, maka kita akan selalu di bilang ; “you are number one di dunia!” Bos yang galak, sekaligus bos yang lucu deh! He…He…

Aku selalu menyunggingkan senyum, bila mengingat semua kenangan kita. Teman-teman yang sepenanggungan juga pada bubar. Bos kita pun udah pergi ke kampungnya, Australia. Walaupun dia galak, tapi aku sering rindu padanya. Kamu juga begitu khan?!

Oh ya, aku sedih saat kamu bilang; “dulu aku selalu rajin shalat dan selalu menjaga shalat di manapun berada!” Aku menyayangkan hal itu. Hingga aku bertanya padamu ;”kenapa begitu?” Kasihan kamu Roy, seharusnya saat ini kamu harus lebih baik dari dulu, karena Rasulullah bilang ; hari ini harus lebih baik dari kemarin dan besok harus lebih baik dari hari ini. Bila hari ini lebih buruk dari kemarin, maka kita akan termasuk orang “celaka”. Kamu nggak mau begitu khan?! Moga aja, kamu sekarang berubah. Usia yang semakin matang, peningkatan ekonomimu yang semakin lumayan, semoga membuatmu kembali ke Roy dulu, sebelum menginjak kota Sengata ini.

Kamu type pekerja yang ideal. Sangat loyal dan patuh pada atasan. Bila aku jadi bosmu, aku tak akan memberhentikanmu. Tapi, kelihatannya bosmu sekarang tahu sifatmu itu, karena sampai sekarang kamu masih aman, walau banyak kawan yang di PHK. Tetaplah demikian ya Roy?!

Roy, masih ingatkah saat kita makan-makan di hari sabtu sebelum acara pesta tahunan di mulai, kita makan-makan di Tanjung Bara dengan memakai dana taktis perusahaan ( aku sebelumnya tidak mengetahui!). Itulah saat terakhir kita merasakan pertemuan yang sedikit formal, karena selama ini perusahaan kita tak begitu memerhatikan kesejahteraan karyawan lokalnya!. Begitu asyiknya, saat kita kembali ke kantor, kita dapat dampratan bos.! He…he..teman kita yang ngajak makan, ternyata nakal juga ya! Sekarang aku menyadari, itu adalah hal yang tidak boleh kita lakukan lagi, banyak-banyaklah kita beristigfar! Astagafirullah ‘al’adzim! Mohon ampun atas makanan haram yang telah kami makan dulunya, karena kebodohan kami ya Allah!

Masih banyak yang ingin aku sampaikan, aku berterima-kasih atas semua bantuan selama aku bekerja bersama-mu. Semoga Allah Swt membuat kita menjadi orang yang selalu berada pada jalan ridha-Nya. Amien.

Wassalam,
Halimah Taslima

Forum Lingkar Pena ( FLP ) Cab. Sengata