Bukan Hanya Tentang “Miss World”

miss worldOleh : Ummu Dhiya Khanun ( Ibu Rumah Tangga )

 

Lagi-lagi, ketika kemaksiatan ada di hadapan mata, apalagi yang dilegitimasi oleh negara, rakyat negeri ini tak bisa berbuat banyak. Sama persis seperti kenaikan BBM. Banyak pihak, mahasiswa, ormas dan masyarakat yang keberatan dengan kenaikan harga BBM, namun pemerintah jalan terus, dan tak peduli dengan jeritan rakyatnya. Sebab, pemerintah tahu, rakyat tak bisa apa-apa selain demo, protes, aksi, mengumpulkan banyak tanda tangan para tokoh dan bersuara secara lisan dan tulisan. Pemerintah tahu, ia lah yang berkuasa mengambil keputusan, bukan rakyat. Kedaulatan di tangan rakyat yang menjadi slogan negeri ini dapat dibeli dari anggota dewan yang terhormat yang katanya adalah wakil rakyat. Dan ini memang benar-benar terbukti dari kasus kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu. Setelah harga BBM benar-benar dinaikkan, rakyat tak bisa berbuat apa-apa. Suara-suara penentangnya hilang ditiup angin. Tak ada lagi pergolakan setelah Pemerintah mengambil keputusan.

Demikian juga dengan hal yang sedang marak saat ini. Tentang penyelenggaraan miss world di Indonesia beberapa saat lagi. Sesungguhnya rakyat hanya bisa bergolak lewat lisan saja. Itupun hanya sebagian kecil rakyat khususnya umat Islam yang mau peduli. Sebagian besar rakyat justru mendukung ajang kontes ratu dunia yang katanya mengusung 3B, brain, beauty dan behavior alias kecerdasan, kecantikan dan kepribadian. Kontes yang seolah adalah suatu agenda penting negara yang dipoles atas nama meningkatkan pariwisata negara peserta. Meski secara logika anggapan ini bisa dimentahkan dengan sebuah fakta yang terjadi dengan Venezuela, Jepang dan Kanada saat dutanya berhasil memenangkan gelar ratu sejagat. Venezuela (2008 dan 2009) pertumbuhan turis mancanegaranya MINUS 3%, Jepang (2007) pertumbuhan turisnya hanya NOL SEKIAN PERSEN saja, dan di tahun 2005 kunjungan turis ke Kanada setelah memenangkan salah satu kontes kecantikan mengalami penurunan drastis dari 18 juta orang menjadi 17 juta orang.

Pemerintah yang notabene banyak orang Islamnya, sangat memahami dengan apa yang sedang dilakukan umat Islam saat ini yang berupaya menolak dan menggagalkan terselenggaranya miss world. Ummat Islam sedang menjalankan kewajibannya sebagai hamba Alloh untuk ammar ma’ruf nahi munkar. Mengamalkan sebuah sunnah, bila kemungkaran ada di hadapan mata, maka lawanlah dengan hatimu, lisanmu dan tanganmu dan doa adalah selemah-lemahnya iman. Pemerintah juga tahu betul dengan watak sebagian besar umat Islam negeri ini yang lembut, yang ketika apa yang dilisankan gagal dipenuhi mereka kembali pada doa dan lebih memilih mengalah serta pantang dengan kekerasan. Apalagi pemerintah juga tahu benar ada sebuah ormas yang begitu lantang dan berani di mulut tapi tidak di perbuatan karena slogannya yang non kekerasan. Berkali-kali bahkan bertahun-tahun pemerintah tak mengindahkan “suara mereka” meski besar-besaran menggelar ajang konferensi, muktamar, dan sejenisnya, tak mendengarkan lisan mereka yang hebat berorasi saat aksi/demo, tak memperhatikan kunjungan-kunjungan mereka kecuali sebatas sambutan ramah, namun ormas ini tak berubah. Tetap sabar melakukan hal yang sama, berorasi lantang menentang pemerintah, mengumpulkan ribuan tanda tangan tanda tak setuju dengan langkah pemerintah, bahkan mengirimkan surat cinta dan sms dalam jumlah yang tak terhitung. Tak lebih dari itu. Tak ada perubahan strategi yang patut diperhitungkan. Hal ini bisa dimengerti karena sesungguhnya kelompok ini bergerak dengan memanfaatkan momen isu yang ada saja dan memang masih dalam level target hanya untuk opini dan menunjukkan eksistensi kelompok.

Kekuatan ummat Islam yang pemberani dan memilih menggerakkan “tangan” mereka, melawan kemungkaran dengan seluruh jiwa raga mereka masih terlalu kecil. Masih amat sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah umat Islam secara keseluruhan. Tak mungkin mampu melawan kekuatan pemerintah. Setidaknya ini yang terlihat jika dipandang dari kacamata manusia.

Miss world diselenggatakan di Indonesia, rakyat bisa apa. Ketika ribuan pasukan terlatih telah disiapkan untuk mengamankan Bali, tempat terpilih diselenggatakannya kontes ini. Kekuatan pasukan ini jelas tidak bisa dilawan dengan orasi. Lisan hanya akan menjadi seperti pepatah ” anjing menggonggong kafilah berlalu”.

Miss world memang harus ditolak umat Islam. Slogan 3B nya bukan berasal dari penilaian syara, tapi hanya dari sudut pandang manusia yang memperturutkan hawa nafsu. Wanita hanya dinilai sebagai makhluk yang punya potensi besar mendatangkan keuntungan materi dalam dunia kapitalisme. Berbeda dengan Islam yang memandang individu cerdas ( Brain ) adalah individu yang memikirkan kehidupan setelah kematian. Yang berarti menyandarkan segala perbuatan dan pemikiran hanya pada aturan Islam yang akan membawanya pada keselamatan setelah mati. Jadi tak mungkin orang cerdas dalam Islam mau mengikuti ajang ratu-ratuan yang perilakunya menyimpang dari aturan, mulai dari membuka aurat, mewangikan tubuh hingga berlenggak-lenggok di hadapan pria bukan muhrim. Kecantikan ( Beauty ) dalam Islam juga bukan hanya tentang tampilan fisik. Tapi lebih pada hati yang tunduk pada seluruh aturan Alloh tanpa syarat. Kecantikan fisik bukanlah prestasi, karena itu semata pemberian dari Alloh. Sunnatulloh, Alloh menciptakan wanita ada yang cantik, maupun tidak cantik secara fisik. Ada yang sempurna, ada juga yang cacat. Sedangkan Kepribadian ( Behavior ) dalam Islam, bukan hanya dinilai berdasar seperangkat pertanyaan yang hanya dijawab secara lisan. Tapi perlu pembuktian dengan berbagai ujian dan cobaan hidup. Individu yang berkepribadian dalam Islam adalah manusia yang pemikiran dan perilakunya sesuai dengan apa-apa yang diperintahkan Alloh. Jadi tak mungkin wanita berkepribadian Islam sudi mengikuti kontes kecantikan dan semacamnya yang justru merendahkan dirinya sendiri di hadapan Alloh. Wanita Islam akan selalu ingat, bahwa Alloh memandang manusia berdasarkan taqwanya bukan yang lain.

Namun, bukan hanya ajang Miss World yang perlu ditolak. Apalagi faktanya, bukan hanya ajang Miss World yang melihat prestasi dan penghormatan perempuan pada kecantikan wajah dan seluruh tubuh. Di negara Indonesia ajang sejenis tingkat nasional pun telah sering dilakukan. Hampir semua daerah dari ujung timur hingga ujung barat menyelanggarakan kontes sejenis dengan dalih mendongkrak pariwisata. Pun dengan fakta lainnya ” tentang wanita” negeri ini yang penampilannya sama bahkan lebih seronok dan vulgar daripada ajang kontes kecantikan. Lihatlah goyangan penyanyi dangdut wanita dari mulai artis ibukota hingga artis kampung, begitu erotis dan amat menonjolkan keindahan fisik wanita. Bermacam-macam nama pun disematkan untuk berbagai goyangan tersebut, mulai dari goyang ngebor, gergaji, palu, garpu dan segala perlengkapan pertukangan.

Miss World adalah ajang dunia, yang melibatkan hubungan bilateral antar negara. Tak cukup sekedar lisan yang bersuara dan tangan yang menulis untuk menggagalkannya. Pemerintah Indonesia juga tak punya nyali untuk membatalkannya dengan segala konsekuensi berat yang tidak siap untuk diterima seperti embargo dan semacamnya. Ke depan kiranya perlu dibangun sebuah strategi melawan kemungkaran yang bisa dan mampu diperhitungkan oleh pemerintah bahkan siapapun. Sebuah metode yang tidak hanya untuk pembesaran opini saja, sehingga tidak hanya cukup sekedar berbicara dan terbawa arus retorika dalam “zona aman”. Tapi diperlukan sebuah taktik yang efektif mencapai sasaran dan tujuan demi hilangnya kemungkaran dari muka bumi, digantikan dengan penerapan hukum-hukum Alloh. Manakala masih ada kedholiman, kemaksiatan dan kemungkaran di hadapan mata, tak lagi sekedar kembali pada “doa dalam hati” dan berkata : ormas, rakyat “bisa apa selain hanya bicara”.