Kepada MUI Mohon Dibahas “Koreksi Awal Waktu Subuh” (1)

subuh(DENGAN BUKTI OBSERVASI)

Oleh Penulis:

Agus Hasan Bashori, Lc. M.Ag.

(MUDIR MA’HAD ALI AL-AIMMAH)

Abu Shadaqah Maula Anas berkata ilmu tentang waktu sholat :

ِِِِِِ “َسٔاَْلُتٔاََنًسا َعْن َصالَةَرُسْولاهلل(صلىاهللعليهوسلم)َفَقاَل: َكاَنَرُسْوُلاهلل(صلىاهللعليهوسلم)يَُصّلىالُّظْهَرِٕاَذاَزاَلت

ا ل َّش ْم ُس َو ا ْل َع ْص َر َب ْي َن َص ال َ َت ْي ُك ْم َه ا َت ْي ِن َو ا ْل َم ْغ ِر َب ِٕا َذ ا َغ َر َب ِت ا ل َّش ْم ُس َو ْا ل ِع َش ا َء ِٕا َذ ا َغ ا َب ا ل َّش َف ُق َو ا ل ُّص ْب َح ِٕا َذ ا َط َل َع ا ْل َف ْج ُر ِٕا َل ى ٔا َ ْن َي ْن َف ِس َح اْلَب َصُر“

“Saya bertanya kepada Anas tentang Shalat Rasulullah r maka dia berkata: Rasulullah dulu shalat Zhuhur ketika matahari tergelincir, dan asar diantara dua shalat kalian ini, dan maghrib apabila matahari telah terbenam, sedangkan isya` ketika mega (merah) menghilang dan subuh ketika terbit fajar hingga pandangan terbuka.“ (HR. Nasa`i, 1/94-95; Ahmad (3/129, 169), redaksi ini miliknya dan sanadnya shahih, para perawinya adalah para perawi Bukhari dan Muslim, kecuali Abu Shadaqah yang namanya Naubah al-Anshari al-Bashri. Demikian ucapan Syaikh al-Albani)

Perhatikan hadits Jabir  berikut: ِِِِ

َكاَنالَّنِبُّى-صلىاهللعليهوسلم-يَُصّلىالُّظْهَرِباْلَهاِجَرة، َواْلَعْصَر َوالَّشْمُسَنقَّيٌة، َواْلَمْغِرَبِٕاَذا َوَجَبْت، َواِْلعَشاَءٔاٍَْحَياًنا َؤاَْحَياًنا، ِٕاَذاَرٓاُهُماْجَتَمُعواَعَّجَل،َوِٕاَذاَرٓاُهْمٔاَْبَطْوأاََّخَر،َوالُّصْبَحَكانُوا-ٔاَْوَكاَنالَّنِبُّى-صلىاهللعليهوسلم-يَُصّليَهاِبَغَلس

“Nabi shalat zhuhur di waktu sangat panas (di pertengahan hari), ashar pada saat matahari cerah, maghrib jika matahari terbenam, sedangkan isya` kadang segera kadang lambat, jika melihat mereka telah berkumpul beliau menyegerakan dan jika melihat mereka terlambat maka beliau mengakhirkan, sementara subuh mereka atau Nabi  melaksanakannya di waktu ghalas.“ (HR. Bukhari, 560, Muslim, 1423, Abu Daud, 397, Nasai dalam assughra 281)

Sementara di hadits Jabir yang lain kata ghalas ini diganti (ditafsiri) dengan “ketika fajar telah tampak terang pada beliau“.

َصَّلى َرُسْوُلاهلل الُّصْب َح ِحْيَن َتَبَّيَن َلُهالُّصْب ُح.

“Rasulullah Sholallohu `alaihi wa sallam shalat subuh ketika tampak terang pada beliau subuh (fajar shadiq).“ (HR. Nasa’i, 543, dari Jabir).

Hadits Abu Hurairah :

«يَُصُّلوَنَلُكْم،َفِٕاْنٔاََصاُبواَفَلُكْم[َوَلُهْم]،َوِٕاْنٔاَْخَطٔيُواَفَلُكْمَوَعَلْيِهْم»

“Mereka shalat untuk kalian, jika mereka benar maka untuk kalian dan untuk mereka, namun jika mereka berbuat kesalahan maka untuk kalian, dan atas (tanggungan) mereka.“ (HR. al-Bukhari, al-Baihaqi, lihat Fathul Bari (2/187))

Hadits Uqbah in Amir :

« َمْنٔاََّمالَّناَس َفٔاََصاَباْلَوْق َت َؤاََتَّمالَّصالََة َفَلُه َوَلُهْم َوَمِناْنَتَقَصِمْن َذِلَك َشْئيًا َفَعَلْيِه َوالَ َعَلْيِهْم»

“Barangsiapa mengimami manusia, lalu dia benar tepat pada waktunya, dan dia sempurnakan shalat tersebut, maka (pahalanya) untuknya dan untuk mereka, dan barangsiapa mengurangi sesuatu dari hal tersebut, maka (dosanya) atas (tanggungan)nya, dan tidak di atas (tanggungan) mereka.“ (Hasan Shahih, Shahih Abi Dawud (1/115), Shahih Ibnu Majah (1/293), Lihat Faidhul Qadir (6/113),

Abdullah ibn amr

 «َسَتُكوُنَبْعِدئأَِيَّمٌةئَُوخُروَنالَّصالََة َعْنَمَواِقيِتَها، َصُّلوَهاِلَوْقِتَها،َفِٕاَذا َحَضْرُتْمَمَعُهُمالَّصالََةَفَصُّلوا»

“Akan ada sesudahku para imam yang mengakhirkan shalat dari waktu-waktunya, maka shalatlah pada waktunya, jika kamu menghadiri shalat bersama mereka maka shalatlah.“ (HR. Thabrani dari Lihat Shahih al-Jami’: 3619)

Hadits abu Dzar al-hifari :

“Saya mendatangi Nabi dengan air wudhu lalu beliau menggerak-gerakkan kepala dan menggigit kedua bibirnya. Saya berkata: Dengan ibu dan bapakku (saya menebus anda), apakah saya menyakiti anda? Beliau menjawab: Tidak, tetapi engkau akan menjumpai para amir dan para imam yang mengakh- irkan shalat dari waktunya. Saya bertanya: Apa yang anda perintahkan untukku? Beliau menjawab:

ِِِِِ َصِّلالَّصالََةلَوْقتَها َفِٕاْنٔاَْدَرْك َت َمَعُهْم َفَصّله َوالََتُقْوَلَّن َصَّلْي ُت َفالَٔاَُصّلْي.

“Shalatlah tepat pada waktunya, kemudian jika kamu menjumpai mereka maka shalatlah bersama mereka, jangan kamu mengatakan: aku sudah shalat maka aku tidak mau shalat lagi.“ (Shahih al-Adab al-Mufrad: 954)

Hadits abdullah ibn Mas’ud diriwayatkan oleh Zirr :

“Barangkali kalian kan menjumpai kaum-kaum yang melakukan shalat di luar waktunya; jika kalian menjumpai mereka maka shalatlah di rumah-rumah kalian di waktu yang kalian kenal, kemudian shalatlah bersama mereka dan jadikanlah ia sebagai sunnah.“ (HR. Ahmad 1/379, dari Abu Bakar: kami diberitahu oleh Ashim dari Zir. Ini sanad hasan; lihat pula Syarah al-Bukhari oleh Ibn Batthal)

Zirr ibn Hubaisy al-Asadi al-Kufi, berumur panjang; 60 tahun di masa Jahiliyyah dan 60 dalam masa Islam. Termasuk Tabi’in besar, qari` yang masyhur dan sahabat dari Abdullah ibn Mas’ud.

Hadits Ubadah Ibn Shamit  :

( ٔان الوليد بن عقبة ٔاخر الصالة مرة فقام عبد اهلل بن مسعود فثوب بالصالة فصلى بالناس فٔارسل ٕاليه الوليد: ما حملك على ما صنعت؟ ٔاجاءك ٔامر من ٔامير المٔومنين فيما فعلت ٔام ابتدعت؟ قال: لم ئاتي من ٔامير المٔومنين ولم ٔابتدع ولكن ٔابى اهلل عز وجل علينا ورسوله ٔان ننتظرك بصالتنا ؤانت بحاجتك

Bahwasanya al-Walid ibn Uqbah (panglima) mengakhirkan shalat maka Abdullah ibn Mas’ud mengiqamati dan memimpin shalat berjama’ah. Maka al-walid mengirim utusan kepada Ibn mas’ud: apa yang membuat Anda melakukan yang demikian. Apakah anda mendapatkkan perintah dari amirul mukminin ataukah Anda melakukan bid’ah? Maka ibn Mas’ud menjawab: tidak ada perintah dari amirul mukminin dan tidak pula saya melakukan bid’ah, tetapi Allah dan rasul-Nya tidak ridha kami menunggu Anda sementara Anda dalam keperluan Anda sendiri.“ (HR. Ahmad. 1/450, sanad shahih)

‘Amr bin Maimun Al-Audi berkata, “Saya telah menyertai Mu’adz di Yaman, dan tidak berpisah dengannya hingga saya menguburkannya di Syam. Setelah itu kemudian, saya selalu menyertai orang terpandai dalam ilmu fiqh, Abdullah bin Mas’ud , maka saya mendengar dia berkata, “Hendaklah kalian memegang teguh jama’ah. Sebab tangan Allah di atas jama’ah.“

Suatu hari saya mendengar dia (Ibnu Mas’ud) berkata, “Akan memimpin kalian para pemimpin yang mengakhirkan shalat dari waktunya, maka shalatlah kalian tepat pada waktunya, sebab demikian itu adalah yang wajib, dan shalatlah kalian bersama mereka karena shalat itu bagi kalian adalah tambahan (sunnah).“

Saya berkata, ‘Wahai shahabat Muhammad! Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan kepada kami?” Ia (Ibnu Mas’ud) berkata, “Apakah itu?“

Saya berkata, ‘Engkau memerintahkan aku berjama’ah dan menghimbauku kepadanya kemudian kamu berkata, “Shalatlah kamu sendirian, dan demikian itu adalah yang wajib, dan shalatlah kalian bersama jama’ah, dan dia sunnah??!!“

Ia berkata, “Wahai ‘Amr bin Maimun. Saya mengira kamu orang yang terpandai tentang fiqh dari penduduk negeri ini. Kamu mengerti, apa jama’ah itu?” Saya berkata, “Tidak.”

Ia berkata, “Sesungguhnya mayoritas masyarakat adalah orang-orang yang berpaling dari jama’ah. Jama’ah adalah sesuatu yang sesuai kebenaran, meskipun kamu hanya sendirian.“ [Diri- wayatkan oleh Al-Lalikai di As-Sunnah nomor 160, dan lihat Ad-Da’wah Ilallah 89-95 pasal Al-Jama’ah Musthalah wa Bayan oleh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Halabi ]

Hal ini menunjukkan bahwa wajib mengikuti waktu-waktu yang ditetapkan oleh Allah  bukan mengikuti jadwal imam yang salah… (Bersambung…)