Istiqomah Hanya Mengejar Ridha Allah SWT

Zaman yang sedang kita jalani dewasa ini merupakan zaman sarat fitnah. Banyak pesan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengenai fitnah di akhir zaman yang sangat cocok menggambarkan zaman yang sedang kita lalui saat ini. Inilah zaman ketika giliran kemenangan di dunia bukan berada di fihak ummat Islam. Ini merupakan zaman di mana Allah subhaanahu wa ta’aala menguji orang-orang beriman. Siapa di antara mereka yang mengekor kepada orang-orang kafir, siapa di antara mereka yang emas imannya dan bahkan rela berjihad di jalan Allah subhaanahu wa ta’aala hingga meraih kemuliaan mati syahid atau menyaksikan tegaknya sistem Islam dengan kemuliaan Syariat Allah ta’aala.

Salah satu makna mengekor kepada orang-orang kafir adalah –secara sadar atau tidak sadar- ummat Islam sibuk mengejar ke-ridha-an mereka bukan ke-ridha-an Allah ta’aala. Beberapa waktu yang lalu kita mendengar kabar bahwa sebuah Lembaga Penelitian bernama Rand Corporation memberi masukan kepada Pentagon agar merumuskan jenis Islam seperti apa yang sebaiknya di-ridhai oleh dunia internasional di bawah kepemimpinan Amerika Serikat. Mereka menyebutnya sebagai Civil Democratic Islam. Inilah jenis Islam yang mereka ingin paksakan bagi dunia Islam. Muslim yang memenuhi kriteria Islam versi mereka dijuluki Moderate Muslim (muslim moderat). Adapun karakteristik seorang muslim moderat ialah:

  1. Seorang Muslim yang meyakini demokrasi dan sistem demokrasi. Suatu komitmen terhadap demokrasi sebagaimana difahami oleh tradisi liberal Barat. Bukan demokrasi sebagaimana difahami dari perspektif Islam. Itu tidak memenuhi karakteristik seorang muslim moderat. Jadi, seorang muslim belum diakui sebagai muslim moderat bilamana di satu sisi ia mengaku menerima demokrasi, namun pada sisi lain masih mendukung berdirinya Negara Islam.
  2. Menerima sumber-sumber hukum non-sektarian. Dalam pengertian mematuhi secara sukarela dan terbuka man-made law (hukum bikinan manusia). Garis pembeda antara muslim moderat dengan radical Islamist (Islamis Radikal) adalah dalam memberlakukan hukum Syariah. Bila ia bercita-cita memberlakukan hukum Syariah, maka ia bukankah seorang muslim moderat.
  3. Menghormati hak kaum perempuan dan kaum minoritas non-muslim. Dalam pengertian bahwa jika dalam suatu negaraberpenduduk mayoritas muslimkaum wanita diharuskan memakai jilbab, maka itu disebut ekstrimisme. Jika suatu negara berpenduduk mayoritas muslim mengharuskan kaum Yahudi dan Nashrani membayar jizyah, maka itu disebut ekstrimisme.
  4. Menentang terorisme dan kekerasan ilegal. Jadi seorang muslim yang membela tanah airnya dan yang menentang penjajahan dan seorang muslim yang ingin hidup sesuai aturan Islam adalah seorang ekstrimis. Dan seorang muslim moderat adalah muslim yang rela mengundang pasukan Amerika untuk meng-invasi negerinya dan ia senang mematuhi man-made laws (hukum buatan manusia) dan tidak memiliki kemuliaan dan kehormatan untuk membela diri melawan agresi.

Mereka menyusun kriteria Islam dan muslim menurut kemauan mereka. Jika seorang muslim kemudian mengekor kepada apa yang mereka rumuskan, berarti ia lebih mengutamakan mengejar ke-ridha-an mereka daripada mengejar ke-ridha-an Allah ta’aala. Jika seorang muslim memandang perlu untuk menampilkan diri menjadi seorang muslim moderat versi Rand Corporation berarti ia tidak lagi mengejar ridha Allah ta’aala, melainkan ridha Rand Corporation. Bahkan itu berarti ia bukan lagi seorang muslim. Ia lebih pantas disebut sebagai seorang non-muslim karena pada hakikatnya keempat karakteristik tersebut di atas mengharuskan seorang muslim bertentangan dengan ketentuan dan aturan Islam sebagaimana yang digariskan Allah ta’aala dan dicontohkan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam.

Apa yang mereka upayakan memperjelas maksud firman Allah di dalam Al-Qur’an Al-Karim:

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ

”Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama/tradisi/budaya/standar mereka.” (QS Al-Baqarah ayat 120)

Sebelum seorang muslim mengikuti kemauan tradisi/budaya/standar mereka, niscaya mereka akan disebut sebagai ekstrimis, fundamentalis bahkan teroris. Dan dalam upaya menjadikan muslim menjadi non-muslim alias memurtadkan kaum muslimin mereka rela untuk mengerahkan segenap sumber-daya sampai berperang bila perlu. Seperti yang kita saksikan terjadi di Palestina, Afghanistan dan Irak.

وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا

”Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.” (QS Al-Baqarah ayat 217)

Sungguh disayangkan bilamana kaum muslimin –apalagi aktivis Islam– tidak menyadari strategi ghazwul-fikri (perang ideologi) yang sedang dilansir oleh fihak musuh-musuh Islam dewasa ini. Sehingga sebagian muslim beralih dari menjadi hamba Allah ta’aala yang sibuk hanya mengejar ridha Allah ta’aala menjadi hamba selain Allah ta’aala yang sibuk mengejar keridhaan fihak selain Allah ta’aala tersebut. Sambil saudara-saudara muslim tersebut justru menyangka bahwa mereka sedang mengokohkan diri sebagai muslim moderat yang bisa diterima dunia modern (baca: Sistem Dajjal). Muslim moderat yang segera memperoleh penghargaan bahkan bantuan –moral maupun material- dari dunia modern yang sedang menjebak dirinya menjadi seorang murtad…!

وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS Al-Baqarah ayat 217)