Akankah Terjadi Ledakan di Pertengahan Ramadhan?

Kira-kira kapan terjadinya dukhon?

Ada yang mengaitkan dengan suara keras di pertengahan Ramadan di malam Jumat sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud yang diriwayatkan oleh Nu’aim bin Hammad di dalam kitab Al-Fitan I/228, No. 638, dan Alauddin Al-Muttaqi Al-Hindi di dalam kitab Kanzul ‘Ummal, No. 39627. Hadis ini secara sanad dianggap bermasalah bahkan la ashla lahu/tidak ada asal usulnya). Namun matan hadis itu bisa dikaitkan dengan hadis dukhon dan hujan asam, maka bisa digunakan sebagai pertimbangan persiapan diri menuju kiamat.

Ini teks lengkapnya;

قَالَ نُعَيْمٌ بْنُ حَمَّادٍ : حَدَّثَنَا أَبُو عُمَرَ عَنِ ابْنِ لَهِيعَةَ قَالَ : حَدَّثَنِي عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ حُسَيْنٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنِ الْحَارِثِ الْهَمْدَانِيِّ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : “إذا كانَتْ صَيْحَةٌ في رمضان فإنه تكون مَعْمَعَةٌ في شوال، وتميز القبائل في ذي القعدة، وتُسْفَكُ الدِّماءُ في ذي الحجة والمحرم.. قال: قلنا: وما الصيحة يا سول الله؟ قال: هذه في النصف من رمضان ليلة الجمعة فتكون هدة توقظ النائم وتقعد القائم وتخرج العواتق من خدورهن في ليلة جمعة في سنة كثيرة الزلازل ، فإذا صَلَّيْتُمْ الفَجْرَ من يوم الجمعة فادخلوا بيوتكم، وأغلقوا أبوابكم، وسدوا كواكـم، ودَثِّرُوْا أَنْفُسَكُمْ، وَسُـدُّوْا آذَانَكُمْ إذا أَحْسَسْتُمْ بالصيحة فَخَرُّوْا للهِ سجدًا، وَقُوْلُوْا سُبْحَانَ اللهِ اْلقُدُّوْسِ، سُبْحَانَ اللهِ اْلقُدُّوْسِ ، ربنا القدوس فَمَنْ يَفْعَلُ ذَلك نَجَا، وَمَنْ لَمْ يَفْعَلْ ذَلِكَ هَلَكَ

Nu’aim bin Hammad berkata: “Telah menceritakan kepada kami Abu Umar, dari Ibnu Lahi’ah, ia berkata; Telah menceritakan kepadaku Abdul Wahhab bin Husain, dari Muhammad bin Tsabit Al-Bunani, dari ayahnya, dari Al-Harits Al-Hamdani, dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: “Bila telah muncul suara di bulan Ramadhan, maka akan terjadi huru-hara di bulan Syawal, kabilah-kabilah saling bermusuhan (perang antar suku) di bulan Dzul Qa’dah, dan terjadi pertumpahan darah di bulan Dzul Hijjah dan Muharram.

Kami bertanya: “Suara apakah, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Suara keras di pertengahan bulan Ramadhan, pada malam Jumat, akan muncul suara keras yang membangunkan orang tidur, menjadikan orang yang berdiri jatuh terduduk, para gadis keluar dari pingitannya, pada malam Jumat di tahun terjadinya banyak gempa. Jika kalian telah melaksanakan salat Subuh pada hari Jumat, masuklah kalian ke dalam rumah kalian, tutuplah pintu-pintunya, sumbatlah lubang-lubangnya, dan selimutilah diri kalian, sumbatlah telinga kalian.

Jika kalian merasakan adanya suara menggelegar, maka bersujudlah kalian kepada Allah dan ucapkanlah: “Mahasuci Allah Al-Quddus, Mahasuci Allah Al-Quddus, Rabb kami Al-Quddus”, karena barangsiapa melakukan hal itu, niscaya ia akan selamat, tetapi barangsiapa yang tidak melakukan hal itu, niscaya akan binasa.

Namun demikian, hari Jumat di pertengahan Ramadhan tidak hanya terjadi pada 8 Mei tahun 2020. Itu bisa saja terjadi pada tahun-tahun sebelumnya dan yang akan datang. Jadi tidak perlu memastikan sesuatu yang ghaib terkait waktu kejadiannya. Apalagi hadis di atas masih diperselisihkan di kalangan ulama.

Tetap jika melihat matannya tanpa bicara sanad dan dirangkai dengan riwayat-riwayat lainnya, bisa diambil kesimpulan bahwa:

1. Dukhon itu asap yang membentuk awan sebagai hasil dari adanya meteor yang menabrak bumi. Dan asap itu menyebabkan adanya pilek saja bagi orang yang beriman namun menyebabkan penyakit parah bagi orang kafir. Kenapa?

2. Karena tabrakan meteor itu terjadi di bulan Ramadhan (riwayat suara keras di bulan Ramadhan dan surat Ad Dukhon), di mana orang beriman lagi berpuasa dan hal itu memberikan kekebalan fisik mereka. Berbeda dengan orang kafir.

3. Dan asap awan itu menyebabkan terjadi turun hujan di berbagai belahan bumi, namun hujan itu tidak menumbuhkan apa-apa, karena air hujannya tingkat keasamannya tinggi.

Seperti diriwayatkan dari Anas, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُمْطَرَ النَّاسُ مَطَرًا عَامًّا وَلاَ تُنْبِتُ اْلأَرْضُ شَيْئًا

Tidak akan tiba hari Kiamat hingga manusia dihujani dengan hujan secara merata, tetapi bumi tidak menumbuhkan sesuatu. (Musnad Ahmad III/140, Muntakhab Kanz).

Dan itulah selama tiga tahun terjadi masa paceklik seperti diungkap riwayat Abi Umamah di atas.

Itulah kesimpulan awal terkait dukhon dan ledakan. Adapun kapan terjadinya dukhon tidak penting, karena memang tidak ada dalil yang kuat untuk informasi waktu kejadiannya. Yang terpenting adalah apa yang harus dilakukan jika hal itu terjadi.