Peneliti Jepang: Di Bawah Jokowi, Nama Indonesia Buruk di Mata Jepang

peneliti-jepang-nih2_20151125_155905
foto: tribunnews.com

Eramuslim.com – Indonesia harus lebih banyak lagi berbenah untuk bisa menghadapi perdagangan internasional dengan baik. Bukan hanya sekedar ikut partisipasi saja, tetapi pembenahan dalam negeri harus jadi prioritas utama.

“Banyak sekali yang harus dibenahi Indonesia dalam waktu dekat ini dan segera dilakukan,” papar Peneliti Jepang Masako Kuranishi dari Universitas Tsurumi dan Universitas SeigakuinJepang, Masako Kuranishi, seperti dilansir Tribunnews.com (25/11).

Diingatkan kembali kasus proyek kereta api cepat atau Shikansen yang dimenangkan China.

“Bagi banyak orang Jepang Indonesia telah dianggap menghianati Jepang,” katanya.

Oleh karena itu, tambahnya, Jepang jadi trauma dan di masa depan Jepang akan ekstra hati-hati menghadapi Indonesia.

“Semua hal mungkin akan ditinjau ulang oleh Jepang. Proyek partisipasi yang ditawarkan Indonesia pun akan ekstra hati-hati dipertimbangkan, takut kalau kasus Shinkansen berulang lagi danJepang pasti tidak akan pernah mau terulang kedua kalinya,” katanya.

Jumlah uang yang dikeluarkan pemerintah Jepang, yang sebenarnya itu uang pajak rakyat, banyak sekali untuk Studi kelayakan Shinkansen di Indonesia ternyata hilang begitu saja.

“Lebih penting lagi, melihat kasus Shinkansen tersebut, Indonesia sebenarnya banyak menghadapi banyak masalah serius.”

“Misalnya kekacauan prosedural, negosiasi rahasia dengan China, keterbukaan yang sangat sedikit serta ketidaksetiaan bahkan bisa dikatakan penghianatan kepada Jepang,” ujarnya.

Lalu di masa depan katanya Indonesia akan bergabung ke dalam TPP (Trans Pacific Partnership).

“Bagaimana bisa menjaga Negara sendiri kalau semua itu berantakan?” katanya lagi.

Kalau sudah ikut ke dalam TPP, jelas keterkaitan dengan badan perdagangan dunia (WTO) pun menjadi persyaratan utama.

Peranan dan sistem perdagangan internasional harus dipakai dalam perdagangan bebas, “Apakah bisa mengikuti standar internasional tersebut?”

Di lain pihak Indonesia juga harus selalu ingat bahwa China adalah salah satu negara komunis di mana politik dan ekonomi sangatlah tergantung kepada militernya serta terkait erat dengan ideologinya dalam peraturan satu partai.

“Namun saat ini kalau Indonesia ditanyakan apakah bisa berbagi dalam nilai yang sama dalam kemanusiaan, demokrasi, menghargai hak asasi manusia dengan dasar kebebasan, ekualitas, keadilan serta menjaga hukum dengan baik, apakah benar-benar bisa Indonesia menjaga dan mematuhi semua itu?”

Semua, katanya lagi, sebenarnya tergantung kepada masyarakat Indonesia sendiri yang memutuskan bagi kehidupan bangsa Indonesia sendiri kini dan masa mendatang.

“Orang Jepang dan pemerintah Jepang dengan negara bebas lain dan masyarakatnya berharap sekali Indonesia bisa tegas mengikuti fondasi tersebut secara internasional demi perdamaian dunia, keamanan dan kesejahteraan bersama bagi umat manusia,” ujarnya.(ts/tribunnews)