Hina Bahasa Indonesia, Trus Ngapain Ahok Malah Cari Makan di Negeri Ini?

ahok gubernur podomoroEramuslim.com – Untuk kesekian kali Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) melontarkan pernyataan kontroversial. Kali ini Ahok secara tidak langsung “menghina” bahasa nasional Bahasa Indonesia. Menurut Ahok, Bahasa Indonesia boros dan tidak efektif.

Pengamat pendidikan Ferry Koto ‏bersuara keras menentang pernyataan Ahok. “Apa Anda tdk paham @basuki_btp bahwa Bahasa itu identitas bangsa? Berjuang pendiri bangsa ini menyepakati Bahasa Indonesia. Dasar manusia tidak tahu diri kamu Ahok @basuki_btp senak udel kamu komentar negatif Bahasa Indonesai, bahasa bangsa saya. Bangsa mu Bukan?” tulis Ferry Koto di akun Twitter @ferrykoto.

Ferry Koto menegaskan, jika bangsa Indonesia lebih bangga menggunakan bahasa asing, hal itu sama saja bangsa Indonesia telah dijajah secara kultural.

“Dijajah secara kultural itu sama saja tdk punya kebanggaan sebagai bangsa hok @basuki_btp , Kamu Bangsa Indonesia bukan? Gub DKI parah !!” tegas @ferrykoto.

Tak hanya itu, Ferry mengingatkan agar kasus “penghinaan” Bahasa Indonesia itu cukup sampai di DKI saja. “Apa yg disampaikan Ahok @basuki_btp ini, cukuplah sampai DKI saja. Bisa rusak Anak Bangsa dgn pemikiran Ahok,” sesal @ferrykoto

@ferrykoto juga menulis: “Yg disampaikan Ahok itu bukan kritik, tapi menghina Bahasa Bangsa ini, dgn mengatakan nilainya Bahasa Indonesia lebih rendah.”

Sebelumnya, dalam acara lokakarya ‘Penggunaan Bahasa Indonesia di Ruang Publik’ yang diadakan di Balaikota DKI Jakarta (27/05), Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, menganggap ketentuan penggunaan Bahasa Indonesia di ruang publik kurang realistis dan terkesan anti terhadap bangsa asing.

Kata Ahok, penerapan Bahasa Indonesia secara keseluruhan di media luar ruang kurang memperhatikan segi pragmatis. Bahasa Indonesia cenderung lebih boros kata saat digunakan.

“Kadang-kadang Inggris empat kata orang sudah mengerti, tapi Indonesia bisa lebih. Kamu kalau bikin ruang tulisannya kaya mau membatik siapa yang baca? Maksimum cuma 6 kata. Kalau yang dipilih yang cepat lebih gampang, tentu orang pakai Bahasa Inggris lebih pendek,” kata Ahok.

Ahok juga menjelaskan, efek penerapan Bahasa Indonesia dalam segi bisnis tidak efektif. Menurutnya, penggunaan Bahasa Inggris secara citra lebih memiliki nilai jual. Ahok pun mencontohkan kata apartemen dengan rumah susun untuk menggambarkan gedung atau bangunan bertingkat yang disewakan.(ts/intelijen)