Rahasia Meraih Sukses Tanpa Henti (Bagian 2)

Dampak Kekeliruan Memandang Sukses

Memandang sukses sebagai ketenaran, kedudukan dan kekayaan tentu memberikan berbagai dampak yang negatif, antara lain :

1. Menghalalkan segala cara
Kekayaan, ketenaran dan kedudukan adalah ‘sumber daya’ yang langka. Ia seperti puncak dari piramida. Sedikit sekali orang yang bisa mencapainya dari sekian banyak yang menginginkannya. Karena langka, orang perlu bersaing untuk mendapatkannya. Ada yang berupaya mendapatkannya dengan cara yang sportif dan halal, tapi banyak juga yang menghalalkan segala cara untuk memperolehnya.

Godaan untuk menghalalkan segala cara dalam memperoleh harta, popularitas dan jabatan sangat besar karena susahnya memperoleh ketiga hal tersebut dengan cara yang halal. Apalagi budaya dan lingkungan kita juga sudah menganggap biasa cara-cara yang haram untuk memperoleh ketiga hal tersebut. Ditambah lagi, masyarakat juga memandang ketiga hal tersebut sebagai simbol kesuksesan. Orang yang tidak memperolehnya akan dipandang sebelah mata. Hingga akhirnya banyak orang yang tergoda untuk menghalalkan segala cara dalam memperoleh kekayaan, ketenaran atau kedudukan.

2. Egois dan kurang peduli
Mental orang yang mengejar harta, ketenaran dan kedudukan akan mudah menjadi egois. Hanya mementingkan dirinya sendiri dan tak peduli dengan orang lain. Baginya, buat apa memikirkan orang lain kalau hal itu hanya akan menghalanginya untuk memperoleh harta, populeritas atau kedudukan. Ia menghibur dirinya dengan mengatakan, “saya akan peduli kepada orang lain kalau sudah sukses memperoleh kekayaan, ketenaran atau kedudukan.” Padahal ketika kekayaan, ketenaran atau kedudukan sudah diperolehnya, ia mungkin lebih egois lagi karena mental itu sudah terlanjur mengakar dalam dirinya.

3. Tidak dapat menikmati proses mencapai sukses
Orang yang menjadikan kekayaan, ketenaran dan kedudukan sebagai tujuan suksesnya akan menjadi sulit menikmati proses mencapai sukses. Hal ini karena ia menganggap sukses sebagai ‘garis finish’ dari proses panjang yang melelahkan untuk sukses. Baginya proses mencapai sukses bukanlah kesuksesan itu sendiri, sehingga ia hanya terfokus pada tujuan yang dianggapnya sebagai sukses sebenarnya. Akhirnya, ia tak dapat menikmati proses perjalanan untuk sampai ke tujuan. Kegembiraan hanya dirasakan kalau ia mencapai tujuan. Selain itu yang dirasakan hanyalah tekanan, kegelisahan dan kekhawatiran. Orang semacam ini menjadi jarang mendapatkan kebahagiaan.

4. Mengabaikan yang lebih bermakna
Orang yang hidupnya hanya untuk mengejar kekayaan, ketenaran dan kedudukan akan mudah mengabaikan kewajiban atau tuntutan lain yang tak ada hubungannya langsung dengan upaya memperoleh harta, ketenaran dan kedudukan. Sudah banyak contohnya orang yang terlalu sibuk mengejar harta menjadi abai terhadap keluarganya. Orang yang ingin mendapatkan jabatan menjadi tega menyikut teman dekatnya. Orang yang ingin tenar menjadi rela menyerahkan kehormatannya. Padahal keluarga, hubungan baik dengan teman dan kehormatan adalah sesuatu yang bermakna dalam hidup. Semua itu dikorbankannya demi memperoleh harta, popularitas dan jabatan.

5. Hidup yang tidak seimbang
Orang yang terfokus hidupnya untuk memperoleh kekayaan, ketenaran dan kedudukan akan sangat berpotensi untuk hidup tidak seimbang. Ia tidak sempat lagi untuk istirahat yang cukup dan berolahraga. Lupa untuk beribadah kepada Tuhan. Tidak sempat lagi untuk belajar. Lupa untuk membina hubungan dengan orang-orang terdekatnya, dan lain-lain. ‘kelupaan-kelupaan’ itu disebabkan waktunya habis tercurahkan untuk mengejar kekayaan, ketenaran atau kedudukan.

6. Gagal memperoleh sukses sesungguhnya
Akhirnya, orang yang menganggap kesuksesan sebagai kekayaan, ketenaran atau kedudukan akan gagal memperoleh sukses sesungguhnya. Ia seperti mengejar fatamorgana. Ia lupa bahwa ada sukses sesungguhnya yang perlu diperoleh daripada sekedar mengejar kekayaan, kedudukan atau ketenaran. Sukses itu tak pernah terpikirkan olehnya karena ia sibuk dengan mengejar harta, popularitas dan jabatan yang tinggi.

Berbagai dampak negatif dari memandang sukses sebagai kekayaan, ketenaran dan kedudukan semestinya menyadarkan kita tentang arti sukses sesungguhnya. Kita perlu memahami hakikat sukses sesungguhnya, sehingga tidak tertipu mengejar sukses semu sepanjang usia kita. Seperti apa itu sukses sesungguhnya dan bagaimana kita dapat mencapainya? Hal inilah yang perlu dijawab semua orang sebelum ia ingin sukses.

Mengapa kita perlu mengetahui indikasi sukses yang sesungguhnya? Sebab hidup hanya sekali. Kita perlu menggunakan hidup yang singkat ini untuk mencapai kesuksesan sejati. Orang yang hidupnya hanya untuk mengejar kesuksesan semu berupa harta, populeritas dan jabatan akan menyesal kelak. Ia seperti mencari air laut untuk diminum. Semakin diminum, semakin dahaga. Semakin dicari kesuksesan semu itu, semakin gelisah dan tak terpuaskan.

Persis seperti yang dikatakan Ali bin Abu Tholib, “Sesungguhnya dunia ini bagaikan ular yang licin, namun mematikan bisanya. Karena itu berpalinglah daripadanya dan dari apa yang mengagumkan engkau, karena sedikitnya yang dapat engkau bawa sebagai bekal; dan jangan risaukan dia karena engkau yakin akan berpisah dengannya; dan letakkan kesenanganmu dalam kewaspadaan terhadap apa-apa yang ada di dalamnya, sebab penghuni dunia begitu ia mulai merasa senang, langsung ia akan terjerumus ke jurang kebinasaan”.

Jika kekayaan, ketenaran dan kedudukan bukan sukses sesungguhnya, lalu apa yang disebut sukses sesungguhnya itu? Jawabannya ada pada makna sukses berikut ini :

1. Sukses adalah keseimbangan hidup
2. Sukses adalah memberikan manfaat bagi orang lain
3. Sukses adalah proses mencapai cita-cita mulia
4. Sukses adalah menikmati kemenangan-kemenangan
5. Sukses adalah ‘akhir yang baik’

Sukses dengan lima makna di atas adalah sukses yang dapat Anda peroleh dengan mudah dan tanpa henti. Hal ini karena sukses tidak lagi dipandang sebagai tujuan berupa kekayaan, ketenaran atau kedudukan, tapi sebagai perjalanan.

Kita akan mencoba membahas makna sukses sesungguhnya itu pada tulisan-tulisan berikutnya. Bersiaplah dan bukalah mata hati Anda untuk menerima paradigma ‘baru’ tentang sukses sejati. (bersambung)