Antara Suami Dan Ibu

Assalamu alaikum wr wb…

Semoga pertanyaan saya bukan karena amarah atau kekecewaan, tapi untuk menambah keyakinan dan khzanah ilmu.

Istri saya jarang sekali mau menghargai saya dibanding dengan ibunya, ketika saya tanya hal itu dia berkata kalau ibunya lebih berhak karena ibunya yang melahirkan dia walaupun ucapan saya benar. Jika saya menyarankan sesuatu tetapi tidak sesuai dengan kebiasaan ataupun keinginan ibunya, dia terang-terangan mengabaikan saya.

Istri sayapun sering mengungkit sesuatu yang menurutnya buruk pada keluarga saya. Jika keluarga saya minta pertolongan saya maka segala upaya dia lakukan agar saya tidak melakukannya.

Dalam hal keuangan istri saya berprinsip uang suami harus dipegang istri saya semua, dan saat ini saya jarang sedekah harta karena saya jarang memiliki uang, bahkan ketika laparpun terkadang saya harus meminjam uang teman.

Istri saya begitu menghargai ibunya walaupun ibunya jauh dari kehidupan islam dan sering melakukan hal musyrik bahkan tak jarang menyakiti istri saya. Bahkan ketika mereka bertengkar, istri saya langsung sholat dan mengaji…. Tapi hal itu tidak berlaku bagi saya. Jika dia ribut sama saya, sholat pun tak mau dilakukan.

Perlu diketahui perilaku ibu mertuapun sama demikian adanya….

Semoga ini bukan kemarahan saya.

Wassalaam

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuhu
Bapak Abdullah yang diberkahi Allah, tentu bukan perkara yang mudah bagi Anda menghadapi istri, seperti yang Anda ceritakan tadi. Menilik latar belakangnya, tampaknya istri tidak dibesarkan dalam didikan agama yang baik, terbukti ia tak rutin menjalankan sholat lima waktu, ia belum mengetahui hak suami atas istrinya, begitu juga dengan kewajibannya masing-masing, dan ia pun tak mampu menempatkan skala prioritas antara suami dan ibunya. Akibatnya Anda mendapatkan masalah yang beruntun karena akar masalahnya, yaitu interaksi seseorang dengan agamanya, tidak dicarikan jalan keluar terlebih dahulu.
Bapak Abdullah yang diberkahi Allah,
Sebelum Anda memutuskan untuk menikahinya dulu, tentu Anda sudah mengenal istri Anda, kan Pak? Anda pasti memiliki alasan yang kuat kenapa dulu menikahinya. Apakah semata-mata karena cantiknya? Atau ada faktor yang lain? Bila Anda masih ingat alasan Anda itu, tentunya Anda sekarang bisa mengevaluasi, apakah setelah menikah dengan Anda, kebaikannya justru Anda dapatkan atau sebaliknya, justru keburukannya yang menjadi lebih dominan? Namun apapun, semua sudah Anda putuskan, tentu dengan segala risikonya, betul kan Pak?
Bapak Abdullah, pernikahan adalah ibadah. Maka menegakkan fungsi masing-masing adalah keniscayaan yang harus diwujudkan. Seorang suami adalah imam, maka tugasnya adalah mengarahkan keluarganya agar jauh dari api neraka.
 “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.(AQ S At Tahrim :6)

Maka tugas pertama seorang suami dalam rumah tangganya adalah mengajak mereka, istri dan anaknya, untuk mendekati Allah, mencintai agama-Nya, menegakkan syariat-Nya. Tentu saja ini tidak semata-mata masalah ritual tetapi jauh lebih penting adalah mengubah hati agar aqidahnya benar, ibadahnya lurus dan akhlaknya berubah menjadi baik. Tentu ini bukan pekerjaan mudah dan sebentar. Harus dilakukan secara rutin dan terus menerus. Dan suamilah yang harus bertanggungjawab untuk menjalankan hal ini, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Termasuk tugas suami adalah membentengi anggota keluarganya dari pengaruh buruk yang mungkin mengenai mereka. Pengaruh ini bisa datang dari mana saja, termasuk dari mertua Anda jika mereka jauh dari nilai agama. Bukan hal mudah untuk mengatasi hal ini, namun bukan berarti tidak mungkin. Optimis, husnudzan pada Allah, adalah sikap yang dibutuhkan ke depan. Tentu Anda sangat mencintai istri Anda, namun patut diingat bahwa seorang suami harus mampu mengarahkan istri ketika bengkok, dengan ketegasan tanpa meninggalkan nuansa kasih sayang di dalamnya. Jangan sampai seorang istri dibiarkan ketika membangkang pada suami, kurang menjalankan kewajiban, sampaipun dalam urusan makan suaminya terlantar. Anda memang berkewajiban memberi nafkah, namun teknisnya tidak harus semua gaji dipegang istri sehingga jika Anda punya keperluan malahan Anda jadi berhutang. Tegakkan kewibawaan di hadapan istri, Pak, sehingga Anda tidak didominasi olehnya, bukankah Anda adalah pemimpin keluarga?
Sikap istri Anda menghormati dan mencintai Ibunya adalah hal yang baik, bersyukurla, namun jangan sampai hal ini mengalahkan kepatuhannya pada suami dalam hal yang ma’ruf. Cobalah dekati mertua Anda, tunjukkan bahwa Anda juga menyayangi mereka, selain dalam hal aqidah, mertua tetap berhak mendapat perlakuan yang baik. Mungkin ini pintu awal merebut simpati istri maupun mertua Anda dan peluang untuk mendakwahkan kebaikan pada mereka. Bersabarlah, Pak…kesabaran Anda insya Allah tidak akan sia-sia. Tetap semangat.
Wallahu a’lam bish-shawab
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
bu Urba.