Catatan Dr. Tony Rosyid: “Acak-Adut” Koalisi Dalam Pilkada

Jadi oposisi terlalu menyakitkan. Sudah miskin, dicari-cari kesalahan pula. Kepleset omongan bisa jadi bulan-bulanan. Banyak partai tak sanggup bertahan. Golkar dan PAN jadi buktinya.

Kekuasaan target utama. Karena itu, harus menang. Koalisi dengan partai mana tak jadi soal. Asal bisa menang, tetap dilakukan. Platform, ideologi dan agama itu urusan nomor sekian.

*Kedua,* demokrasi berbiaya sangat tinggi. Mahar dan cost politik teramat mahal. Parpol terpaksa menentukan pilihannya pada calon yang memiliki dua syarat: elektabilitas dan uang. Siapa berpotensi menang dan sanggup menyediakan uang, koalisi bisa dibuatkan. Mudah! Tak peduli dengan siapa dan partai apa.

Tak penting itu uang pribadi atau modal taipan. Pokoknya, harus ada jaminan kalau uang itu tersedia dan bisa digunakan.

Orang partai tahu mana yang beneran punya uang, mana yang janji doang. Jangan bilang punya, ditagih bilang gak ada. Gak dicalonkan, eh nyanyi di media. Begitulah demokrasi uang.

*Ketiga,* partai tak punya calon yang dipersiapkan. Kalau ada, tak laku jual. Popularitas dan elektabilitas tidak nendang. Tak ada yang tertarik untuk menyediakan biaya.

kaderisasi tidak jalan, partai tidak memiliki calon yang layak untuk dimajukan. Tak ada pilihan, kecuali harus bergabung dengan koalisi yang sudah siap uang.

Layaknya organisasi, proses kaderisasi mesti dilakukan. Ada proses dan tahapan. Nilai, prinsip dan visi partai wajib jadi bagian dari materi pengkaderan. Semua kader mesti terkualifikasi. Mereka ngerti platform partai, visi dan misi. Sehingga, tak ada lagi kader loncat ke partai sana dan pindah ke partai sini.

Para kader yang memenuhi kualifikasi disiapkan. Urutan calon sudah ada nomornya . Formasi anggota legislatif, pimpinan daerah dan bangsa ada stok personilnya. Semua sudah sesuai kapasitas dan kelayakan. Mereka inilah yang berhak diiklankan dan mengiklankan diri. Test pasar, diterima rakyat, lalu siap terjun dalam pertempuran.

Umumnya, partai tak mengenal perkaderan. Jika ada, mereka adalah putra mahkota dan putri juragan. Sang pengeran dan putri karbitan punya hak istimewa untuk memotong banyak kader yang berkiprah lama dan sudah berjuang duluan.