Ahmadinejad: Pembantaian di Qana, Makin Dekatkan Israel pada Kehancurannya

Teheran kembali bersuara lantang terhadap kekejaman Israel dan sikap bungkam dunia Barat terhadap hal tersebut. Kemarin, Presiden Iran Ahmadinejad mengatakan kekecewaan beratnya atas sikap diam PBB terhadap perang Israel ke Libanon. Ia juga mengatakan pembantaian di Qana akan semakin menggiring Israel pada masa akhirnya.

Di kampus Teheran, Iran, Presiden Iran Ahmadinejad mengatakan, “Israel adalah negara boneka, ilegal dan perampok.” Menurutnya, AS adalah negara yang paling bertanggung jawab atas peperangan yang terjadi terhadap Libanon. Selain itu, Inggris juga harus bertanggung jawab karena merekalah yang membidani lahirnya Israel. “Keduanya sama-sama harus bertanggung jawab,” ujar Ahmadinejad.

Terkait pembantaian keji di Qana, ia menyebutkan aksi tak berprikemanusiaan itu akan menggiring Zionis dan pihak yang mendukungnya, sampai pada titik akhirnya. “Semua tindak kriminal ini dikira akan menjadikan mereka lebih kuat menguasai suatu daerah, anggapan ini sama sekali keliru,” ujarnya.

Suara kritik keras juga disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Iran, Manhosyahr Matki, saat menerima dubes Denmark di Teheran. Ia menyayangkan sikap DK PBB yang tidak mengambil tindakan tegas apapun terhadap pembantaian di Libanon dan Palestina. Terlebih pembantaian itu telah memakan korban anak-anak dan kaum perempuan.

Perlucutan Senjata Israel

Sementara itu, Menteri Pertahanan Iran, Mustafa Muhammad Najjar menyatakan, langkah terbaik untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah adalah dengan melakukan perlucutan senjata nuklir rejim Zionis.

"Agresi militer Israel dari darat, laut dan udara ke Libanon bukan hanya untuk melawan Hizbullah dan pertahanan nasional Libanon. Perang ini juga merupakan perang terhadap keamanan dan perdamaian internasional," ujar Najjar di hadapan para menteri kordinator bidang pertahanan di Teheran, Senin (31/7).

Ia juga menyatakan, kurang persatuan dunia Islam menyebabkan Israel berani melakukan serangan brutalnya ke Libanon.

"Negara-negara Muslim bisa mencegah agar insiden seperti ini tidak terulang lagi dengan bersatu dan menentukan sikap bersama," tegas Najjar.

Menurutnya, serangan Israel terhadap warga sipil, menghancurkan pemukiman penduduk dan infrastruktur ekonomi di Libanon, merupakan contoh nyata dari sebuah kejahatan perang.

"Nasib yang lebih buruk dibanding nasib Hitler dan Saddam kini sedang menunggu para Zionis pelaku kejahatan dan pendukung-pendukung mereka," sambung Najjar.

Lebih lanjut ia mengatakan, rakyat Libanon dan bangsa Palestina sekali lagi telah membuktikan, bahwa tanpa senjata, termasuk senjata nuklir, mereka bisa memiliki tekad yang kuat bagi kebebasan dan kemerdekaan bangsa mereka.

Sedangkan AS, menurut Najjar, sedang mencari dominasi di Timur Tengah dan seluruh dunia dengan memaksakan kehendaknya menerapkan apa yang disebut rencana perdamaian Timur Tengah. Untuk mewujudkan ambisinya itu, AS dan Zionis menempuh berbagai cara mulai dari agresi militer, kudeta dan membantai warga sipil tak berdosa, yang sebenarnya justru bertentangan dengan prinsip perdamaian, keamanan, demokrasi dan hak asasi manusia.

"Mereka melegitimasi setiap tindak kejahatan untuk memberi peluang bagi dominasi Israel terhadap Islam dan Arab di Timur Tengah," tandas Najjar. (ln/na-str/tehrantimes/mqwm)