Aktivis Iran: Demokrasi ala Bush Tidak Bakal Laku di Iran

Para aktivis di Iran mencela rencana Presiden AS George W. Bush yang ingin menegakkan dan mengembangkan demokrasi di Iran. Mereka beranggapan rencana Bush itu hanya akan menimbulkan dampak negatif bagi Iran.

"Sayang sekali, saya harus mengatakan bahwa hal itu akan menimbulkan dampak negatif dan bukan dampak positif," kata Abdulfattah Soltani, praktisi hukum yang juga aktivis hak asasi manusia.

Untuk mewujudkan keinginannya itu, pemerintahan Bush sudah meminta dana darurat sebesar 75 juta dollar pada Kongres, sebagai tambahan data yang sudah dianggarkan sebelumnya sebesar 10 juta dollar. Dari dana itu, 50 juta dollar diperuntukkan bagi pembangunan stasiun televisi, 5 juta dollar untuk program beasiswa dan diplomasi publik termasuk memberikan bantuan bagi media massa independen di Iran.

"Akan menjadi pekerjaan yang berat buat mereka untuk menghabiskan dana itu di sini (Iran)," kata seorang diplomat di salah satu kedutaan besar negara Eropa di Tehran, yang tidak mau disebut jati dirinya.

"Akan ada penolakan. Akan selalu ada. Dan mereka harus pintar untuk menghabiskan dana mereka itu," kata sumber tadi. Sebuah polling yang dilakukan Gallup pada bulan Desember di 10 negara yang 80 persen penduduknya Muslim menunjukkan, mayoritas Muslim makin bersikap skeptis atas kampanye AS tentang demokrasi.

Lebih lanjut, Soltani yang ikut mendirikan organisasi hak asasi manusia bersama penerima nobel Shirin Ebadi mengatakan, jika ada aktivis HAM di Iran atau pemimpin oposisi yang melakukan kontak dengan AS, maka mereka akan dianggap sebagai agen-agen AS.

"Ini adalah sesuatu yang sudah kita semua ketahui, bahwa berhubungan dengan aktivis hak asasi manusia akan diklaim bahwa mereka memiliki hubungan rahasia dengan kekuatan asing. Ini sangat membatasi gerak kami dan sangat berbahaya bagi masyarakat kami," kata Soltani.

Aktivis HAM Emad Baghi bahkan mengecam Presiden Bush yang dianggapnya akan membahayakan para aktvisi di Iran lewat rencana demokrasinya. Ia berpendapat, rencana AS untuk mendorong demokrasi di Iran hanya lip service AS belaka.

"Di sini, kami berada di bawah tekanan yaitu dari kelompok garis keras dan si bodoh George Bush," kata Baghi.

"Ketika ia mengatakan ingin mendorong adanya demokrasi di Iran, ia memberi uang pada kelompok-kelompok luar dan kami di sini yang menderita," sambungnya.

Para aktivis di Iran mengatakan, inisiatif Bush untuk menyebarkan demokrasi di negeri itu menunjukkan adanya jurang pemisah antara mereka yang bekerja keras di Iran bagi kebebasan yang lebih luas dengan orang-orang Iran yang berada dalam pengasingan di luar negeri yang terkadang lebih mendengar dan menyetujui kebijakan-kebijakan AS.

Vahid Pourostad, editor di surat kabar independen National Trust menyatakan, sangat tidak mungkin untuk menerapkan sesuatu yang berasal dari luar, ‘apapun yang akan terjadi, terjadinya dari dalam.’

"Masyarakat kami sangat rumit. Bagi saya, AS tidak mempelajari sejarah Iran dengan sangat hati-hati. Kapanpun mereka datang dan mendukung sebuah ide secara terbuka, publik Iran akan menentangnya." ujar Pourostad.

Apa Rencana AS di Iran?

Rencana AS ingin mendorong iklim demokrasi di Iran, bisa jadi cuma akal-akalan Bush saja untuk mengganti rejim di Iran yang belakangan ini sangat kritis terhadap kebijakan-kebijakan AS.

Surat kabar Washington Post edisi Senin (13/3) memperkuat dugaan itu. Dalam laporannya, disebutkan bahwa pemerintahan Bush sedang menyusun rencana untuk mengganti rejim di Iran. Untuk itu Bush sudah melakukan pertemuan-pertemuan tertutup dengan pada penasehatnya, membuka kantor khusus Iran di Washington dan membuka pos-pos di luar negeri sebagai ‘kuping’ mereka.

Richard N. Haass, Presiden Dewan Hubungan Internasional AS mengungkapkan, kamp-kamp itu dibuat untuk mendorong perubahan rejim di Iran yang dianggap selalu menentang daripada melakukan diplomasi. Ditambah lagi dengan pertikaian nuklir Iran yang masih menemui jalan buntu. Pemerintahan Bush selama ini paling gencar melakukan kampanye anti Iran terkait dengan program nuklir Iran. Meski Iran meyakinkan bahwa program nuklir mereka, untuk tujuan damai. (ln/iol)