Benarkah Pemerintahan Hamas Miskin?

Sejak Hamas memegang tampuk kekuasaan di Palestina, negara-negara Barat menghentikan bantuan pada pemerintah Palestina, karena menganggap Hamas sebagai kelompok teroris. Negara-negara Barat beranggapan pemerintah Hamas suatu saat akan lumpuh, karena tidak bisa membiayai pemerintahannya. Apalagi boikot bantuan itu telah menimbulkan krisis ekonomi bagi rakyat Palestina. Tapi ternyata, anggapan negara-negara Barat itu tidak sepenuhnya benar, karena Hamas masih mendapatkan bantuan dari organisasi-organisasi bantuan asing yang bersimpati dengan Hamas.

Bantuan tersebut berasal dari lembaga-lembaga sosial Islam dan warga Muslim di Teluk Persia, Eropa dan bahkan AS. Para pejabat dan analis di Palestina mengungkapkan, mereka memang tidak secara langsung menyalurkan bantuannya pada Hamas, tetapi ke institusi-institusi yang berafiliasi dengan jaringan sosial Hamas seperti sekolah, rumah sakit dan kelompok masyarakat yang menyalurkan sedekah dan zakat.

"Semua organisasi bantuan yang berafiliasi dengan Hamas masih berfungsi," ujar Syaikh Yazeeb Khader, editor surat kabar Hamas di Tepi Barat pada situs Christian Science Monitor. Ia mengungkapkan, institusi-insitusi di Gaza berhasil memanfaatkan bantuan berupa uang yang dibawa melewati perbatasan dan luput dari pemeriksaan.

Profesor ilmu politik di Bir Zeit University, Basem Ezbidi membenarkan bahwa Hamas sebenarnya tidak kekurangan bantuan berupa dana segar. "Hamas memang tidak bisa mendapatkan uang untuk menjalankan pemerintahan, tapi mereka bisa mendapatkan cukup uang untuk keperluan mereka sendiri. Organisasi ini sedang hidup dalam masa keemasan di mana mereka benar-benar dibutuhkan. Tidak ada cara lain untuk melindungi rakyat Palestina," papar Ezbidi.

Selama bertahun-tahun, selain sayap militer yang melakukan serangan bom syahid ke kota-kota Israel, Hamas juga membangun jaringan organisasi bantuan sosial Islam. Sekarang, setelah Tim Kuartet yang terdiri dari PBB, Eropa, Rusia dan AS membatasi mekanisme pemberian bantuan dana tanpa melalui pemerintahan Hamas, keberadaan jaringan bantuan sosial Hamas menjadi peringatan bagi dunia internasional betapa sulitnya untuk mencabut keberadaan Hamas di hati dan pikiran rakyat Palestina.

Khususnya di tengah-tengah kemiskinan di Gaza, "Komunitas Muslim yang bermurah hati memberikan bantuannya memiliki jaringan yang cukup baik dan mereka memiliki kontak-kontak di negara-negara Barat," ujar Syeikh Khader.

"Mereka memainkan peranan untuk meringankan pengucilan yang berlarut-larut," sambungnya.

Taktik Penyaluran Bantuan

Tentu saja dalam menyalurkan bantuannya, lembaga-lembaga sosial itu tidak mengakui afiliasinya dengan Hamas, bahkan jauh sebelum Hamas berkuasa di Palestina. Tujuannya, agar mereka terhindar dari target serangan Israel dan pembatasan finansial yang diberlakukan dunia internasional terhadap Hamas.

Beberapa bulan lalu, tentara Israel menyerbu kantor-kantor milik organisasi bantuan Al-Farah di Ramallah. Tentara-tentara Israel itu merusak komputer dan data-data kegiatan sosial serta menangkap direkturnya, Teiysur Arure. Namun para pekerja dan klien organisasi itu menolak disebut memiliki hubungan dengan Hamas.

Arure sendiri sudah dibebaskan dan ia membantah berafiliasi dengan Hamas. Kejadian serupa menimpa Muhammad Tanbura, ketua komunitas El-Salah di Gaza yang kegiatannya antara lain membagi-bagikan tas ransel dan peralatan sekolah bagi para pelajar di Palestina dan membantu mereka yang menghadapi kesulitan keuangan.

"Kami tidak ada hubungan dengan pemerintahan Hamas, kami organisasi warga Palestina yang bekerja di bidang sosial, bukan politik. Ini bukan kegiatan amal Hamas. Uang kami legal," kata Tanbura dalam wawancara via telepon.

Meski demikian, banyak yang mengakui bahwa Hamas memiliki dana cukup. "Hamas punya banyak uang," kata Abdul Nasser Najjar, seorang kolomnis di surat kabar Al-Ayyam, harian yang beroposisi dengan faksi Fatah.

"Masalahnya sekarang adalah, Hamas hanya memberikan uang itu pada para pendukungnya atau orang-orang yang dekat dengan Hamas," sambung Najjar.

Aktivitas jaringan bantuan sosial Hamas di tengah boikot negara-negara Barat, menurut Ezbidi, justru menguntungkan Hamas. Orang akan berpandangan Hamas peduli dengan kondisi sosial yang terjadi dan ini berhasil, "Hamas melakukannya dengan sukses," tambah Ezbidi.

Menurut dia, banyak lembaga-lembaga bantuan Islam yang memiliki hubungan dengan Hamas, meski hanya punya saham 10 persen saja dalam operasionalnya. "Sudah menjadi rahasia umum bahwa Hamas mengelola klinik-klinik kesehatan, rumah sakit dan memberikan subsidi biaya pendidikan. Tapi semua itu tidak dipublikasikan," ungkap Ezbidi. (ln/CSM)