Hari Ini, Paus akan Bertemu dengan Para Diplomat Dunia Islam

Paus Benediktus XVI berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan dunia Islam dengan menggelar pertemuan dengan sejumlah diplomat Muslim di Roma, hari ini, Senin (25/9).

Juru bicara Paus, Federico Lombardi mengatakan, pertemuan itu akan digelar di tempat peristirahatan musim panas Paus dan diharapkan bisa memulihkan hubungan gereja Vatikan dengan dunia Islam, yang sampai saat ini masih tegang akibat pernyataan Paus yang mengkritik jihad dalam Islam dan Nabi Muhammad saw, beberapa waktu lalu.

Di antara diplomat yang diundang dan diharapkan hadir dalam acara itu antara lain perwakilan dari Iran, Irak dan Mesir, Turki, termasuk dari Indonesia.

Pertemuan Paus dengan para diplomat dari dunia Islam itu akan disiarkan langsung oleh Radio Vatikan dan para wartawan yang meliput bisa menyaksikan pidato-pidato dalam pertemuan tersebut lewat jaringan televisi yang disediakan oleh Vatican TV.

Paus mengatakan, pernyataannya tentang Islam saat memberikan ceramah di Jerman 12 September kemarin, sudah salah ditafsirkan dan ia menyesali hal itu sudah membuat umat Islam tersinggung.

Para pemuka Islam level dunia, seperti Yusuf Qardhawi dan Imam Besar Al-Azhar, Kairo Syeikh Muhamad Syed Tantawi menilai penyesalan Paus belum cukup dan tetap menuntut Paus minta maaf dengan tegas pada umat Islam.

Yusuf Islam: Paus Harus Contoh Mahatma Gandhi

Penyanyi Yusuf Islam juga menyatakan keprihatinannya atas pernyataan Paus. Mantan penyanti pop yang lebih dikenal dengan nama Cat Steven ini mempertanyakan ajaran teologi Katolik bahwa perkataan Paus adalah hal yang mutlak dan tidak pernah salah.

"Pada suatu ketika, saya pernah meyakini bahwa Paus adalah manusia sempurna," ujarnya pada stasiun televisi BBC mengenang kembali saat ia bersekolah di sekolah Katolik.

AFP menyebutkan, teologi Katolik Roma memang menyebutkan bahwa seorang Paus tidak bisa melakukan kesalahan dalam mengajarkan keyakinan atau moral.

"Karena interpretasinya tentang Islam, ia (Paus) seharusnya membaca tentang Gandhi dan melihat apa komentar Gandhi tentang Islam," sambung Yusuf Islam. Menurutnya, Paus selayaknya melihat ke tempat-tempat lain jika ia ingin mengambil kutipan.

Mahatma Gandhi dalam Young India, 1922 memberikan komentarnya tentang Islam sebagai berikut, “Saya ingin mengetahui tentang manusia paling berpengaruh dalam hati jutaan umat manusia… Saya semakin bertambah yakin bahkan kemenangan yang didapat oleh Islam pada masa-masa itu bukanlah dari ayunan pedang. Kemenangan itu buah dari kesederhanaan Nabi yang gigih, keikhlasan Nabi yang telah mencapai puncaknya, kehati-hatian terhadap semua amanat yang diembannya, pengabdian yang mendalam terhadap para sahabat dan pengikutnya, keberaniannya, ketidaktakutannya, keyakinan yang sempurna terhadap Tuhan dan misinya. Inilah semua dan bukanlah jalan pedang yang mengatasi semua halangan-halangan itu. Ketika saya menyelesaikan Bab ke-dua dari biografi sang Nabi, saya menyesal: sudah tidak ada lagi kedupan agung lain yang bisa saya pelajari.”

Meski demikian Yusuf Islam menyatakan ia menghormati Paus dan posisinya, dan ia yakin Paus sudah menarik kembali pernyataannya untuk kebaikan semua.

Presiden Komisi UE Bela Paus

Sementara itu, Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso malah mengkritik kemarahan umat Islam atas pernyataan Paus. Ia bahkan mempertanyakan sikap para pemimpin Eropa yang bersikap diam dan tidak segera mengeluarkan pernyataan yang membela Paus.

"Menyerang Paus karena ia merujuk tulisan dari sebuah dokumen sejarah sangat tidak bisa diterima. Problemnya bukan pada komentar-komentar Paus tapi pada reaksi para ekstrimis. Kita harus membela nilai-nilai kita," kata Barroso pada surat kabar Welt alm Sonntag.

"Saya kecewa tidak banyak pemimpin Eropa yang mengatakan,’Paus punya hak untuk mengungkapkan pendapatnya’," sambung Barroso.

Sebelumnya, Perdana Menteri Spanyol Jose Maria Aznar mengatakan bahwa Paus Benediktus tidak perlu minta maaf seperti yang diinginkan sejumlah pemuka umat Islam.

Aznar malah mengatakan, umat Islam-lah yang harus minta maaf karena telah menaklukan banyak wilayah di semenanjung Iberia mulai dari abad ke-8 dan baru berakhir pada abad ke-15. (ln/iol/aljz)