Konferensi Penulis Internasional: Kebijakan Barat Penyebab Munculnya Generasi Muslim Radikal

Munculnya sikap radikal di kalangan generasi muda Muslim menjadi salah satu topik pembahasan dalam konferensi penulis dunia yang berlangsung di Ubud, Bali. Mereka menyatakan, kebijakan luar negeri negara-negara Barat menjadi penyebab munculnya sikap radikal di kalangan generasi muda Muslim.

"Sikap radikal dikalangan generasi muda Muslim bukan hanya muncul di negara-negara Muslim tapi juga di kalangan komunitas Muslim di Barat," ujar Ziauddin Sardar, seorang penulis dari Inggris.

"Penyebabnya satu, kebijakan negara-negara Barat. Seperti yang terjadi di Irak, Afghanistan, Libanon dan Chechnya. Jutaan umat Islam yang masih muda, mereka merasa sangat marah dan terluka melihat banyak kematian dan kerusakan di masyarakatnya," sambung Sardar.

Meski demikian, Sardar mengkritik sikap sejumlah generasi muda Islam yang selalu merasa benar sendiri dan menganggap pihak lain salah.

"Sikap merasa yang paling memiliki kebenaran menjadi inti persoalan. Jika anda yakin memiliki kebenaran sejati dan anda yakin punya hak untuk menegakkan kebenaran itu pada orang lain, maka akan timbul persoalan. Hal ini justru bertentangan dengan esensi ajaran Islam," papar Sardar yang terkenal lewat buku karangannya, ‘Why Do People Hate America’.

Dina Zaman, penulis asal Malaysia setuju dengan pendapat bahwa kebijakan dan prasangka buruk Barat terhadap umat Islam, menyebabkan jurang pemisah antara Barat dan Muslim makin lebar dan dalam. Namun ia menyayangkan adanya konsep ‘Muslim vs Kafir, Kafir vs Muslim’ yang ditanamkan pada generasi muda Muslim saat ini.

"Jika konsep semacam itu terus ditanamkan, ini akan menjadi bom waktu. Ketika anda meyakini pandangan anda benar dan pandangan orang lain salah, bagaimana bisa berdiskusi?" kritiknya.

Faktanya, umat Islam selalu mengalami diskriminatif dan pelecehan dari pihak lain. Kasus kartun Nabi Muhammad saw yang dimuat harian Denmark Jylland Posten dan pernyataan Paus tentang Islam dan Nabi Muhammad saw belum lama ini adalah salah satu contohnya. Belum lagi pelarangan jilbab di sejumlah negara Eropa dan penangkapan semena-mena yang dilakukan aparat keamanan.

Perlakuan buruk terhadap umat Islam itu telah menimbulkan gap yang antara komunitas Muslim dan masyarakat Barat. Sebuah polling yang dilakukan belum lama ini oleh American Pew Global Attitudes terhadap 14 ribu responden di 13 negara, menunjukkan adanya pandangan negati warga Muslim terhadap masyarakat Barat dan sebaliknya.

Masyarakat Barat melihat umat Islam sebagai orang yang fanatik, tidak toleran dan keras. Sementara umat Islam melihat orang-orang Barat sebagai orang yang mau menang sendiri, tidak bermoral dan rakus. (ln/iol)