Larangan Dicabut, Sekolah Islam di Perancis Dibuka Lagi

Pengadilan di kota Lyon, Perancis mencabut keputusan Academy of Lyon untuk menutup sekolah Islam al-Kindi yang ada di wilayah itu. Pengadilan menyatakan, alasan penutupan sekolah itu tidak meyakinkan dan tidak subtansial.

Academy of Lyon menyatakan melarang sekolah Muslim al-Kindi melakukan kegiatan belajar mengajarnya sejak awal semester bulan September lalu, dengan alasan sekolah itu tidak bisa memenuhi standar kebersihan dan keamanan sekolah.

Namun pihak sekolah menduga, alasan itu dibuat-buat dan menyebut penutupan itu sebagai indikasi bentuk Islamofobia.

Tapi setelah pengadilan mencabut penutupan sekolah al-Kindi yang dilakukan Academy of Lyon, pihak sekolah bisa bernapas lega.

"Keadilan sudah ditegakkan. Kami yakin majelis hakim Perancis akan mengembalikan hak kami untuk membuka kembali sekolah ini berdasarkan undang-undang yang berlaku, yang menjamin kebebasan untuk mendirikan sekolah swasta sesuai peraturan yang ada, " kata Nazir Hakim, kepala sekolah al-Kindi.

Sekolah yang namanya diambil dari nama seorang filsuf Muslim Yusuf Ya’kub ibnu Ishaq al-Kindi (801-873) ini, rencananya akan memulai kegiatan belajar mengajarnya tanggal 5 Maret mendatang.

Untuk sementara, pihak sekolah akan membuka tiga kelas. Setelah renovasi gedung sekolah selesai, sekolah Islam al-Kindi akan dibuka secara penuh tahun depan. Selain mengikuti kurikulum yang berlaku di Lyon, sekolah ini juga akan memberikan mata pelajaran tambahan tentang al-Quran, sejarah dan peradaban Islam serta hukum Islam.

"Kami sudah melakukan pertemuan dengan para orangtua siswa yang sudah mendaftarkan anak-anaknya ke sekolah, tapi menarik kembali pendaftarannya ketika sekolah ini ditutup, " kata Hakim.

Kabar yang beredar, Menteri Dalam Negeri Nicolas Sarkozy yang sedang mencalonkan diri sebagai kandidat presiden Perancis, ikut berperan dalam masalah ini sehingga sekolah al-Kindi boleh dibuka kembali.

Sejumlah laporan media massa menyebutkan, Sarkozy melakukan itu untuk mendapatkan dukungan suara dari kalangan Muslim dalam pemilihan presiden nanti.

"Sarkozy ingin meningkatkan citranya di kalangan warga Muslim menjelang pemilihan presiden, " tulis surat kabar La Très Bien du Lyon. Surat kabar itu juga menyebutkan, bahwa pihak Sarkozy menekan Academy of Lyon untuk mencabut keputusannya menutup sekolah tersebut.

Meski faktanya, dukungan warga Muslim terhadap Sarkozy sangat rendah, karena pernyataan-pernyataannya belakangan ini yang memojokkan warga Muslim.

Perancis, adalah negara di Eropa yang jumlah warga Muslimnya paling banyak, antara enam sampai tujuh juta jiwa dan hampir setengahnya memiliki hak suara dalam pemilu.

Sejak pemerintah Perancis melarang jilbab dan penggunaan simbol-simbol keagamaan di tempat-tempat umum termasuk sekolah-sekolah milik pemerintah, banyak warga Muslim di Perancis yang terpaksa menyekolahkan anaknya ke sekolah-sekolah di luar Perancis atau memberikan pengajaran privat di rumah.

Melihat kondisi ini, keberadaan sekolah-sekolah Islam menjadi kebutuhan bagi warga Muslim. Pada tahun 2003, pemerintah Perancis menyetujui pendirian sekolah Ibnu Rush di Lille, yang menjadi sekolah dasar Islam pertama di Perancis. (ln/iol)