Marak, Perdagangan Manusia Berkedok Ibadah Haji di Saudi

Komisi Hak Asasi Manusia Kerajaan Arab Saudi mengungkapkan keprihatinannya tentang keberadaan mafia perdagangan manusia (human trafficking) yang memanfaatkan masa ibadah haji tahun ini.

Juru bicara Komisi HAM Dr Zoheir al-Harethi mengatakan, banyak orang yang datang Saudi dengan alasan ibadah haji, tapi sebenarnya berencana untuk menetap dan mencari pekerjaan.

"Mereka jatuh ke tangan para mafia yang memanfaatkan mereka untuk menjadi pengemis dan pelacur, " ujar Al-Harethi.

Menurutnya, para korban trafficking kebanyakan anak-anak. Ia juga membantah tudingan bahwa Saudi enggan menangani fenomena yang menjadi salah satu pokok perhatian laporan yang dibuat negara AS tentang perdagangan manusia.

"Saya tidak membantah bahwa laporan itu menyebutkan sejumlah persoalan nyata yang seharusnya segera ditangani dan dipertimbangkan, tapi laporan itu mengandung hal-hal yang dilebih-lebihkan tanpa bukti yang kuat. Laporan itu juga lebih menekankan pada kasus-kasus yang sifatnya individual, " papar al-Harethi.

Ia mengakui bahwa pemerintah Saudi belum melakukan banyak upaya untuk memberantas perdagangan manusia. Oleh sebab itu, Kementerian Tenaga Kerja akan menetapkan peraturan tentang tenaga pembantu rumah tangga. Komisi HAM juga sedang membuat rencana berskala nasional. Begitu juga dengan Kementerian Kebudayaan dan Penerangan dan Kementerian Agama Islam, akan menggelar kampanye penyadaran.

Harethi mengakui bahwa Saudi sedang menghadapi sebuah persoalan besar, khususnya kasus-kasus penjualan visa dan keterlibatan para tenaga kerja PRT dalam prostitusi.

"Pemerintah selayaknya mengintensifkan upaya untuk memastikan bahwa para jamaah kembali ke tanah airnya masing-masing dan mengingatkan warga negaranya untuk tidak mempekerjakan orang-orang yang tidak jelas status tinggalnya di Arab Saudi, " tukas al-Harethi. (ln/al-arby)