Mayoritas Gereja Katolik di Prancis Tolak Dialog dengan Dunia Islam

Kalangan gereja Katolik belum seluruhnya memiliki pandangan yang sama bahwa mereka harus membuka dialog dengan umat Islam. Hal ini terungkap dari hasil pertemuan gereja Katolik di Prancis baru-baru ini.

Pertemuan yang berlangsung selama satu minggu dan berakhir hari Minggu (19/8) kemarin, diselenggarakan oleh Gereja Katolik Prancis yang membidangi hubungan Muslim-Kristiani.

Situs Islamonline, mengutip sumber-sumber yang mengetahui jalannya pertemuan itu menulis, sebagian besar tokoh gereja Katolik dalam pertemuan yang dipimpin oleh Uskup Fracois Jourdan menilai tidak ada manfaat yang bisa mereka ambil dalam dialog dengan umat Islam. Kebanyakan para tokoh agama Katolik itu jga tidak mau mengakui sejumlah isu-isu sensitif yang terkait dengan agama Islam.

Sebagian tokoh lagi menilai, bahwa masa depan umat Kristiani di Eropa sangat tergantung pada dialog dengan umat Islam sebagai kekuatan baru di Eropa.

Sekitar 40 uskup dari seluruh Eropa, hadir dalam forum tersebut. Mereka mendiskusikan banyak hal, mulai dari Islam dan peradabannya, pemikiran-pemikiran Islam, pembagian Sunni dan Syiah sampai aksi-aksi kekerasan terus terjadi di Irak. Para uskup itu juga membahas persoalan, mengapa masjid selalu dipenuhi dengan para jamaah sedangkan gereja-gereja banyak yang kosong.

Menurut pendiri departemen dialog muslim-Kristiani, Michael Le Long, Gereja Katolik Prancis yang paling keras menolak dialog dengan dunia Islam. "Mereka meyakini bahwa dialog dengan umat Islam bukan persoalan yang penting, " katanya.

Ia mengatakan, uskup-uskup gereja Katolik yang menyerukan dialog dengan umat Islam dan menganggap umat Islam sebagai partner umat Kristen, jumlahnya masih sangat sedikit dan masih menjadi suara minoritas.

Situasi ini, kata Le Long, terjadi karena "budaya Kristen-Yahudi" yang masih mendominasi gereja-gereja, yang dipelopori oleh mendiang Kardinal Jean Marie Lustiger.

"Lustiger sangat men-suci-kan keuskupan. Ia berpandangan bahwa umat Kristiani adalah perpaduan dari budaya Yahudi dan Kristen, sedangkan Islam dan agama-agama lainnya tidak penting, " kata Le Long.

Ia menambahkan, pandangan-pandangan Lustiger tentang Israel juga sangat bias dan ia merupakan salah sato tokoh Kristen yang menentang dibentuknya lembaga French Council of the Muslim Faith (CFCM).

"Forum Kristen-Yahudi memberikan dukungan pada Israel dan penjajahannya. Mereka dengan keras menolak menerima budaya Islam dan tidak mau mengakui keyakinan umat Islam itu sebagai salah satu elemen agama di Eropa, " papar Le Long.

Prancis adalah negara di Eropa yang jumlah warga muslimnya paling banyak, yaitu sekitar enam juta jiwa. Data CIA World Fact Book menyebutkan, sekitar 83-88 persen penduduk Prancis memeluk agama Katolik, dua persen di antaranya memeluk agama Protestan dan Yahudi. (ln/iol)