Mubarak-Olmart Dukung Abbas untuk Lemahkan Posisi Hamas

Jika dunia Islam dilanda kegelisahan dengan kekezaman Israel atas warga Palestina dan kesulitan yang dialami Palestina akibat embargo AS, namun Presiden Mesir Husni Mubarak justru bertekad menjalin kerjasama lebih erat dengan Israel.

Itulah salah satu poin penting pertemuan Mubarak dengan PM Israel Olmart di Mesir kemarin. Ranan Gishian, konsultan informasi PM Israel menerangkan bahwa dua petinggi Israel dan Mesir, Olmart dan Mubarak, telah mengkaji kemungkinan melakukan kerjasama untuk mendukung Presiden Palestina Mahmud Abbas guna melemahkan pemerintahan yang dipimpin Hamas.

Menurut Gishian, pertemuan yang berlangsung kemarin antara Olmart dan Mubarak bertujuan untuk saling mengenal dan memperkuat kepercayaan antar pribadi kedua petinggi, dengan tujuan memberi peranan terhadap permasalahan di Timur Tengah. Ghishain mengatakan bahwa Mubarak dan Olmart sudah mengerti bahwa tanpa aksi perdamaian yang diinginkan, kekuasaan keduanya akan melemah. Ini ditambah lagi dengan dukungan Israel dan Mesir untuk mencapai target tertentu dalam waktu dekat, utamanya memerangi apa yang mereka sebut terorisme, di Timur Tengah. “Kedua belah pihak sepakat untuk memerangi terorisme yang dianggap menjadi akar kuat yang bisa mengancam dua negara,” ujar Gishain.

Dalam keterangannya kepada Al-Jazeera, Gishain juga memandang Piagam yang dihasilkan oleh para tawanan Palestina di penjara Israel – yang salah satu isinya mengakui keberadaan Israel – adalah orientasi yang baik dan bisa menekan perkembangan terorisme secara bertahap.

Sementara itu, dalam konferensi pers yang dilakukan bersama PM Israel, Mubarak menyebutkan bahwa baik Hamas maupun Fatah hendaknya menentukan sikap final terhadap usulan referendum mengacu pada piagam yang dibuat oleh para tahanan Palestina.

PM Israel Ehud Olmart juga diberitakan ingin bertemu dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas, setelah berkunjung dari Mesir. Menurut Olmart, proses perundingan dengan Palestina mendapat prioritas terpenting di Israel. Israel hanya bersedia berbicara dengan Abbas dan tidak dengan pemerintah Hamas karena banyaknya serangan yang dilakukan oleh organisasi ini. Olmert menyatakan akan mencegah terjadinya musibah kemanusiaan di Jalur Ghaza. Dia memastikan barang bantuan dari Mesir akan diizinkan masuk.

Pada saat yang sama pejuang Palestina Al-Aqsa menyatakan akan melindungi Jalur Ghaza dari serangan Israel dan mempersiapkan 1.250 pejuang di sepanjang perbatasan Israel. Hal ini dilakukan karena tentara militer Israel sebelumnya telah menembak mati empat orang Palestina di Jalur Ghaza. (na-str/aljzr)