Muslim Inggris: Tak Ada yang Perlu Dikhawatirkan dari Three Little Pigs

Pemuka Islam di Inggris mempertanyakan alasan penyelenggara festival musik sekolah-sekolah dasar Kristen, yang mengubah syair lagu berjudul Three Little Pigs yang sudah sangat populer di kalangan anak-anak. Pasalnya alasan yang dikemukakan penyelenggara sangat tidak masuk akal, yaitu agar tidak menyinggung umat Islam.

"Mayoritas umat Islam tidak keberatan dengan Three Little Pigs. Lagu imerupakan cara tradisional untuk menyampaikan cerita dan saya melihat tidak perlu ada perubahan, " kata Syaikh Ibrahim Morga dari organisasi Muslim Council of Britain.

Namun ketua penyelenggara Kirklees Primary Music Festival, Gill Goodsween beralasan, pengubahan syair lagu itu dilakukan karena mereka khawatir anak-anak Muslim tidak bisa ikut bernyanyi bersama-sama karena syairnya bercerita tentang babi. Oleh sebab itu, mereka mengubah syair Three Little Pigs menjadi Three Little Puppies (Tiga anak anjing).

"Kami tidak mau ambil resiko. Jika mengubah beberapa kata dalam lagu itu bisa menghindarkan timbulnya ketersinggungan, maka kami akan melakukannya, " ujar Goodsween.

Festival tersebut akan menampilkan ratusan anak-anak dari 63 sekolah di Kirklees yang akan menyanyikan kisah dalam lagu tersebut pada bulan Juni mendatang.

Mogra menilai alasan yang dikemukakan Goodsween "menggelikan" dan meminta penyelenggara festival tersebut untuk tidak berlebihan dalam menunjukkan sensitivitas mereka pada warga Muslim. "Memang ada larangan untuk makan daging babi, tapi tidak ada larangan dalam soal membacakan kisah tentang babi, " jelas Mogra seraya menambahkan bahwa perubahan syair lagu itu tidak perlu dilakukan.

Muhammad Imran dari Masjid Hanfia sependapat dengan Mogra. "Menurut al-Quran, makan daging babi memang dilarang. Tapi tidak ada aturan yang melarang orang bicara tentang babi atau menyanyikan lagu tentang babi, " ujarnya.

Lebih lanjut Mogra menyatakan, apa yang dilakukan penyelenggara festival dan keputusan-keputusan lainnya yang serupa, telah membuat posisi warga Muslim terlihat "tidak pas" di tengah masyarakat non Muslim di Inggris.

"Seberapa jauh kita akan bertindak? Apakah kita akan mengubah cerita tentang tujuh orang kurcaci karena mengandung diskriminasi terhadap orang-orang yang secara fisik tidak sempurna? Di mana Anda menentukan batasnya, " tanya Mogra.

"Setiap kali kami mendengar kisah ini, warga Muslim dipandang lagi-lagi dengan cara yang tidak pas. Kami menerima budaya yang sudah menjadi kebiasaan di sini, " sambungnya.

Tokoh lokal Terry Lyon juga mengkitik keputusan panita festival musik itu. "Saya tidak percaya warga Muslim akan tersinggung dengan lagu itu. Ini hanya akan merangsang sekelompok kecil ekstrimis. Orang justru akan tersinggung dengan keputusan itu, dan akan membuat BNP lebih mudah melakukan rekrutmen, " tukas Lyon merujuk sebuah partai nasional sayap kiri di Inggris.

Masyarakat Barat kerap salah menilai keberadaan warga Muslim di lingkungan mereka. Padahal warga Muslim, meski hidup di negara yang mayoritas penduduknya non Muslim, sudah berupaya untuk beradaptasi dengan kebiasaan setempat. Dalam polling yang dilakukan ICM/ Guardian tahun 2006 lalu misalnya, menunjukkan bahwa 91 persen warga Muslim di Inggris menyatakan "setia" pada Inggris, 80 persen menyatakan ingin tinggal di Inggris dan mau menerima kebiasaan masyarakat Barat. (ln/iol)